Abdul Mu'ti: Corona Jadi Peringatan Agar Manusia Berada di Jalan Tuhan

Senin, 06 April 2020 - 22:00 WIB
Abdul Muti: Corona Jadi Peringatan Agar Manusia Berada di Jalan Tuhan
Abdul Mu'ti: Corona Jadi Peringatan Agar Manusia Berada di Jalan Tuhan
A A A
JAKARTA - Pandemi virus Corona (Covid-19) telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Di Indonesia tercatat 2.491 kasus positif, 209 orang meninggal dunia, dan yang sembuh 192 orang (data Senin (6/4/2020) pukul 12.00 WIB).

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menyampaikan pendapatnya dari sudut pandang teologi bahwa pandemi ini adalah ujian Tuhan bagi umat manusia. Ujian itu bisa menjadi salah satu cara untuk menilai kualitas iman dan untuk meningkatkan derajat kehidupan umat manusia.

Menurutnya, pandemi bisa terjadi sebagai akibat langsung atau tidak langsung atas perbuatan manusia yang tidak mematuhi ajaran Tuhan yaitu menjaga kebersihan. "Agama, khususnya Islam, mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa hidup bersih baik secara fisik maupun spiritual, menjaga keseimbangan ekosistem, dan tidak eksploitatif terhadap alam. Pandemi adalah peringatan agar manusia kembali dan senantiasa berada pada jalan Tuhan," tuturnya Mu'ti kepada SINDOnews, Minggu (5/4/2020).

Dalam sudut pandang ilmu pengetahuan, kata Abdul Mu'ti, pandemi adalah penularan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan alam yang buruk. Ilmu pengetahuan membantu manusia memahami bagaimana sesuatu terjadi dan memandu cara mengatasi atau menyelesaikan suatu masalah.

Menurutnya, pandemi Covid-19 merupakan masalah bangsa. Karena itu harus diselesaikan bersama-sama. Penyelesaian pandemi COVID-19 bisa diselesaikan secara diniyah (keagamaan) dan ilmiah (ilmu pengetahuan). "Sebagai bangsa yang relijius, kedua cara penyelesaian harus dilakukan bersama-sama," tuturnya.

Kata Abdul Mu'ti, doa adalah usaha spiritual yang dilakukan oleh kaum beriman untuk menyelesaikan permasalahan. Secara spiritual, doa memiliki dua makna. Pertama, permohonan pertolongan Tuhan sebagai Dzat Yang Maha Kuasa agar mengakhiri semua musibah dan kesulitan hidup.

Kedua, memberi kekuatan agar tetap bisa bertahan dan keyakinan serta harapan bahwa Tuhan tidak akan menguji manusia melebihi batas kemampuan. "Musibah pasti ada batas akhir dan kehidupan baru yang lebih baik akan datang," tuturnya.

Menurutnya, munajat dapat dilakukan secara serentak tapi dengan pelaksanaan yang bersifat pribadi. Islam mengajarkan agar di tengah musibah yang sangat berat Muslim membaca qunut nazilah di setiap salat fardu serta memperbanyak istighfar. "Tetapi tentu saja, ikhtiar spiritual itu tetap harus disertai usaha kolektif dan gotong-royong sesuai prinsip ilmiah," pungkasnya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3981 seconds (0.1#10.140)