3 Bacaan Masyhur untuk Ruqyah Menangkal Virus Corona
A
A
A
CENDEKIAWAN Muslim dari Arab Saudi, Syeikh Prof Dr Ibrahim bin Amir ar-Ruhailiy, membagikan resep melindungi diri dari serangan virus corona dalam tulisannya yang diterjemahkan Muhammad Sulhan berjudul "Pedoman Syar’i Pelindung Diri Dari Wabah Corona". Salah satu resep itu adalah metode ruqyah . Menurut Ibrahim, metode ruqyah termasuk sebab syar’i yang bermanfaat yang telah diizinkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (SAW).
Dari Auf bin Malik al-Asyja’i ia berkata: “Kami dahulu biasa meruqyah pada masa Jahiliyyah, lalu kami bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu tentang ruqyah ? Rasulullah SAW menjawab:
اِعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ، لاَ بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ.
“Perlihatkanlah ruqyah-ruqyah kalian kepadaku. Tidak mengapa melakukan ruqyah selama tidak mengandung kesyirikan.“ Riwayat Muslim (5783).
Dari Abdurrahman bin al-Aswad, dari ayahnya, ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada Aisyah radhiyaAllahu ‘anha (RA) tentang ruqyah , beliau menjawab: “ Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan keringanan bagi keluarga kaum Anshor untuk meruqyah karena sebab racun bisa.” Riwayat al-Bukhari (5741) dan Muslim (5768).
Di antara bacaan-bacaan ruqyah yang bermanfaat dan paling masyhur ialah:
Pertama, meruqyah dengan surat al-Fatihah.
Dari Abu Said al-Khudri RA, bahwasannya sebagian sahabat Rasulullah SAW pernah dalam suatu perjalanan. Lalu mereka melewati suatu perkampungan Arab. Mereka meminta untuk dijamu namun penduduk kampung itu menolak untuk menjamu mereka. Mereka mengatakan: “Apakah dari kalian ada yang bisa meruqyah?” Sebab pemimpin kami disengat binatang, atau kesurupan.”
Seorang sahabat menjawab: “Iya, ada.” Ia pun mendatangi pemimpin mereka dan meruqyahnya dengan surat al-Fatihah hingga sembuh total. Ia diberi upah sekumpulan kambing namun ia enggan menerimanya.
Ia berkata: “Biar aku sampaikan terlebih dahulu kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam.” Lalu ia pun mendatangi Nabi dan menceritakan apa yang terjadi. Ia berkata: “Wahai Rasulullah, demi Allah, aku hanya meruqyah dengan al-Fatihah. Beliau tersenyum dan bersabda: “Tahukah kamu bahwa surat tersebut adalah ruqyah ?.” Kemudian beliau bersabda: “Ambilah upah mereka itu, dan beri aku bagian.” Riwayat al-Bukhari (5736) dan Muslim (5784)
Kedua, meruqyah dengan surat al-Ikhlas dan al-Mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Naas), dan membentengi diri dengannya.
Dari Aisyah RA ia berkata: “ Rasulullah SAW dahulu apabila telah bersiap-siap untuk tidur beliau meniupkan pada kedua telapak tangan beliau surat “Qul huwallahu Ahad” dan surat al-Mu’awwidzatain. Lalu beliau mengusapkan keduanya ke wajah dan anggota badan yang terjangkau oleh kedua tangan beliau.”
Aisyah berkata: “Tatkala sakit, beliau memintaku untuk melakukannya.” Yunus berkata: “Aku pernah melihat Ibnu Syihab juga melakukannya ketika ia bersiap-siap untuk tidur.” Riwayat al-Bukhari (5738)
Dari Ma’mar, dari az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah RA: “Bahwa Nabi SAW dahulu meniupkan surat-surat al-Mu’awwidzaat (al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Naas) ke diri beliau ketika beliau sakit yang menyebabkan beliau wafat. Tatkala penyakit beliau semakin parah, aku-lah yang membacakan untuk beliau. Aku mengusapkan tangan beliau ke tubuh beliau karena keberkahan tangan itu.”Lalu aku (Ma’mar) bertanya kepada az-Zuhri: “Bagaimana cara meniupnya?” Ia menjawab: “Beliau meniup ke kedua telapak tangan beliau, lalu mengusapkan keduanya ke wajah beliau.” Riwayat al-Bukhari (5735) dan Muslim (5765).
Ketiga, meruqyah dengan doa ruqyah Rasulullah SAW
Dari Anas bin Malik RA: Bahwasanya ada seorang laki-laki menemui beliau lalu berkata: “Aku mengeluhkan suatu penyakit.” Anas lalu berkata: “Maukah engkau aku ruqyah dengan doa ruqyah Rasulullah SAW?” Ia menjawab: “Tentu saja.” Anas berdoa:
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ, مذْهِبِ الْبَأْس, اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah, Rabb manusia, yang Maha menghilangkan penyakit, berikanlah kesembuhan, Engkau Maha menyembuhkan, tiada yang dapat memberikan kesembuhan melainkan hanya Engkau, kesembuhan yang tidak meninggalkan suatu penyakit pun.” Riwayat al-Bukhari (5742).
