Jalur Nagreg lancar, pedagang 'macet' keuntungan

Minggu, 04 Agustus 2013 - 17:25 WIB
Jalur Nagreg lancar,...
Jalur Nagreg lancar, pedagang 'macet' keuntungan
A A A
Sindonews.com - Sejak jalur Lingkar Nagreg dibuka untuk arus mudik dan balik pada 2011, arus lalu lintas di lokasi relatif lebih lancar dari sebelumnya. Tapi ada yang 'macet' dari dibukanya Lingkar Nagreg yaitu pedagang oleh-oleh.

Pedagang yang ada di sisi kanan jalan merugi. Bahkan banyak yang sudah gulung tikar karena tak kunjung ada pembeli.

Penyebabnya, Jalan Raya Nagreg dibuat satu jalur saat arus mudik dan balik dalam tiga tahun terakhir. Praktis, pedagang yang berjualan di sisi kanan jalan tak punya pembeli.

Itu dikarenakan kendaraan hanya melaju dari arah barat ke timur dan sulit untuk parkir di kanan jalan. Biasanya, pembeli datang dari kendaraan yang datang dari arah timur menuju barat.

Kondisi itu justru berbeda dengan pedagang di sisi kiri jalan. Mereka tidak terganggu dengan dioperasikannya Lingkar Nagreg, karena kendaraan bisa berhenti dengan mudah di tempat mereka berjualan.

"Setelah ada Lingkar Nagreg, pedagang di lajur kanan mah rugi," ujar Ani (32), salah seorang pedagang oleh-oleh, Minggu (4/8/2013).

Selama arus mudik dan balik, Ani dan pedagang lainnya biasanya meraup untung berlebih dari penjualan oleh-oleh. Yang dijual adalah makanan seperti ubi Cilembu, manisan, dodol, hingga opak.

Untung yang didapat bisa lebih dari Rp500 ribu saat arus mudik dan balik. Tapi itu hanya terjadi sebelum Lingkar Gentong dioperasikan.

"Kalau sekarang, pembeli satu saja susah. Malah sering tidak ada yang beli sama sekali," tutur Ani.

Tapi, ia mengaku, tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi itu. "Saya mah pasrah saja, tergantung rezeki yang dikasih sama Allah SWT," ungkapnya.

Ani sendiri meneruskan usaha berjualan oleh-oleh secara turun-temurun. Ia merupakan generasi ketiga di keluarganya yang berjualan di Nagreg.

Di sepanjang lajur kanan jalan, menurutnya ada lebih dari 70 pedagang oleh-oleh. Nasib mereka pun sama. "Malah banyak yang tutup karena jualannya tidak laku, modalnya juga tidak ada," ucapnya.

Dari 70-an pedagang, lebih dari setengahnya sudah menutup usahanya. Sebagian di bekas lapak berjualannya bahkan terpasang 'rumah ini dijual'. Sebab selain jadi tempat jualan, mereka juga tinggal di sana.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4322 seconds (0.1#10.140)