Ngabuburit ala seniman Magelang

Selasa, 30 Juli 2013 - 18:33 WIB
Ngabuburit ala seniman Magelang
Ngabuburit ala seniman Magelang
A A A
Sindonews.com - Ratusan orang yang mulanya hanya menghabiskan waktu untuk menunggu datangnya buka puasa di Alun-alun Kota Magelang, mendapat siraman rohani dari sejumlah seniman.

Tentu bukan melalui ceramah agama yang verbal, sejumlah seniman ini mengingatkan kodrat manusia, dengan sebuah performance art bertema “Akhirnya Kembali ke Tanah Juga”.

Pergelaran yang dilakukan oleh Bambang Eka, Aning Purwa, Nundang Rundagi, Adi W.P, Andritopo dan Cipto Purnomo ini juga melibatkan dua seniman dari Inggris yakni Xilona Blanco dan John.

Tak heran, ratusan orang di sekitar alun-alun seperti terkoordinir mendatangi lokasi pertunjukan.
Di bawah patung Pangeran Diponegoro, para seniman memvisualkan pesan dengan konsep absurd. Mereka melumuri wajahnya dengan tanah. Masing-masing mengikatkan kain merah di pinggangnya. Serta sebagian lagi memainkan pelapah kelapa dan membawa satu drum.

Seruan berupa kalimat pertobatan dikumandangkan oleh Bambang selama performa tersebut, sedangkan Aning Purwa juga berulang kali mengucapkan pentingnya manusia selalu sadar terhadap asal usulnya yang dari tanah.
Aning mengatakan, manusia sebagai makhluk yang lemah dan sering jatuh dalam dosa sehingga harus bertobat untuk kemudian menjalani kehidupan yang lebih baik.

"Banyak yang main di 'langit', tapi lupa jalan pulang ke 'bumi'. Sering kali kita merawat iman dengan kukuh, tetapi menebangi pohon di tanah seenaknya," katanya yang terkesan simbolis tersebut, Selasa (30/7/2013).

Usai tampil di alun-alun, mereka kemudian melanjutkan performance dengan berjalan kaki melewati kawasan pusat pertokoan pecinan, di Jalan Pemuda Kota Magelang hingga saat buka puasa berkumandang.

Bambang Eka mengatakan, pertunjukan seni ini dilakukan untuk merefleksikan makna Ramadan.
"Memaknai bulan puasa sebagai masa bertobat manusia," kata Bambang.

Dijelaskannya, performa itu sebagai ajakan kepada masyarakat untuk makin tekun berdoa dan membangun hidup yang berpengharapan. Menurutnya, momen Ramadan ini sangat tepat untuk saling mengingatkan dalam kebaikan.

"Bertobat itu mengaku bahwa manusia berlumur dosa, maka dosa harus dibenci. Manusia perlu memohon pengampunan dan berjanji tidak mengulangi dosa lagi, lalu memperbaiki kehidupannya," terangnya.

Aning Purwa menyampaikan, banyak hal yang bias digunakan sebagai media menyampaikan pesan. Salah satunya adalah melalui pergelaran kesenian.

“Seni itu tidak jauh dari masyarakat. Jadi tidak ada salahnya jika kami menyampaikan pesan yang sebenarnya juga buat kami sendiri (bukan maksud menggurui) lewat seni,” tandasnya.
(stb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2596 seconds (0.1#10.140)