Dari Aisyah RA ia berkata: “Dahulu Rasulullah SAW meruqyah sebagian sahabat, beliau mengusapnya dengan tangan kanan beliau (seraya berdoa):
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِه وأَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
“Hilangkanlah penyakit, wahai Rabb manusia, dan berilah kesembuhan, Engkau Maha menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan suatu penyakit pun.”Riwayat al-Bukhari (5750) dan Muslim (2191).
Meruqyah dengan meletakkan tangan di atas anggota tubuh yang terasa sakit, disertai dengan memohon perlindungan kepada Allah
عن عثمان بن أبي العاص - رضي الله عنه - أنه اشتكى إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وجعا يجده في جسده منذ أسلم ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : ( ضع يدك على الذي تألم من جسدك وقل : بسم الله ثلاثا ، وقل سبع مرات : أعوذ بعزة الله وقدرته من شر ما أجد وأحاذر ) ( أخرجه الإمام أحمد والإمام مسلم وأبو داوود والترمذي والنسائي وابن ماجة )
Dari Utsman bin Abu al-‘Ash ats-Tsaqofi RA, ia pernah mengeluhkan kepada Rasulullah SAW suatu rasa sakit yang ia rasakan di tubuhnya semenjak masuk Islam. Rasulullah berkata kepadanya: “Letakkanlah tanganmu di atas bagian tubuhmu yang terasa sakit dan ucapkanlah, “Bismillah, sebanyak tiga kali, lalu ucapkanlah sebanyak tujuh kali, “Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan apa yang aku rasakan dan aku khawatirkan.” (Riwayat Muslim (5788).
"Yang lebih utama adalah seorang meruqyah dirinya sendiri dan tidak memintanya kepada orang lain. Karena Nabi SAW ketika menjelaskan tujuh puluh ribu manusia yang masuk surga tanpa hisab beliau menyebutkan ciri-ciri mereka," tulis Ibrahim..
ﻫُﻢْ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﺎ ﻳَﺘَﻄَﻴَّﺮُﻭﻥَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺴْﺘَﺮْﻗُﻮﻥَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻜْﺘَﻮُﻭﻥَ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻳَﺘَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ
Mereka adalah orang-orang yang tidak meyakini adanya kesialan pada sesuatu, tidak meminta diruqyah, tidak melakukan pengobatan dengan kay (besi dipanaskan di atas bara api lalu diletakkan di atas tempat sakit) dan mereka bertawakal hanya kepada Allah semata.” Riwayat al-Bukhari (5752) dan Muslim (218).
Nabi SAW menjelaskan bahwa orang-orang pilihan yang merupakan umat yang paling baik tersebut adalah, “Mereka tidak meminta diruqyah.” Arti al-istirqo’ ialah meminta orang lain untuk meruqyah.
Dari Auf bin Malik al-Asyja’i ia berkata: “Kami dahulu biasa meruqyah pada masa Jahiliyyah, lalu kami bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu tentang ruqyah ? Rasulullah SAW menjawab:
اِعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ، لاَ بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ.
“Perlihatkanlah ruqyah-ruqyah kalian kepadaku. Tidak mengapa melakukan ruqyah selama tidak mengandung kesyirikan.“ Riwayat Muslim (5783).
Dari Abdurrahman bin al-Aswad, dari ayahnya, ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada Aisyah radhiyaAllahu ‘anha (RA) tentang ruqyah , beliau menjawab: “ Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan keringanan bagi keluarga kaum Anshor untuk meruqyah karena sebab racun bisa.” Riwayat al-Bukhari (5741) dan Muslim (5768).
Di antara bacaan-bacaan ruqyah yang bermanfaat dan paling masyhur ialah:
Pertama, meruqyah dengan surat al-Fatihah.
Dari Abu Said al-Khudri RA, bahwasannya sebagian sahabat Rasulullah SAW pernah dalam suatu perjalanan. Lalu mereka melewati suatu perkampungan Arab. Mereka meminta untuk dijamu namun penduduk kampung itu menolak untuk menjamu mereka. Mereka mengatakan: “Apakah dari kalian ada yang bisa meruqyah?” Sebab pemimpin kami disengat binatang, atau kesurupan.”
Seorang sahabat menjawab: “Iya, ada.” Ia pun mendatangi pemimpin mereka dan meruqyahnya dengan surat al-Fatihah hingga sembuh total. Ia diberi upah sekumpulan kambing namun ia enggan menerimanya.
Ia berkata: “Biar aku sampaikan terlebih dahulu kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam.” Lalu ia pun mendatangi Nabi dan menceritakan apa yang terjadi. Ia berkata: “Wahai Rasulullah, demi Allah, aku hanya meruqyah dengan al-Fatihah. Beliau tersenyum dan bersabda: “Tahukah kamu bahwa surat tersebut adalah ruqyah ?.” Kemudian beliau bersabda: “Ambilah upah mereka itu, dan beri aku bagian.” Riwayat al-Bukhari (5736) dan Muslim (5784)
Kedua, meruqyah dengan surat al-Ikhlas dan al-Mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Naas), dan membentengi diri dengannya.
