Inilah Amalan Kaum Muhajirin yang Bikin Rasulullah Gembira

Jum'at, 24 Januari 2020 - 05:13 WIB
Inilah Amalan Kaum Muhajirin yang Bikin Rasulullah Gembira
Inilah Amalan Kaum Muhajirin yang Bikin Rasulullah Gembira
A A A
Dalam satu hadis Nabi yang diriwayatkan Imam Abu Dawud diceritakan sebuah kisah yang sangat menyentuh hati. Ketika itu sekumpulan kaum Muhajirin yang lemah (miskin) berkumpul dengan posisi sebagian mereka menutupi sebagian lainnya demi menutup aurat mereka.

Kaum Muhajirin adalah penduduk Mekkah yang mengikuti hijrah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) ke Madinah. Rasulullah SAW memuji mereka dan mengabarkan ganjaran surga karena amal perbuatan mereka.

عَنْ أبِيْ سَعِيْدِ اْلخُدْرِيِ رضي الله عنه قَاَلَ جَلَسْتُ فيِ عِصَاَبةٍ مِنْ ضُعَفَآءِ الْمُهَاجِرِيْنَ وإنَّ بَعْضَهُمْ لَيَسْتَتِرُ بِبَعْضٍ مِنَ الْعُرى وَقَارِئٌ يَقْرأُ اِذْ جَآءَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ عَلَيْنَا، فَلَمَّا قَامَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسَلَّمَ سَكَت القَارِئُ فَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ مَا كُنْتُمْ تَصْنَعُوْنَ؟ قُلْنَا نَسْتَمِعُ اِلى كِتَابِ اللهِ تَعالى فَقَالَ الحَمْدُللهِ الذِيْ جَعَلَ مِنْ أمتي مَنْ اُمِرْتُ اَنْ اَصْبِرَ نَفْسِيْ مَعَهُمْ قَالَ فَجَلَسَ وَسْطَنا لِيَعُدِلَ بِنَفْسِهِ فِيْنَا ثُمَّ قَالَ بِيَدِهِ هَكَذَا فَتَحَلَّقُوْا وَبَرَزَتْ وُجُوْهُهُمُ لَهُ فَقَالَ اَبشِرُوْا يَا مَعْشَرَ صَعَاليكِ المُهَاجِرِيْنَ بِالُّنوْرِ التَّامَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ قَبْلَ اَغْنِيَآءِ النَّاسِ بِنِصْفِ يَوْمٍ وَذَلِكَ خَمْسُ مِائَةِ سَنَةٍ. (رواه ابو داوود).

Dari Abi Sa'id Al-Khudri RA, ia menceritakan, "Pernah pada suatu ketika aku duduk dengan sekumpulan Muhajirin yang lemah. Dan sungguh, sebagian mereka menutupi dirinya dengan sebagian lainnya agar tidak terlihat auratnya, sedang seorang Qari membacakan Al-Qur'an kepada kami.

Tiba-tiba datanglah Rasulullah SAW lalu berdiri di antara kami. Ketika Rasulullah berdiri, Qari itu pun diam. Kemudian beliau SAW memberi salam dan bertanya, 'Apa yang sedang kamu lakukan?' Kami menjawab, 'Kami sedang mendengarkan bacaan kitabullah.

Beliau bersabda, "Segala puji bagi Allah Yang telah menjadikan sebagian umatku orang-orang yang aku perintah agar bersabar bersama mereka." Kemudian beliau duduk di tengah mengatur kami. Kemudian beliau berisyarat dengan tangan beliau, 'Melingkarlah kalian seperti ini!'

Maka wajah mereka pun tertuju ke arah Rasulullah. Lalu beliau bersabda, "Bergembiralah kalian, wahai sekalian Muhajirin yang miskin, (kalian akan mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari Kiamat. Kalian akan masuk surga setengah hari lebih dulu daripada orang-orang kaya, sedang setengah hari (akhirat) sama dengan lima ratus tahun".

Adapun penjelasan hadis di atas, 'telanjang badan' maksudnya adalah di luar batas aurat tidak tertutupi. Sebab apabila di depan umum, walaupun bukan aurat, mereka tetap menutupinya. Ketika Rasulullah datang, mereka tidak segera menyadarinya karena kekusyukan mereka. Mereka baru menyadarinya ketika Nabi telah berada di depan mereka.

Sebagai adab, orang yang membaca pun diam sejenak. Meskipun Nabi melihat langsung bahwa mereka sedang membaca Al-Qur'an, beliau tetap bertanya tentang apa yang mereka lakukan. Hal ini menunjukan betapa gembiranya beliau terhadap amalan mereka.

Dalam hadis diatas juga disebutkan bahwa 'satu hari di akhirat sebanding dengan seribu tahun dunia'. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an: "Sesungguhnya sehari di sisi Rabbmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung." (QS. Al Hajj: 47)

Inilah sebabnya, mengapa hari Kiamat sering disebut besok. Namun hitungan ini hanya berlaku untuk orang-orang yang beriman. Sedangkan untuk orang-orang kafir, Al-Qur'an telah menjelaskan: "Satu hari kadarnya sama dengan lima puluh ribu tahun." (QS. Al Ma'aarij: 4)

Sebenarnya, banyak sekali riwayat yang menjelaskan keutamaan membaca Al-Qur'an dan hadis yang menjelaskan keutamaan menyimak bacaan Al-Qur'an. Nabi SAW sendiri diperintah agar duduk bersama mereka, sebagaimana dalam hadis di atas.

Sebagian ulama menyebutkan bahwa mendengarkan bacaan Al-Qur'an lebih baik daripada membacanya. Karena membaca Al-Qur'an hukumnya sunnah, sedang mendengarkannya adalah wajib. Dan yang wajib itu selalu lebih tinggi derajatnya daripada yang sunnah.

Berdasarkan hadis di atas diambil kesimpulan mengenai masalah yang sering diperselisihkan oleh para ulama. Yaitu mana yang lebih utama antara orang fakir yang bersabar dengan kemiskinannya (tidak mengeluh kemiskinannya kepada siapapun), dan orang kaya yang bersyukur kepada Allah serta menunaikan kewajibannya. Hadis di atas mendukung pendapat bahwa orang fakir yang bersabar dengan kemiskinannya adalah lebih utama.

Wallahu A'lam Bisshowab
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3749 seconds (0.1#10.140)