Rahasia Kemenangan Tentara Islam Generasi Pertama

Rabu, 08 Januari 2020 - 17:29 WIB
Rahasia Kemenangan Tentara Islam Generasi Pertama
Rahasia Kemenangan Tentara Islam Generasi Pertama
A A A
Opini yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang suka berperang adalah sebuah pemikiran yang keliru. Apalagi tuduhan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) dan sahabat suka mengangkat pedang, merupakan pemikiran yang menyesatkan.

Justru Islam sangat membenci perang, karena makna kata Islam sendiri adalah damai. Bahkan Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian berharap bertemu musuh, tetapi mintalah keselamatan kepada Allah. Dan apabila kelaian bertemu musuh, maka bersabarlah (teguhkan diri untuk menghadapi mereka". (HR. Bukhari, Muslim).

Dalam Buku "The Art of Islamic War" (Rahasia Kemenangan Tentara Islam generasi Pertama) karya Shohihul Hasan diulas bagaimana pasukan muslim mendapat kemenangan besar ketika berhadapan dengan musuh-musuhnya. Buku yang merupakan tesis Shohibul Hasan ini juga membeberkan bagaimana adab dan etika pasukan muslim saat berperang.

Seperti diketahui, peperangan hanyalah membawa kerusakan dan kerugian, korban meninggal dan tawanan, penjajahan serta kezaliman. Dalam Islam, perang merupakan pilihan terakhir ketika upaya persuasif dengan perdamaian atau perjanjian sudah tidak dapat kata sepakat.

Shohihul Hasan menjelaskan tentang rahasia kemenangan pasukan muslim generasi pertama ketika menghadapi musuhnya. Berikut rahasianya:

1. Kekuatan Akidah.
Hampir 13 tahun Rasulullah SAW mengajarkan akidah kepada para sahabat dan umat muslim lainnya. Tauhid, keimanan, keyakinan, janji surga dan ancaman neraka mengkristal dalam jiwa umat Islam kala itu. Sehingga mereka rela meninggalkan anak, istri, keluarga, tanah, rumah untuk menengakkan kalimat Tauhid tersebut. Sampai ada seorang sahabat bernama Handzolah bin Abi Amir dengan rela meninggalkan malam pertama dengan istri tercinta demi membela agama Allah di perang Uhud. Ia disebut-sebut sebagai syahid yang dimandikan oleh para Malaikat, karena ia ikut berperang dalam kondisi junub dan belum sempat mandi.

2. Kekuatan Mental dan Kesabaran.
Tabah dan sabar dalam segala kondisi merupakan kekuatan mental yang ditanamkan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung" (QS. Ali Imran: 200). Takwa serta menjauhi kemaksiatan merupakan modal utama untuk menjaga mentalitas. Dalam wasiatnya Umar RA berpesan kepada Sa'd bin Abi Waqash: "Aku wasiatkan padamu serta segenap pasukanmu agar bertakwa kepada Allah. Dalam situasi apapun, karena takwa adalah modal utama menghadapi dan melawan musuh, dan aku pesan pada kalian agar berhati-hati dari segala kemaksiatan. Sebab pasukan muslim ditolong karena kemaksiatanyang dilakukan musuh, andaikan mereka tidak melakukan itu, maka kita tidak memiliki kekuatan. Jumlah dan kekuatan mereka lebih besar dari kita, bila kita juga melakukan kemaksiatan seperti mereka, niscaya mereka lebih unggul dari mereka". Oleh karena itu pada persitiwa perang Yarmuk, Herqules bertanya kepada pasukannya yang melarikan diri, "Kenapa kalian bisa kalah? Bukankah mereka juga manusia biasa seperti kalian? Bukankah jumlah pasukan kalian lebih banyak dari mereka?". Pasukannya menjawab: "Benar, jumlah kita lebih banyak daripada mereka". Lantas kenapa kalian kalah? Salah seorang komandan senior menjawab: "Karena mereka ibadah di waktu malam, puasa di waktu siang, menenuaikan janji, mengerjakan kebaikan dan mencegah keburukan, mereka berlaku adil, sedangkan kita suka minum arak, berzina, melakukan tindak kejahatan, tidak menunaikan janji serta suka berbuat zalim".

3. Kekuatan Fisik.
Fisik merupakan faktor yang signifikan dalam perang. Rasulullah bersabda: "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah" (HR. Muslim). Kemudian kekuatan disiplin, sejak di Makkah Rasulullah telah menggembleng umatnya untuk disiplin dalam menjalakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Selain kekuatan tersebut, ada beberapa keagungan moralitas yang dimiliki oleh pasukan muslim yang tidak dimiliki pasukan kuffar, yakni berdoa dan kekuatan Takbir. Dalam perang Khaibar, Nabi SAW mengangkat tangannya, dan berkata: "Allau Akbar, Khaibar telah tumbang." Kemudian, hanya boleh membunuh orang yang ikut berperang. Sebagaimana firman-Nya: "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas" (QS. Al-Baqarah: 190).

4. Tidak Boleh Membunuh Orang yang Tidak Ikut Dalam Perang.
Sebagaimana Sabda Rasulullah: "Janganlah kalian membunuh orang tua, anak-anak kecil dan wanita" (HR. Abu Dawud). Dalam riwayat lain disebutkan: "Janganlah melampaui batas, jangan berkhianat, jangan merusak mayat,jangan membunuh anak-anak dan jugapenghuni tempat-tempat ibadah". (HR. Ahmad). Kemudian tidak boleh menyerang musuh yang menjadikan anak-anak serta wanita, atau kaum muslimin sebagai perisai hidup.

5. Tidak Boleh Melakukan Pemerkosaan, Merampas dan Menjarah.
Imam Abu Daud meriwayatkan dari seorang kaum Anshar, dia berkata: "Kami pernah pergi bersama Rasulullah, lalu orang-orang mengalami letih dan lapar. Mereka kemudian mendapati kambing, dan langsung menjarahnya. Di saat tungku telah mendidih, Rasulullah datang membawa busurnya, lalu beliau menumpahkan tungku, dan menaburi daging yang telah dimasak dengan pasir". Kemudian beliau bersabda: "Makanan hasil jarahan tidak lebih halal dari bangkai." (HR. Abu Daud).

6. Tidak Boleh Merusak Mayat.
Tatkala Rasulullah SAW memberikan mandat kepada seseorang untuk memimpin pasukan senantiasa beliau berwasiat: "Berangkatlah dengan nama Allah di jalan Allah, perangi orang-orang kufur pada Allah, pergilah berperang dan jangan melampaui batas, jangan berkhianat, dan jangan merusak mayat, dan jangan membunuh anak-anak". (HR. Muslim).

7. Tidak Boleh Menghancurkan dan Melakukan Tindakan Bumi Hangus.
Sebagaimana wasiat Abu Bakar RA kepada komandan pasukan muslimin: "Janganlah kalian menebangi pohon, dan jangan pula menghancurkan bangunan". Dengan demikian bahwa, Islam tidaklah berkembang dengan pedang."

Dalam catatan sejarah, Islam berkembang pesat ke wilayah Asia, Afrika dan Eropa adalah buah dari kedamaian dan keagungan moral yang diperlihatkan kaum muslimin pada waktu itu. Di daerah manapun tidak ada gereja-gereja yang dihancurkan, namun dibiarkan tetap berdiri hingga sekarang. Masyarakat sangat senang dengan kedatangan pasukan Muslim dikarenakan keadilan, penghoramatan kepada anak-anak, orang tua, kaum perempuan dan hak hidup mereka terlindungi.

Wallahu A'lam Bisshowab
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2903 seconds (0.1#10.140)