Perang Salib I: Kisah Kekalahan Turki Seljuk Rum sehingga Memindahkan Ibu Kotanya

Senin, 29 Juli 2024 - 05:15 WIB
loading...
Perang Salib I: Kisah...
Jatuhnya Nicaea dari wilayah Muslim oleh Pasukan Salib merupakan sukses pertama Eropa. Ilustrasi: Ist
A A A
Perang Salib I berlangsung selama 3 tahun, yaitu dari tahun 1096-1099. Asal mula Perang Salib adalah permintaan Raja Alexios I Komnenos kepada Paus Urbanus II untuk membantu Byzantium dalam mengalahkan Turki Seljuk di Anatolia.

Jonathan Harris dalam bukunya berjudul "Byzantium and the Crusades" (London: Bloomsbury Academic, 2014) menyebut deklarasi suci didengungkan Paus Urbanus II pada 27 November 1095.

Dalam perang ini Turki Seljuk Rum kalah. Pasukan Salib merebut wilayah Nicaea sehingga Turki Seljuk Rum memindahkan pemerintahannya ke Konya.

Turki Seljuk Rum merupakan pemerintahan yang berdiri sendiri di bawah bendera Imperium Turki Seljuk. Turki Seljuk sendiri mempunyai wilayah yang sangat luas, yaitu dari Anatolia hingga Persia .



Turki Seljuk mempunyai rivalitas dengan Kerajaan Byzantium yang dari dulu ingin dikalahkan karena termotivasi akan runtuhnya Konstantinopel.

Selain Byzantium, Turki Seljuk mempunyai rivalitas dengan Kekhalifahan Fatimiyah dalam perebutan wilayah Syam. Imperium Turki Seljuk sendiri merupakan wilayah-wilayah dalam dunia Islam yang dikuasai oleh etnis Turki.

Tugas utama dari Turki Seljuk Rum adalah membendung serangan Byzantium di Anatolia.

Kemenangan pasukan Salib di Nicaea, membuat wilayah Byzantium bertambah luas karena sebagian wilayah di Anatolia dapat direbut kembali setelah dikuasai Islam.

Kemenangan tersebut juga menambah moral pasukan Salib untuk melanjutkan perjalanannya menuju Yerusalem. Poin terpenting dari Pertempuran Nicaea adalah Islam dapat dikalahkan.

Kekalahan pasukan Turki Seljuk Rum salah satunya karena memang jumlah pasukannya kurang dari sepertiga pasukan salib yang berjumlah 35.000 orang.



Pasukan Salib dari berbagai negara di Eropa terbentuk pada tahun 1096. Mereka ini sebelum ke Yerusalem, menuju Konstantinopel terlebih dahulu yang bertujuan untuk membantu Byzantium mengalahkan Turki Seljuk atas permintaan Kaisar Alexios I Komnenos.

Pasukan Salib menuju Konstantinopel melalui darat dan laut. Jalur darat menuju Konstantinopel harus dilalui pasukan Salib dengan melewati daerah pegunungan yang sangat banyak di daerah Balkan.

Perjalanan darat lebih aman, namun banyak halangan dan memakan waktu perjalanan yang cukup lama. Jalur kedua adalah laut dengan mengarungi Laut Mediterania. Jalur laut lebih bahaya karena pada waktu itu pelayaran masih tergantung oleh cuaca, namun Konstantinopel akan lebih cepat dicapai jika ditempuh dari Pelabuhan Messina, Bari, ataupun Venesia.

Pada musim panas tahun 1096 pasukan Salib tiba di Konstantinopel. Konstantinopel dijadikan tempat untuk mengumpulkan pasukan dari Eropa Barat yang menempuh jalan yang berbeda-beda, baik darat maupun laut.

Terdapat empat pimpinan pasukan Salib yang terkenal dari Eropa Barat yang datang di Konstantinopel. Pasukan yang datang pertama adalah Hugh Vermandois, anak Raja Prancis, Henry I.



Dalam perjalanannya dari Prancis ke Konstantinopel, ia melakukan perjalanan lewat laut melalui Bari, Italia. Pasukan kedua yang tiba di Konstantinopel adalah Godfrey Bouillon, berasal dari Prancis, tepatnya di Boulogne.

Berbeda dengan Hugh Vermandois, Godfrey melewati jalan darat yang sangat berat setelah melewati Hungaria.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2638 seconds (0.1#10.140)