Dari Aisyah RA ia berkata: “ Rasulullah SAW dahulu apabila telah bersiap-siap untuk tidur beliau meniupkan pada kedua telapak tangan beliau surat “Qul huwallahu Ahad” dan surat al-Mu’awwidzatain. Lalu beliau mengusapkan keduanya ke wajah dan anggota badan yang terjangkau oleh kedua tangan beliau.”
Aisyah berkata: “Tatkala sakit, beliau memintaku untuk melakukannya.” Yunus berkata: “Aku pernah melihat Ibnu Syihab juga melakukannya ketika ia bersiap-siap untuk tidur.” Riwayat al-Bukhari (5738)
Dari Ma’mar, dari az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah RA: “Bahwa Nabi SAW dahulu meniupkan surat-surat al-Mu’awwidzaat (al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Naas) ke diri beliau ketika beliau sakit yang menyebabkan beliau wafat. Tatkala penyakit beliau semakin parah, aku-lah yang membacakan untuk beliau. Aku mengusapkan tangan beliau ke tubuh beliau karena keberkahan tangan itu.”Lalu aku (Ma’mar) bertanya kepada az-Zuhri: “Bagaimana cara meniupnya?” Ia menjawab: “Beliau meniup ke kedua telapak tangan beliau, lalu mengusapkan keduanya ke wajah beliau.” Riwayat al-Bukhari (5735) dan Muslim (5765).
Ketiga, meruqyah dengan doa ruqyah Rasulullah SAW
Dari Anas bin Malik RA: Bahwasanya ada seorang laki-laki menemui beliau lalu berkata: “Aku mengeluhkan suatu penyakit.” Anas lalu berkata: “Maukah engkau aku ruqyah dengan doa ruqyah Rasulullah SAW?” Ia menjawab: “Tentu saja.” Anas berdoa:
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ, مذْهِبِ الْبَأْس, اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah, Rabb manusia, yang Maha menghilangkan penyakit, berikanlah kesembuhan, Engkau Maha menyembuhkan, tiada yang dapat memberikan kesembuhan melainkan hanya Engkau, kesembuhan yang tidak meninggalkan suatu penyakit pun.” Riwayat al-Bukhari (5742).
Dari Aisyah RA ia berkata: “Dahulu Rasulullah SAW meruqyah sebagian sahabat, beliau mengusapnya dengan tangan kanan beliau (seraya berdoa):
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِه وأَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
“Hilangkanlah penyakit, wahai Rabb manusia, dan berilah kesembuhan, Engkau Maha menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan suatu penyakit pun.”Riwayat al-Bukhari (5750) dan Muslim (2191).
Meruqyah dengan meletakkan tangan di atas anggota tubuh yang terasa sakit, disertai dengan memohon perlindungan kepada Allah
عن عثمان بن أبي العاص - رضي الله عنه - أنه اشتكى إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وجعا يجده في جسده منذ أسلم ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : ( ضع يدك على الذي تألم من جسدك وقل : بسم الله ثلاثا ، وقل سبع مرات : أعوذ بعزة الله وقدرته من شر ما أجد وأحاذر ) ( أخرجه الإمام أحمد والإمام مسلم وأبو داوود والترمذي والنسائي وابن ماجة )
Dari Utsman bin Abu al-‘Ash ats-Tsaqofi RA, ia pernah mengeluhkan kepada Rasulullah SAW suatu rasa sakit yang ia rasakan di tubuhnya semenjak masuk Islam. Rasulullah berkata kepadanya: “Letakkanlah tanganmu di atas bagian tubuhmu yang terasa sakit dan ucapkanlah, “Bismillah, sebanyak tiga kali, lalu ucapkanlah sebanyak tujuh kali, “Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan apa yang aku rasakan dan aku khawatirkan.” (Riwayat Muslim (5788).
"Yang lebih utama adalah seorang meruqyah dirinya sendiri dan tidak memintanya kepada orang lain. Karena Nabi SAW ketika menjelaskan tujuh puluh ribu manusia yang masuk surga tanpa hisab beliau menyebutkan ciri-ciri mereka," tulis Ibrahim..
ﻫُﻢْ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﺎ ﻳَﺘَﻄَﻴَّﺮُﻭﻥَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺴْﺘَﺮْﻗُﻮﻥَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻜْﺘَﻮُﻭﻥَ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻳَﺘَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ
Mereka adalah orang-orang yang tidak meyakini adanya kesialan pada sesuatu, tidak meminta diruqyah, tidak melakukan pengobatan dengan kay (besi dipanaskan di atas bara api lalu diletakkan di atas tempat sakit) dan mereka bertawakal hanya kepada Allah semata.” Riwayat al-Bukhari (5752) dan Muslim (218).
Nabi SAW menjelaskan bahwa orang-orang pilihan yang merupakan umat yang paling baik tersebut adalah, “Mereka tidak meminta diruqyah.” Arti al-istirqo’ ialah meminta orang lain untuk meruqyah.
(poe)