5 Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Ayyub untuk Korban Covid-19

Sabtu, 28 Maret 2020 - 17:58 WIB
5 Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Ayyub untuk Korban Covid-19
5 Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Ayyub untuk Korban Covid-19
A A A
Ini adalah kisah seorang lelaki kaya raya yang mendadak bangkrut dan menderita sakit parah. Sakit kulit yang amat menjijikkan, sehingga tak ada seorang pun, kecuali istrinya, yang sudi dekat dengannya. Kendati hidup menderita, dia tetap bertakwa kepada Allah SWT. Dia selalu berzikir dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Dialah Nabi Ayyub alaihis salam (AS). Kisah Nabi Ayyub bisa menjadi pelajaran bagi umat yang kini tengah menjadi korban wabah virus corona.

Allah Subhana wa Ta'ala (SWT) telah menceritakan kepada kita beberapa kisah nabi dan rasul di dalam Alquran untuk dijadikan sebagai pelajaran bagi kita, memperkuat keimanan orang-orang yang beriman dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman. Allah SWT berfirman:

لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُون

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman . (QS. Yusuf: 111).

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ

Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud: 120).

Tentang kisah Nabi Ayyub ini, Dr.Amin bin Abdullah asy‐Syaqawi menulis bahwa para ulama tafsir dan sejarah menyebut sebelumnya Ayyub adalah lelaki terpandang dan kaya raya. Hartanya berlimpah, tanahnya luas, hewan ternak dan kambing amat banyak. Dia hidup di sebuah belahan bumi yang bernama Tsaniyah, di Huran, yang terletak di negeri Syam.

Ibnu Asakir berkata, “Semua lahan yang luas itu adalah miliknya lalu Allah SWT menguji dirinya dengan kehilangan semua harta tersebut. Dia diuji dengan berbagai macam ujian. Tidak ada sejengkalpun dari bagian tubuhnya yang tidak ditimpa penyakit kecuali hati dan lisannya.

Dia selalu berzikir dengan kedua indra tersebut, bertasbih kepada Allah SWT siang dan malam, pagi dan sore.

Lantaran penyakit tersebut seluruh temannya merasa jijik terhadapnya. Begitu juga kerabatnya. Akhirnya dia diasingkan pada sebuah tempat pembuangan sampah di luar kota tempat tinggalnya. Hanya sang istri yang menemaninya.

Perempuan ini bekerja kepada orang lain. Uang hasil jerih payahnya itu untuk membeli makanan. Istri Ayyub sangat setia. Ia juga sabar. Ia rela meninggalkan segala-galanya untuk sang suami.

Pada awalnya, masih ada orang yang sudi mempekerjakan istri Ayyub. Namun, begitu mereka tahu bahwa perempuan itu adalah istri Ayyub orang-orang itu menolaknya. Masyarakat tidak lagi membutuhkannya. Mereka takut tertular penyakit Ayyub jika berinteraksi secara langsung dengan perempuan itu.

Akibatnya, istri Ayyub tidak menemukan seorangpun yang bisa memberinya pekerjaan. Lalu ia menggadaikan kepang rambutnya dengan makanan. Hasil gadai itu dibawanya kepada Ayyub dan sang suami bertanya dengan marah, “Dari manakah engkau mendapatkan makanan ini?".

Sang istri menceritakan secara jujur apa yang terjadi. Hanya saja, Ayyub tidak percaya. Bahkan Ayyub bersumpah dirinya tidak mau memakan makanan tersebut sehingga sang istri memberitahu dari manakah dia memperoleh makanan ini. Akhirnya sang istri membuka kerudung yang menutupi kepalanya. Pada saat Ayyub melihat rambut istrinya telah tercukur rata dia pun berdo’a:

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al-Anbiya’: 83).

