Syeikh Ibnu 'Athoillah: Jangan Menunda Amal Kebaikan
A
A
A
Ulama besar Syeikh Ibnu 'Atho'illah atau Syeikh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu 'Atha’illah As-Sakandari lahir di Iskandariah Mesir (1250-1309). Beliau wafat di Kairo dan dikenal sebagai tokoh Tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu ulama sufi terkemuka di dunia dan di Indonesia.
Dalam kitab populernya Al-Hikam, Syeikh Ibnu 'Athoillah memberi nasihat agar umat Islam tidak menunda amal perbuatan (kebaikan). Kata Beliau, menunda amal kebaikan karena menanti kesempatan lebih baik adalah suatu tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa.
Seorang murid apabila terlalu disibukkan dengan urusan dunianya yang bisa menghalanginya dengan Allah Ta'ala, atau dia menangguhkan amal menunggu kesempatan yang tidak sibuk itu dinamakan kebodohan.
3 Hal yang Menyebabkan Kebodohan, yaitu:
1. Karena ia mengutamakan duniawi. Padahal Allah Ta'ala berfirman: ''Tetapi kamu mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan kekal selamanya.''
2. Penundaan amal itu kepada masa yang ia sendiri tidak mengetahui apakah ia akan mendapatkan kesempatan itu atau kemungkinan ia akan dijemput oleh maut yang setiap saat selalu menantinya.
3. Kemungkinan azam, niat dan hasrat itu menjadi lemah dan berubah. Seorang penyair berkata: ''Janganlah menunda sampai besok, apa yang dapat engkau kerjakan hari ini. Waktu sangat berharga, maka jangan engkau habiskan kecuali untuk sesuatu yang berharga.
Abdullah bin Umar RA berkata: "Jika engkau berada di waktu senja, maka jangan menunggu tibanya pagi, demikian pula jika engkau berada di waktu pagi, jangan menunggu sore hari. Pergunakanlah kesempatan di waktu muda, sehat, kuat dan kaya untuk menghadapi masa tua, sakit, lemah dan miskin."
Sahl bin Abdullah at-Tustary berkata: "Jika tiba waktu malam maka jangan mengharap tibanya siang hari, sehingga engkau menunaikan hak Allah, waktu malam itu. Dan menjaga benar-benar hawa nafsumu, demikian pula bila engkau berada pada pagi hari." Allah Ta'ala berfirman: "Kami (Allah) akan menguji kamu dengan kejahatan dan kebaikan, sebagai ujian dan kepada Kami kamu akan dikembalikan." (QS. Al-Anbiya:35).
Kadangkala ujian itu berupa, sehat, sakit, kesulitan, kelapangan, kekayaan dan kemiskinan. Ujian keyakinan terhadap Allah sampai di mana ia mensyukuri nikmat dan bagaimana ia bersabar menghadapi musibah. Wallahu A'lam.
Dalam kitab populernya Al-Hikam, Syeikh Ibnu 'Athoillah memberi nasihat agar umat Islam tidak menunda amal perbuatan (kebaikan). Kata Beliau, menunda amal kebaikan karena menanti kesempatan lebih baik adalah suatu tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa.
Seorang murid apabila terlalu disibukkan dengan urusan dunianya yang bisa menghalanginya dengan Allah Ta'ala, atau dia menangguhkan amal menunggu kesempatan yang tidak sibuk itu dinamakan kebodohan.
3 Hal yang Menyebabkan Kebodohan, yaitu:
1. Karena ia mengutamakan duniawi. Padahal Allah Ta'ala berfirman: ''Tetapi kamu mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan kekal selamanya.''
2. Penundaan amal itu kepada masa yang ia sendiri tidak mengetahui apakah ia akan mendapatkan kesempatan itu atau kemungkinan ia akan dijemput oleh maut yang setiap saat selalu menantinya.
3. Kemungkinan azam, niat dan hasrat itu menjadi lemah dan berubah. Seorang penyair berkata: ''Janganlah menunda sampai besok, apa yang dapat engkau kerjakan hari ini. Waktu sangat berharga, maka jangan engkau habiskan kecuali untuk sesuatu yang berharga.
Abdullah bin Umar RA berkata: "Jika engkau berada di waktu senja, maka jangan menunggu tibanya pagi, demikian pula jika engkau berada di waktu pagi, jangan menunggu sore hari. Pergunakanlah kesempatan di waktu muda, sehat, kuat dan kaya untuk menghadapi masa tua, sakit, lemah dan miskin."
Sahl bin Abdullah at-Tustary berkata: "Jika tiba waktu malam maka jangan mengharap tibanya siang hari, sehingga engkau menunaikan hak Allah, waktu malam itu. Dan menjaga benar-benar hawa nafsumu, demikian pula bila engkau berada pada pagi hari." Allah Ta'ala berfirman: "Kami (Allah) akan menguji kamu dengan kejahatan dan kebaikan, sebagai ujian dan kepada Kami kamu akan dikembalikan." (QS. Al-Anbiya:35).
Kadangkala ujian itu berupa, sehat, sakit, kesulitan, kelapangan, kekayaan dan kemiskinan. Ujian keyakinan terhadap Allah sampai di mana ia mensyukuri nikmat dan bagaimana ia bersabar menghadapi musibah. Wallahu A'lam.
(rhs)