Tantangan puasa para mualaf AS

Kamis, 01 Agustus 2013 - 11:20 WIB
Tantangan puasa para...
Tantangan puasa para mualaf AS
A A A
Sindonews.com - Shannon Johnson, belum lama menjadi mualaf. Programmer komputer yang bekerja sebagai pegawai negeri di negara bagian New York itu, untuk pertama kalinya menjalani puasa pada Ramadan kali ini.

Berpuasa pada musim panas, dengan durasi waktu lebih dari 16 jam, menjadi tantangan bagi Shannon Johnson dan para mualaf lainnya di Amerika Serikat. Sebelum Ramadan tiba, Shannon Johonson sempat khawatir untuk berpuasa.

”Ya, saya punya kekhawatiran besar soal puasa, karena saya tidak tahan panas, dan khawatir karena tidak bisa minum," ujar Shannon, Rabu (31/7/2013) seperti dikutip VOA News.

Kekhawatiran lainnya, adalah soal asupan nutrisi. Namun, setelah menjalani puasa beberapa hari, Shannon mengaku tidak mengalami kesulitan lagi. ”Kenyataannya, tidak sulit. Pada dua atau tiga hari pertama memang agak sulit, karena baru menyesuaikan diri. Sekarang saya senang menjalaninya,” katanya.

Tak hanya tantangan fisik, Shannon juga menghadapi tantangan dari keluarga dan koleganya yang baru mengetahui jika ia mualaf dan untuk pertama kalinya menjalankan puasa Ramadan. Maklum, Islam menjadi agaman minoritas di AS.

”Mereka jelas tidak mengerti hal-hal seperti itu, mereka bertanya-tanya mengapa saya melakukan itu, dan meragukan kemampuan saya berpuasa. Tapi keyakinan saya kuat, sehingga saya tidak khawatir akan apa yang dikatakan atau dipkirkan orang lain."

Komitmennya berpuasa Ramadan, tak lepas dari peran sang istri, Irma Meitia yang ikut membimbing dalam menjalani puasa Ramadan. Istri Shannon itu juga memberi contoh berbagai ibadah secara konsisten.

Kisah mualaf lainnya datang dari Los Angeles, negara bagian California, di mana Jason Yau Lie tinggal. Pengacara yang juga memiliki kantor pengacara sendiri ini mengikrarkan syahadat lebih dari 10 tahun silam. Tapi, ia mengaku baru benar-benar mendalami dan menjalankan seluruh kewajibannya sebagai Muslim dalam beberapa tahun belakangan. Berpuasa pada musim panas juga masih menjadi tantangan besar baginya.

"Profesi saya, mengharuskan saya untuk pergi ke pengadilan, harus berbicara dengan pihak pengacara yang lain, dan kepada hakim. Sudah pasti merasa haus sekali. Tapi bagaimanapun juga saya tetap merasa harus menjalankan ibadah puasa, karena ini kewajiban," ujar Jason.

Jason berharap sebagaimana tahun lalu, ia dapat menyempurnakan ibadah puasanya kali ini.Selama bulan Ramadan ini, ia juga mendekatkan diri dengan komunitas Muslim di sekitarnya.

Selain mengikuti kegiatan iftar dan tarawih bersama komunitas Indonesia di Konsulat Jenderal Indonesia di Los Angeles, Jason mengaku mendapat lebih banyak pengalaman dengan mengikuti kegiatan serupa di Islamic Center di kota itu, yang para jemaahnya berasal dari berbagai negara.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1462 seconds (0.1#10.140)