Kisah Ibrahim bin Adham yang Bertobat karena Burung Gagak
A
A
A
Ibrahim bin Adham (wafat 160 Hijriyah/777 Masehi) adalah salah satu ulama sufi yang dikenal zuhud. Kisah pertobatannya layak dijadikan hikmah dan iktibar bagi mereka yang jauh dari Allah Ta'ala.
Dalam Kitab Al-Mawa'izh Al-'Usfuriyah, Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury menceritakan kisah Ibrahim bin Adham (semoga Allah merahmatinya). Adapun sebab tobatnya adalah pada suatu hari dia keluar untuk berburu, kemudian duduk di suatu tempat dan membuka alas untuk makan. Ketika Ibrahim hendak makan, datanglah seekor burung gagak mengambil sepotong roti dari alas dengan paruhnya lalu terbang ke udara.
Ibrahim pun kagum melihat hal tersebut. Diapun menaiki kudanya dan pergi membuntuti burung itu sambil melihatnya dari kejauhan. Ketika Ibrahim mendekat, ia melihat seorang laki-laki terikat tali yang kencang berbaring di atas punggungnya.
Melihat itu, Ibrahim turun dari kudanya dan melepas ikatan laki-laki itu. Dia menanyakan keadaan laki-laki tersebut. Si lelaki itu berkata, "Sesungguhnya aku adalah seorang pedagang, lalu para pencuri mengambil harta yang kubawa, mereka menyakitiku mengikatku dan meninggalkanku di tempat ini. Aku melalui tujuh hari di tiap hari datanglah seekor burung gagak dengan membawa roti dan duduk di atas dadaku, dia berikan roti dengan paruhnya dan meletakkannya di mulutku. Dan tidaklah Allah meninggalkanku kelaparan pada hari-hari tersebut".
Mendengar itu, Ibrahim menaiki kudanya dan membawanya ke tempat yang dia duduki. Ibrahim bin Adham kemudian bertaubat dan kembali kepada Allah Ta'ala. Ia melepas bajunya yang mewah dan memakai baju sufi. Dia memerdekakan budaknya yang kecil, dia waqafkan perkebunan serta harta bendanya, dia ambil tongkat dengan tangannya dan menuju Mekkah tanpa bekal dan kendaraan. Yang ada dalam dirinya hanyalah berserah diri kepada Allah Ta'ala.
Dia tidak memperhatikan bekal, dan dia tidak merasa kelaparan hingga sampai ke Ka'bah. Di depan Ka'bah dia mengucap syukur kepada Allah Ta'ala dan tak henti memuji-Nya.
Betapa beruntungnya mereka yang bertaubat dan kembali kepada Allah. Dalam Al-Qur'an, Allah Ta'ala berfirman: "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu". (QS At-Thalaq:3).
Dalam ayat lain, Allah Ta'ala berfirman: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rezekinya". (QS Hud:6).
Disebutkan bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan seekor burung hijau di udara, dan Allah membuat ujung runcing di atas punggungnya dan ujung runcing di bawah perutnya. Lalu Allah menciptakan ikan Paus di laut, dia (paus) makan ikan dan daging ikan itu masuk di antara gigi-giginya.
Daging ikan ikan melukai dan menyakitinya, kemudian ikan paus mengeluarkan kepalanya dari air dan membuka mulutnya, lantas datanglah burung hijau tersebut. Dia masuk ke mulut ikan paus dan memakan yang ada di antara gigi-giginya (daging ikan). Dua tombak itu seperti dua tiang di mulut ikan paus, sehingga dia (paus) tidak bisa mengunyah dan memakannya (burung).
Maka ketika telah habis daging di antara gigi-giginya, burung itu terbang ke udara, Allah telah memberi rezekinya di antara gigi-gigi ikan paus, dan kembalilah ikan paus ke tempatnya. Dia istirahat sebab hal tersebut, masing-masing dari keduanya menjadi sebab bagi yang lain.