Lalu Allah mendatangkan pertolongan -Nya kepadanya:

ٱرْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَشَرَابٌ

(Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum". (QS. Shad: 42)

Maknanya, Allah SWT memerintahkan: "Pukullah bumi ini dengan kakimu. Maka diapun melaksanakan perintah Tuhan-Nya, lalu Allah SWT memancarkan mata air yang dingin, dan Dia memerintahkan Ayyub agar mandi dan minum dari air tersebut. Kemudian Allah menghilangkan semua penyakit dan penderitaan yang menimpa tubuhnya baik yang lahir atau batin. Lalu Allah SWT menggantikannya dengan kesehatan yang sempurna baik lahir dan batin serta harta yang banyak sehingga limpahan harta menghujani dirinya, belalang-belalang dari emas.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab sahihnya dari Abi Hurairah RA berkata: Pada saat Ayyub mandi dalam keadaan telanjang tiba-tiba belalang dari emas terjatuh, lalu Ayyub menangkapnya dengan pakaiannya lalu Tuhannya berseru kepadanya: "Wahai Ayyub!, Tidakkah Aku telah mencukupkanmu dari apa yang kau pandang sekarang ini?".

Ayyub menjawab: "Benar wahai Tuhanku akan tetapi aku tidak pernah merasa cukup dengan keberkahan yang engkau berikan kepadaku”.
Dan Allah SWT mengembalikan keluarganya yang telah tiada, sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah SWT:

فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ فَكَشَفْنَا مَا بِهِۦ مِن ضُرٍّ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ أَهْلَهُۥ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَٰبِدِينَ

Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QS Al-Anbiya’: 84)

Dikatakan tentang penafsiran ayat tersebut bahwa Allah SWT menghidupkan mereka. Dalam perkataan yang lain disebutkan, Allah SWT memberikan ganti rugi baginya saat hidup di dunia dan pendapat yang lain berkata maksud firman di atas adalah lain. Hal itu sebagai kasih sayang Allah SWT kepadanya, dan belas kasihan serta peringatan bagi orang-orang yang beribadah.

Menurut Dr.Amin bin Abdullah asy‐Syaqawi, di antara pelajaran yang bisa dipetik dari cerita Nabi Ayyub AS ini adalah:

Pertama: Beratnya ujian Allah SWT bagi Nabi Ayyub ‘alaihi salam. Semua ujian itu tidak menambahkannya kecuali kesabaran, harapan pahala dari Allah SWT, pujian dan rasa syukur kepada -Nya, sehingga Ayyub adalah sebagai contoh dalam kesabaran, dia sebagai contoh dalam menghadapi berbagai penyakit.

Al-Suddy berkata, “Semua kulit luar sudah berjatuhan sehingga tidak ada yang tersisa kecuali tulang dan urat".

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la di dalam kitab musnadnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Nabi Allah, Ayyub bertahan dengan penuh kesabaran menghadapi berbagai penyakit dalam waktu delapan belas tahun, dia ditolak oleh kerabat dekat dan jauh kecuali dua lelaki dari saudaranya, keduanya selalu datang kepadanya baik pada waktu pagi atau sore. Suatu hari, salah seorang dari mereka berkata kepada yang lain: Apakah engkau mengetahui bahwa Ayyub telah berbuat dosa dengan dosa yang tidak pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini?.

Maka teman yang satu bertanya: Dosa apakah yang pernah dilakukan oleh Ayyub?.

Sahabat itu berkata: Sejak delapan belas tahun dia tidak pernah dikasihsayangi oleh Allah sehingga Allah menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Lalu pada saat mereka berdua pergi menemui Nabi Ayyub salah seorang sahabatnya tidak bersabar menahan dirinya dan akhirnya menceritakan apa yang pernah didengarnya.

