Sunnah-sunnah Wudhu dan Dalilnya

Selasa, 18 Februari 2020 - 21:35 WIB
Sunnah-sunnah Wudhu dan Dalilnya
Sunnah-sunnah Wudhu dan Dalilnya
A A A
Sunnah wudhu adalah hal-hal yang dianjurkan dalam berwudhu . Meskipun sunnah, umat Islam dianjurkan mengamalkannya mengingat besarnya keutamaan dan pahala yang ada di dalamnya.

Berikut Sunnah berwudhu dan dalilnya yang dikutip dari Kitab "Fiqih Wudhu versi Mazhab Syafi'i" karya Ustaz Muhammad Ajib (pengajar di Rumah Fiqih Indonesia).

1. Menghadap Kiblat.
Di dalam Kitab Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab dan Kitab Al-Fiqhu al-Manhaji Alaa Madzhabi al-Imam Asy-Syaafi'i disebutkan bahwa disunnahkan ketika berwudhu untuk menghadap ke arah kiblat. Sebab arah kiblat adalah arah yang mulia. Sehingga disunnahkan untuk menghadap kiblat. Bagi yang tidak menghadap kiblat wudhunya tetap sah, hanya saja tidak mendapatkan pahala sunnah menghadap kiblat.

2. Bersiwak.
Dalam Kitab Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab karya Imam an-Nawawi (wafat 676 H) dan kitab Kaasyifatus Sajaa karya Syeikh Nawawi Al-Bantani (wafat 1314 H) disebutkan bahwa disunnahkan bersiwak atau sikat gigi setiap kali hendak wudhu.

Dalilnya adalah hadits sahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
عن أبي هريرة - رضي الله عنه - عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: "لولا أن أشق على أمتي لأمرتهم بالسواك مع كل وضوء. رواه البخاري ومسلم.

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Seandainya tidak memberatkan ummatku maka sungguh akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali wudhu. (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Membaca Basmallah.
Dalam Kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja' (wafat 593 H) disebutkan bahwa termasuk sunnah wudhu adalah membaca basmallah sebelum berwudhu. Dalilnya adalah hadis hasan riwayat Imam an-Nasa'i:
عن أنس - رضي الله عنه – قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "توضأوا بسم الله. رواه النسائي.

Dari sahabat Anas RA, Rasulullah SAW bersabda: Berwudhulah dengan menyebut nama Allah. (HR. An-Nasa'i)

4. Melafazkan Niat Wudhu.
Dalam Kitab Al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi (wafat 676 H) disebutkan bahwa disunnahkan melafadzkan niat wudhu sebelum berwudhu. Biasanya lafaz niat wudhu yang diucapkan redaksinya sebagai berikut:

نَوَيْتُ الوُضُوءَ لِرَفْعِ الحَدَثِ الأَصْغَرِ فَرْضًا لِلَّهٍ تَعَالَى.

(Saya niat wudhu untuk menghilangkan hadas kecil fardhu karena Allah Ta'ala). Hal ini dilakukan agar bisa membantu niat dalam hati ketika membasuh wajah.

5. Membasuh Kedua Telapak Tangan.
Dalam Kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan bahwa termasuk sunnah wudhu adalah membasuh kedua telapak tangan terlebih dahulu sebelum berwudhu. Dalilnya adalah hadis shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذا استيقظ أحدكم من منامه فلا يغمس يده في الإناء حتى يغسلها فإنه لا يدري أين باتت يده. رواه البخاري ومسلم.

Dari sahabat Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Jika salah satu dari kalian bangun dari tidur maka janganlah memasukkan kedua tangan ke dalam wadah air hingga dia mencucinya terlebih dahulu. Sebab dia tidak tahu dimana tangannya tadi malam." (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Berkumur-kumur.
Dalam Kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan bahwa sunnah wudhu adalah berkumur-kumur. Dalilnya adalah hadis sahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
عَنْ حُمْرَانَ: أَنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ: ... ثُمَّ مَضْمَضَ، وَاسْتَنْشَقَ، وَاسْتَنْثَرَ ... ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا. (متفق عليه)

Dari Humran bahwa Utsman RA meminta air wudhu: "… Lalu berkumur-kumur dan menghirup air dengan hidung dan mengembuskannya keluar. Kemudian Utsman berkata: "Saya melihat Rasulullah SAW berwudhu seperti wudhu-ku ini." (HR. Bukhari Muslim)

7. Istinsyaq.
Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan sunnah wudhu adalah menghirup air ke dalam hidung atau disebut dengan Istinsyaq. Dalilnya adalah hadis sahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
عَنْ حُمْرَانَ: أَنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ: ... ثُمَّ مَضْمَضَ، وَاسْتَنْشَقَ، وَاسْتَنْثَرَ ... ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا. (متفق عليه)