Allah tidak meninggalkan burung tanpa rezeki, maka bagaimana Allah meninggalkan manusia tanpa rezeki. Subhanallah, semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini.
Wallahu A'lam Bisshowab
Dalam Kitab Al-Mawa'izh Al-'Usfuriyah, Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury menceritakan kisah Ibrahim bin Adham (semoga Allah merahmatinya). Adapun sebab tobatnya adalah pada suatu hari dia keluar untuk berburu, kemudian duduk di suatu tempat dan membuka alas untuk makan. Ketika Ibrahim hendak makan, datanglah seekor burung gagak mengambil sepotong roti dari alas dengan paruhnya lalu terbang ke udara.
Ibrahim pun kagum melihat hal tersebut. Diapun menaiki kudanya dan pergi membuntuti burung itu sambil melihatnya dari kejauhan. Ketika Ibrahim mendekat, ia melihat seorang laki-laki terikat tali yang kencang berbaring di atas punggungnya.
Melihat itu, Ibrahim turun dari kudanya dan melepas ikatan laki-laki itu. Dia menanyakan keadaan laki-laki tersebut. Si lelaki itu berkata, "Sesungguhnya aku adalah seorang pedagang, lalu para pencuri mengambil harta yang kubawa, mereka menyakitiku mengikatku dan meninggalkanku di tempat ini. Aku melalui tujuh hari di tiap hari datanglah seekor burung gagak dengan membawa roti dan duduk di atas dadaku, dia berikan roti dengan paruhnya dan meletakkannya di mulutku. Dan tidaklah Allah meninggalkanku kelaparan pada hari-hari tersebut".
Mendengar itu, Ibrahim menaiki kudanya dan membawanya ke tempat yang dia duduki. Ibrahim bin Adham kemudian bertaubat dan kembali kepada Allah Ta'ala. Ia melepas bajunya yang mewah dan memakai baju sufi. Dia memerdekakan budaknya yang kecil, dia waqafkan perkebunan serta harta bendanya, dia ambil tongkat dengan tangannya dan menuju Mekkah tanpa bekal dan kendaraan. Yang ada dalam dirinya hanyalah berserah diri kepada Allah Ta'ala.
Dia tidak memperhatikan bekal, dan dia tidak merasa kelaparan hingga sampai ke Ka'bah. Di depan Ka'bah dia mengucap syukur kepada Allah Ta'ala dan tak henti memuji-Nya.
Betapa beruntungnya mereka yang bertaubat dan kembali kepada Allah. Dalam Al-Qur'an, Allah Ta'ala berfirman: "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu". (QS At-Thalaq:3).
Dalam ayat lain, Allah Ta'ala berfirman: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rezekinya". (QS Hud:6).
Disebutkan bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan seekor burung hijau di udara, dan Allah membuat ujung runcing di atas punggungnya dan ujung runcing di bawah perutnya. Lalu Allah menciptakan ikan Paus di laut, dia (paus) makan ikan dan daging ikan itu masuk di antara gigi-giginya.
Daging ikan ikan melukai dan menyakitinya, kemudian ikan paus mengeluarkan kepalanya dari air dan membuka mulutnya, lantas datanglah burung hijau tersebut. Dia masuk ke mulut ikan paus dan memakan yang ada di antara gigi-giginya (daging ikan). Dua tombak itu seperti dua tiang di mulut ikan paus, sehingga dia (paus) tidak bisa mengunyah dan memakannya (burung).
Maka ketika telah habis daging di antara gigi-giginya, burung itu terbang ke udara, Allah telah memberi rezekinya di antara gigi-gigi ikan paus, dan kembalilah ikan paus ke tempatnya. Dia istirahat sebab hal tersebut, masing-masing dari keduanya menjadi sebab bagi yang lain.
Allah tidak meninggalkan burung tanpa rezeki, maka bagaimana Allah meninggalkan manusia tanpa rezeki. Subhanallah, semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini.
Wallahu A'lam Bisshowab
(rhs)