Maka Ayyub berkata: Aku tidak memahami apa yang kalian katakan, hanya saja Allah mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang lelaki yang sedang bertikai, lalu mereka berdua mengingatkan nama Allah, lalu akupun kembali kerumahku dan aku membantu keduanya untuk menghapuskan kesalahan mereka, karena aku tidak suka mereka menyebut nama Allah kecuali untuk suatu kebenaran…”.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Mush’ab bin Sa’d dari ayahnya dia berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling besar cobaannya?. Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang yang saleh, kemudian orang yang terbaik dari manusia. Seseorang akan diuji berdasarkan tingkat keagamaannya, jika dia memiliki agama yang tipis maka ujiannyapun diperingan, dan jika dia memiliki agama yang kuat maka ujiannyapun akan ditambah sehingga dirinya akan berjalan di muka bumi ini tanpa memiliki kesalahan”.

Kedua, dikatakan: Wahai orang yang sedang diuji, wahai orang yang sedang diuji pada harta, anak-anak dan diri kalian, bersabarlah dan kejarlah pahala dari Allah SWT, sesungguhnya Dia pasti akan mengganti. Allah SWT berfirman:

م بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah; 155-157)

Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah peringatan bagi mereka yang diuji pada jasadnya, hartanya dan anak-anaknya, dia memiliki tauladan pada Nabi Ayyub AS, di mana Allah SWT telah mengujinya dengan penderitaan yang lebih besar namun dia tetap bersabar dan mengharap pahala dari Allah SWT sehingga Dia memberikan kelapangan baginya”.

Ketiga, bahwa orang yang ditimpa suatu musibah lalu dia mengharap pahala dari Allah SWT dan istrija’ (mengucapkan: Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun) maka Allah SWT akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah terlewatkan, sama seperti apa yang telah dialami oleh Ayyub AS.

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab sahihnya dari Ummu Salamah bahwa Nabi Muhammad SAW berkata kepadaku, “Tidaklah seorang muslim ditimpa oleh suatu musibah lalu dia mengucapkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah, yaitu membaca: (Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun Allahumma Ajirni fi mushibati wakhluf li kahairan minha). Sesungguhnya kita adalah milik Allah SWT dan kepada Allah-lah kita akan kembali, ya Allah berikanlah bagiku balasan kebaikan atas musibah yang menimpaku dan berikanlah balasan yang baik bagiku”.

Keempat, di dalam kisah ini terdapat risalah bagi para istri yang beriman bahwa mereka harus bersabar menghadapi suami mereka yang menderita sakit atau kemiskinan atau cobaan lainnya. Lihatlah istri Ayyub sebagai contoh. Dia sungguh sabar dan mengharap pahala dari Allah SWT sehingga Allah SWT menghilangkan segala cobaan yang menimpa suaminya.

Kelima, sesungguhnya Allah SWT manjadikan bagi hamba -Nya yang bertaqwa jalan keluar dan kelapangan. Sesungguhnya Nabi Ayyub bersumpah untuk memukul istrinya dengan seratus cambukan, Ibnu Katsir berkata, “Pada saat Allah SWT telah menyembuhkan dirinya, maka dia diperbolehkan untuk mengambil sekumpulan kayu, yaitu kumpulan tangkai kurma lalu dia memukulnya dengan satu pukulan, dan hal itu sebagai ganti dari seratus pukulan serta dengannya dia telah memenuhi sumpah dan tidak melanggarnya.

Maka ini adalah salah satu bentuk kelapangan dan jalan keluar yang diberikan oleh Allah SWT bagi orang yang bertaqwa kepada -Nya dan mentaati -Nya. Apalagi terhadap istrinya yang begitu sabar dan mengharap pahala dari Allah SWT, jujur dan berbuat baik serta dewasa.
Oleh karena itulah Allah SWT mengakhiri penderitaan ini dan menyebutkan sebabnya dengan firmanNya:

إِنَّا وَجَدْنَٰهُ صَابِرًا ۚ نِّعْمَ ٱلْعَبْدُ ۖ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ

Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 44).

( Baca juga: Kesabaran Nabi Ayyub Ditimpa Penyakit Patut Diteladani )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3087 seconds (0.1#10.140)