Kisah Hasan dan Husin yang Tak Punya Baju Baru di Hari Raya
A
A
A
Ustaz Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab & Tafsir Alquran
Lulusan Institute of Arab Studies Cairo-Mesir
Cucu Rasulullah SAW, Hasan dan Husein, tidak memiliki pakaian baru untuk lebaran, sedangkan hari raya sebentar lagi datang. Riwayat yang memilukan ini dinarasikan oleh Ibnu Syahr Asyub dari Al-Ridha dan dinukil oleh Hakim al-Naisaburi dalam kitabnya Al-Amali.
Mereka bertanya kepada ibunya, "Wahai Ibu, anak-anak di Madinah telah dihiasi dengan pakaian lebaran kecuali kami. Mengapa Ibu tidak menghiasi kami?" Sayyidah Fatimah menjawab, "Baju kalian masih di tukang jahit."
Malam hari raya tiba, sementara pakaian baru belum juga terlihat sehingga dua pemimpin pemuda surga itu bertanya lagi kepada ibunya. Sayyidah Fatimah menangis karena tidak memiliki uang untuk membeli baju buat kedua buah hatinya itu. (Baca Juga: Di Bulan Ramadhan: Allah pun Berkirim Salam kepada Sayyidah Khadijah)
Tidak lama kemudian, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. Sayyidah Fatimah menghampiri seraya bertanya, "Siapa?"
"Wahai putri Rasulullah, saya adalah tukang jahit. Saya datang membawa hadiah pakaian untuk kedua putramu." Pintu dibuka dan tampaklah seseorang membawa bingkisan lalu diberikan kepada Sayyidah Fatimah.
Beliau membuka bingkisan tersebut dan di dalamnya terdapat dua gamis, dua celana, dua mantel, dua sorban, dan dua pasang sepatu hitam yang semuanya terlihat indah. Lalu Sayyidah Fatimah memanggil kedua putra kesayangannya dan memakaikan mereka busana indah hadiah tersebut.
Kemudian Rasulullah datang dan melihat kedua cucunya sudah rapi mengenakan pakaian baru yang indah. Dengan senang Rasulullah menggendong keduanya dan menciumi mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Lalu Rasulullah bertanya kepada Sayyidah Fatimah, "Apakah engkau melihat sang tukang jahit tersebut?" Sayyidah Fatimah menjawab, "Iya, aku melihatnya."
Lalu Rasulullah menjelaskan, "Duhai putriku, dia bukanlah tukang jahit, melainkan Malaikat Ridwan sang penjaga surga."
Dari kisah ini, kita mendapat pelajaran berharga bahwa betapa keluarga seorang Rasul pilihan terbaik di muka bumi sekalipun, masih sulit merasakan kebahagiaan berlebaran dengan pakaian serba baru.
Sekiranya Rasulullah berdoa meminta kekayaan, Malaikat Jibril pun menawarkan gunung Uhud menjadi emas, namun Rasulullah menolaknya. Beliau lebih memilih zuhud di dunia bagi dirinya dan keluarganya, sebab beliau mengetahui bahwa kehidupan di dunia kenikmatannya hanya bersifat sementara. Sementara kehidupan akhirat lebih kekal abadi selamanya.
Semoga kita tidak terlalu bersedih hanya lantaran tidak memiliki sesuatu yang bisa dikenakan baru di hari lebaran. Sebab hari raya yang sesungguhnya, bukanlah pakaian yang serba baru, melainkan kembalinya pada fitrah atau kesucian diri hakiki.
Pakar Ilmu Linguistik Arab & Tafsir Alquran
Lulusan Institute of Arab Studies Cairo-Mesir
Cucu Rasulullah SAW, Hasan dan Husein, tidak memiliki pakaian baru untuk lebaran, sedangkan hari raya sebentar lagi datang. Riwayat yang memilukan ini dinarasikan oleh Ibnu Syahr Asyub dari Al-Ridha dan dinukil oleh Hakim al-Naisaburi dalam kitabnya Al-Amali.
Mereka bertanya kepada ibunya, "Wahai Ibu, anak-anak di Madinah telah dihiasi dengan pakaian lebaran kecuali kami. Mengapa Ibu tidak menghiasi kami?" Sayyidah Fatimah menjawab, "Baju kalian masih di tukang jahit."
Malam hari raya tiba, sementara pakaian baru belum juga terlihat sehingga dua pemimpin pemuda surga itu bertanya lagi kepada ibunya. Sayyidah Fatimah menangis karena tidak memiliki uang untuk membeli baju buat kedua buah hatinya itu. (Baca Juga: Di Bulan Ramadhan: Allah pun Berkirim Salam kepada Sayyidah Khadijah)
Tidak lama kemudian, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. Sayyidah Fatimah menghampiri seraya bertanya, "Siapa?"
"Wahai putri Rasulullah, saya adalah tukang jahit. Saya datang membawa hadiah pakaian untuk kedua putramu." Pintu dibuka dan tampaklah seseorang membawa bingkisan lalu diberikan kepada Sayyidah Fatimah.
Beliau membuka bingkisan tersebut dan di dalamnya terdapat dua gamis, dua celana, dua mantel, dua sorban, dan dua pasang sepatu hitam yang semuanya terlihat indah. Lalu Sayyidah Fatimah memanggil kedua putra kesayangannya dan memakaikan mereka busana indah hadiah tersebut.
Kemudian Rasulullah datang dan melihat kedua cucunya sudah rapi mengenakan pakaian baru yang indah. Dengan senang Rasulullah menggendong keduanya dan menciumi mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Lalu Rasulullah bertanya kepada Sayyidah Fatimah, "Apakah engkau melihat sang tukang jahit tersebut?" Sayyidah Fatimah menjawab, "Iya, aku melihatnya."
Lalu Rasulullah menjelaskan, "Duhai putriku, dia bukanlah tukang jahit, melainkan Malaikat Ridwan sang penjaga surga."
Dari kisah ini, kita mendapat pelajaran berharga bahwa betapa keluarga seorang Rasul pilihan terbaik di muka bumi sekalipun, masih sulit merasakan kebahagiaan berlebaran dengan pakaian serba baru.
Sekiranya Rasulullah berdoa meminta kekayaan, Malaikat Jibril pun menawarkan gunung Uhud menjadi emas, namun Rasulullah menolaknya. Beliau lebih memilih zuhud di dunia bagi dirinya dan keluarganya, sebab beliau mengetahui bahwa kehidupan di dunia kenikmatannya hanya bersifat sementara. Sementara kehidupan akhirat lebih kekal abadi selamanya.
Semoga kita tidak terlalu bersedih hanya lantaran tidak memiliki sesuatu yang bisa dikenakan baru di hari lebaran. Sebab hari raya yang sesungguhnya, bukanlah pakaian yang serba baru, melainkan kembalinya pada fitrah atau kesucian diri hakiki.
(rhs)