Dari Humran bahwa Utsman RA meminta air wudhu: … Lalu berkumur-kumur dan menghirup air dengan hidung dan menghembuskannya keluar … Kemudian Utsman berkata: "Saya melihat Rasulullah SAW berwudhu seperti wudhu-ku ini." (HR. Bukhari Muslim)

8. Mengusap Seluruh Kepala.

Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja' (wafat 593 H) disebutkan sunnah wudhu termasuk mengusap seluruh bagian kepala. Dalilnya adalah hadits sahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ عَاصِمٍ - فِي صِفَةِ الْوُضُوءِ - قَالَ: وَمَسَحَ النبي بِرَأْسِهِ، فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ وَأَدْبَرَ. وَفِي لَفْظٍ: بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ، حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى قَفَاهُ، ثُمَّ رَدَّهُمَا إِلَى الْمَكَانِ الَّذِي بَدَأَ مِنْهُ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْه)

Dari Abdullah bin Yazid bin Ashim tentang cara berwudhu, dia berkata: "Rasulullah mengusap kepalanya dengan kedua tangannya dari muka ke belakang dan dari belakang ke muka." Dalam lafaz lain, "Beliau mulai dari bagian depan kepalanya sehingga mengusapkan kedua tangannya sampai pada tengkuknya lalu mengembalikan kedua tangannya ke bagian semula." (HR. Bukhari Muslim)

9. Mengusap Kedua Telinga.
Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan sunnah wudhu adalah mengusap kedua telinga. Disunnahkan ketika mengusap telinga menggunakan air yang baru lagi. Maksudnya tidak menggunakan air bekas usapan kepala. Dalilnya adalah hadits sahih riwayat Imam Ibnu Majah:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَسَحَ أُذُنَيْهِ دَاخِلَهُمَا بِالسَّبَّابَتَيْنِ، وَخَالَفَ إِبْهَامَيْهِ إِلَى ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ، فَمَسَحَ ظَاهِرَهُمَا وَبَاطِنَهُمَا» (رواه ابن ماجه)

Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW mengusap kepala dan dua telinganya. Beliau memasukkan dua jari telunjuk (ke bagian dalam daun telinga), sedangkan kedua jempolnya ke bagian luar daun telinga. Beliau mengusap sisi luar dan dalam telinga. (HR. Ibnu Majah)

Dan juga hadis sahih riwayat Imam al-Hakim:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ: «رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَتَوَضَّأُ فَأَخَذَ مَاءً لِأُذُنَيْهِ خِلَافَ الْمَاءِ الَّذِي مَسَحَ بِهِ رَأْسَهُ» (رواه الحاكم)

Dari Abdullah bin Zaid al-Anshari, bahwa dirinya pernah melihat Rasulullah berwudhu, lalu membasuh kedua telinganya dengan air yang baru, bukan air bekas membasuh kepalanya. (HR. Hakim)

10. Menyela-nyela Jenggot dan Jari.
Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan sunnah wudhu adalah menyela jenggot yang lebat dan menyela jari-jari tangan dan kaki. Dalilnya adalah hadis sahih riwayat Imam Abu Dawud dan Imam Al-Baihaqi:
عَنْ أَنَسٍ بْنَ مَالِكٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا تَوَضَّأَ، أَخَذَ كَفًّا مِنْ مَاءٍ فَأَدْخَلَهُ تَحْتَ حَنَكِهِ فَخَلَّلَ بِهِ لِحْيَتَهُ»، وَقَالَ: «هَكَذَا أَمَرَنِي رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ» (رواه أبو داود والبيهقي)

Dari Anas bin Malik, Nabi SAW bila berwudhu mengambil secukupnya dari air, dan memasukkannya ke bawah dagunya dan meresapkan air ke jenggotnya. Beliau bersabda: "Beginilah Tuhanku memerintahkanku." (HR. Abu Daud dan Baihaqi)

Adapun dalil kesunnahan menyela pada jari tangan dan kaki, (takhlil al-ashabi’), adalah hadis berikut:
عَنْ عَاصِمِ بْنِ لَقِيطٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا تَوَضَّأْتَ فَأَسْبِغِ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الْأَصَابِعِ» (رواه الترمذي والنسائي وأبي داود)

Dari 'Ashim bin Laqith, dari ayahnya (Laqith), ia berkata: Rasulullah bersabda: Jika engkau berwudhu, ratakanlah wudhu dan basahi sela-sela jari dengan air. (HR. Tirmizi, Nasa’i, dan Abi Dawud)

11. Mendahulukan Bagian Kanan.
Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (w. 593 H) disebutkan sunnah wudhu adalah mendahulukan bagian kanan baru kemudian yang kiri. Dalilnya adalah hadis shahih berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا لَبِسْتُمْ، وَإِذَا تَوَضَّأْتُمْ، فَابْدَءُوا بِأَيَامِنِكُمْ» (رواه أحمد وأبو داود وابن ماجه وابن خزيمة وابن حبان والبيهقي)

