Mengambil Berkah dari Tradisi Khataman Kitab Al-Bukhari di Majlis Kwitang
A
A
A
Ustaz Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an
Sekiranya saja pemerintah mengetahui fadhilah (keutamaan) membaca dan mengkhatamkan Kitab Sahih Al-Bukhari, tentulah mereka akan memberi perhatian khusus terhadap tradisi yang mulia ini.
"Tapi kita melakukannya semata-mata mengharapkan ridha Allah Ta'ala," kata Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi. (Baca Juga: Majelis Habib Ali Kwitang dan Tradisi Khataman Kitab Sahih Al-Bukhari)
Seperti diketahui, tradisi pembacaan Kitab Sahih Al-Bukhari pada bulan Rajab ini terus dilestarikan di Islamic Center Indonesia Kwitang yang kini menjadi tempat Majlis Kwitang Jakarta Pusat. Majelis ini dipimpin oleh generasi penerusnya, Al-Habib Ali bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi. Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, pendiri awal majelis Kwitang merupakan ulama kharismatik yang berjasa memulai majelis taklim di Indonesia.
Pada acara khataman itu dihadiri dua tokoh muda da'i ilallah, Al-Habib Muhammad Husien Al-Habsyi dari Solo dan Al-Habib Ahmad bin Novel bin Jindan Tangerang yang memberikan tausiah di akhir acara.
Menurut Habib Muhammad Husien Al-Habsyi, "Kitab Sahih Al-Bukhari merupakan identitas bagi kelompok Ahlusunnah wal Jamaah. Ciri paham Ahlusunnah wal Jama'ah tidak meninggalkan Al-Qur’an dan Hadis Nabi.
Kita bukan kelompok yang mengkritik Sahih Al-Bukhari, sebab mereka yang mengkritik Sahih Bukhari ibarat orang yang ingin meludahi matahari yang ludah itu kembali pada dirinya sendiri. Kita juga bukan kelompok yang mengatakan, "Ayo, kembali pada Al-Qur'an dan Hadis!" Sebab, kita tidak pernah meninggalkan Al-Qur'an dan Hadis. Ajakan untuk "Kembali pada Al-Qur'an dan Hadis" hanya patut ditujukan kepada mereka yang meninggalkan Al-Qur'an dan Hadis tersebut."
Al-Habib Ahmad bin Novel bin Jindan juga menyampaikan tausiah singkatnya memaparkan sejarah tradisi pembacaan Kitab Sahih Al-Bukhari yang bermula di Kota Zabid yang kemudian ditradisikan oleh para ulama dan masyaikh di Kota Hadramaut, Yaman. Beliau juga menyebutkan secara lengkap dan terperinci serangkaian sanad-sanad keilmuan para ulama Hadrami yang bersambung hingga penyusunnya, Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Mughirah ibn Bardizbah al-Jufi Al-Bukhari.
Istimewanya lagi, pada acara khataman Ahad kemarin (8/3/2020) itu dihadiri langsung oleh tamu kehormatan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Syeikh Essam bin Abed at-Thaqafi bersama Atase Kementerian Agama Kerajaan Arab Saudi dari pukul 08 pagi hingga acara berakhir pukul 10.30 WIB.
Syeikh Essam dalam sambutannnya yang diterjemahkan oleh Al-Habib Ali Al-Bahar mengungkapkn rasa bahagianya. "Saya sangat berbahagia dan senang menghadiri acara ini!" Syekh Essam menyampaikan rasa bangganya, "Kami mencintai Indonesia, sebelum kami dilahirkan," ungkapnya.
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an
Sekiranya saja pemerintah mengetahui fadhilah (keutamaan) membaca dan mengkhatamkan Kitab Sahih Al-Bukhari, tentulah mereka akan memberi perhatian khusus terhadap tradisi yang mulia ini.
"Tapi kita melakukannya semata-mata mengharapkan ridha Allah Ta'ala," kata Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi. (Baca Juga: Majelis Habib Ali Kwitang dan Tradisi Khataman Kitab Sahih Al-Bukhari)
Seperti diketahui, tradisi pembacaan Kitab Sahih Al-Bukhari pada bulan Rajab ini terus dilestarikan di Islamic Center Indonesia Kwitang yang kini menjadi tempat Majlis Kwitang Jakarta Pusat. Majelis ini dipimpin oleh generasi penerusnya, Al-Habib Ali bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi. Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, pendiri awal majelis Kwitang merupakan ulama kharismatik yang berjasa memulai majelis taklim di Indonesia.
Pada acara khataman itu dihadiri dua tokoh muda da'i ilallah, Al-Habib Muhammad Husien Al-Habsyi dari Solo dan Al-Habib Ahmad bin Novel bin Jindan Tangerang yang memberikan tausiah di akhir acara.
Menurut Habib Muhammad Husien Al-Habsyi, "Kitab Sahih Al-Bukhari merupakan identitas bagi kelompok Ahlusunnah wal Jamaah. Ciri paham Ahlusunnah wal Jama'ah tidak meninggalkan Al-Qur’an dan Hadis Nabi.
Kita bukan kelompok yang mengkritik Sahih Al-Bukhari, sebab mereka yang mengkritik Sahih Bukhari ibarat orang yang ingin meludahi matahari yang ludah itu kembali pada dirinya sendiri. Kita juga bukan kelompok yang mengatakan, "Ayo, kembali pada Al-Qur'an dan Hadis!" Sebab, kita tidak pernah meninggalkan Al-Qur'an dan Hadis. Ajakan untuk "Kembali pada Al-Qur'an dan Hadis" hanya patut ditujukan kepada mereka yang meninggalkan Al-Qur'an dan Hadis tersebut."
Al-Habib Ahmad bin Novel bin Jindan juga menyampaikan tausiah singkatnya memaparkan sejarah tradisi pembacaan Kitab Sahih Al-Bukhari yang bermula di Kota Zabid yang kemudian ditradisikan oleh para ulama dan masyaikh di Kota Hadramaut, Yaman. Beliau juga menyebutkan secara lengkap dan terperinci serangkaian sanad-sanad keilmuan para ulama Hadrami yang bersambung hingga penyusunnya, Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Mughirah ibn Bardizbah al-Jufi Al-Bukhari.
Istimewanya lagi, pada acara khataman Ahad kemarin (8/3/2020) itu dihadiri langsung oleh tamu kehormatan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Syeikh Essam bin Abed at-Thaqafi bersama Atase Kementerian Agama Kerajaan Arab Saudi dari pukul 08 pagi hingga acara berakhir pukul 10.30 WIB.
Syeikh Essam dalam sambutannnya yang diterjemahkan oleh Al-Habib Ali Al-Bahar mengungkapkn rasa bahagianya. "Saya sangat berbahagia dan senang menghadiri acara ini!" Syekh Essam menyampaikan rasa bangganya, "Kami mencintai Indonesia, sebelum kami dilahirkan," ungkapnya.
(rhs)