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Bila kalian berpakaian dan berwudhu maka mulailah dari bagian-bagian kananmu." (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Baihaqi)

12. Membasuh dan Mengusap 3 Kali.
Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan sunnah wudhu adalah membasuh atau mengusap 3 kali. Dalilnya adalah hadis shahih berikut ini:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: تَوَضَّأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّةً مَرَّةً وَقَالَ: «هَذَا وُضُوءُ مَنْ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ الصَّلَاةَ إِلَّا بِهِ». ثُمَّ تَوَضَّأَ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ وَقَالَ: «هَذَا وُضُوءُ مَنْ يُضَاعَفُ اللَّهُ لَهُ الْأَجْرَ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ». ثُمَّ تَوَضَّأَ ثَلَاثًا ثَلَاثًا وَقَالَ: «هَذَا وُضُوئِي وَوُضُوءُ الْمُرْسَلِينَ مِنْ قَبْلِي» (رواه الدارقطني)

Dari Ibnu Umar, ia berkata: Bahwa Nabi SAW membasuh anggota wudhu masing-masing satu kali lalu bersabda: "Ini adalah amal yang Allah tidak akan menerimanya kecuali dengan cara ini." Kemudian beliau membasuh masing-masing dua kali dan bersabda: "Ini yang membuat Allah melipatgandakan amal dua kali lipat." Kemudian beliau membasuh masing-masing tiga kali dan bersabda: "Ini adalah wudhu'ku dan wudhu'nya para Nabi sebelumku." (HR. Daruquthuni)

13. Berdoa Setelah Wudhu.
Dalam Kitab Imta'ul Asmaa’ Fii Syarhi Matni Abi Syujaa’ karya Dr. Syifaa' binti Dr. Hasan Hitou disebutkan bahwa termasuk sunnah wudhu adalah berdoa setelah wudhu. Dalilnya adalah hadis shahih berikut ini:
عَنْ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ، فَيُسْبِغُ الْوُضُوءَ، ثُمَّ يَقُولُ: (أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ)، إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ. (أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَالتِّرْمِذِيُّ). وَزَادَ الترمذي: (اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ، وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ).

Dari Umar, ia berkata Rasulullah bersabda: Siapa pun di antara kalian yang berwudhu, dan menyempurnakan wudhunya, lalu membaca: "asyhadu alla ilaaha illallahu wahdahuulaa syariikalah, wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluh…", pasti akan dibukakan baginya pintu-pintu surga. (HR. Muslim dan Tirmizi). Dalam riwayat Tirmizi ditambahkan bacaan: "Allahummaj'alni minat tawwabiina waj'alni minal mutathohhiriin." (HR. Tirmizi)

14. Ad-Dalku.
Dalam Kitab al-Fiqhu al-Manhaji Alaa Madzhabi al-Imam Asy-Syaafi’i disebutkan bahwa disunnahkan ketika berwudhu memijit atau menggosok-gosok dengan tangan (ad-Dalku).
Dalilnya adalah hadis shahih berikut ini:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ، «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِثُلُثَيْ مُدٍّ فَجَعَلَ يَدْلُكُ ذِرَاعَهُ» (رواه ابن خزيمة وقال قال الأعظمي: إسناده صحيح)

Dari Abdullah bin Zaid: bahwa Nabi SAW mengambil seperti mud air, yang digunakan untuk menggosok lengannya. (HR. Ibnu Khuzaimah. Al-A'zhami berkata: Isnadnya shahih).

Dan juga hadis shahih berikut ini:
عن عبد الله بن زيد - رضي الله عنه - أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - توضأ، فجعل يقول هكذا، يدلك.» (رواه أحمد)
Dari Abdullah bin Zaid: bahwa Nabi SAW berwudhu dan melakukan gosokan. (HR. Ahmad).

15. Muwalah.
Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan bahwa termasuk sunnah wudhu adalah muwalah. Muwalah adalah berwudhu dengan berkesinambungan tanpa dijeda atau tanpa diputus-putus. Dalilnya adalah perbuatan Nabi SAW dalam setiap wudhu. Namun apabila kita menjeda wudhu (tidak muwalah) maka wudhunya tetap sah. Misalnya ketika membasuh tangan tiba tiba air yang kita gunakan habis. Sehingga harus mencari air terlebih dahulu di tempat lain. Maka ini terjeda beberapa saat disebut dengan tidak muwalah. Dan ketika menemukan air kemudian langsung lanjut mengusap kepala maka tidak apa apa. Namun afdholnya mengulangi wudhu dari awal.

Wallahu A'lam Bish-Showab
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2886 seconds (0.1#10.140)