Alangkah Beruntung Kamu, Andi
A
A
A
“ENAK sekali kamu bisa lancar baca Alquran sejak kecil. Tahu begini, coba dulu aku rajin mengaji,” ujar Burhan kepada Andi sahabatnya.
Keduanya kini hampir berumur 50 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan tambang asing di Jakarta.
Mendengar kalimat Burhan yang tak pandai membaca Al Quran, mata Andi berkaca-kaca dan pikirannya pun menerawang. Sekilas, Andi teringat satu kejadian di masa ia kecil!
Andi menetap di Makassar bersama keluarga. Meski Makassar terkenal dengan masyarakat yang taat beragama Islam, namun sedikit pun Andi tidak tergerak untuk mencintai agama. Baginya agama adalah pengekangan kebebasan, dan seringkali ia dipaksa atas nama agama oleh kedua orang tuanya.
Andi malas salat. Enggan mengaji. Dan tidak suka Islam. Namun ayahnya sering mengingatkan bahwa agama itu hal yang amat penting baginya di dunia dan akhirat.
Andi terkenang saat ia belum lagi berusia 10 tahun. Seperti biasa, sore hari habis Ashar Andi disuruh ayahnya pergi ke masjid untuk mengaji Alquran. Namun rupanya, Andi terpedaya ajakan kawan-kawannya untuk bolos mengaji. Andi pun ikut bolos mengaji.
Ia tidak datang ke masjid sore itu. Usai maghrib, ia pulang ke rumah. Berpura-pura usai pulang dari mengaji, ia masuk mengucap salam dan mencium tangan ayahnya.
“Ehemmmm... darimana kamu, Andi?” tanya sang ayah lembut. “Aku dari masjid ayah habis mengaji,” jawab Andi.
“Jangan berbohong nak, sore ini kamu tidak mengaji kan? Kamu tidak usah berbohong kepada ayah. Ayah juga pernah kecil dan nakal seperti kamu. Namun percayalah bahwa mengaji Alquran itu amat penting dan berarti bagi dirimu. Kamu akan merasakannya suatu saat, nak,” sang ayah menasehati Andi dengan lembut.
Andi terdiam malu. Malam itu, Allah SWT mulai memberi ketenangan dan ketetapan hati kepada Andi untuk cinta mengaji. Cinta Alquran. Juga cinta kepada agama Islam.
Andi, atas izin Allah SWT, kini sudah menjadi seorang berkedudukan tinggi di perusahaannya. Tidak hanya sibuk mengejar dunia, ia pun kini menjadi ketua DKM masjid di lingkungannya. Malah beberapa bulan belakangan, ia membina 70 santri di masjidnya untuk menghafal Alquran.
Andi bersyukur atas anugerah Allah SWT ini, dan atas semua ini ia terkenang atas nasihat bijak sang ayah tentang pentingnya belajar dan mencintai Alquran.
Kini ia menjadi pribadi yang seimbang dunia dan akhirat. Banyak rekan-rekan di kantornya yang merasa iri kepada Andi sebab lancar membaca Alquran, salah satunya adalah Burhan.
Andai sang ayah tidak mengajarkan Alquran kepada Andi sedari kecil, pastilah Andi akan merasa rugi di saat dewasa.
Mari cintai Alquran sebelum terlambat!
*Jazakallah untuk saudaraku Andi Zulfikar atas inspirasi indah ini.
BOBBY HERWIBOWO
Yayasan Askar Kauny
Menghafal Alquran Semudah Tersenyum
Keduanya kini hampir berumur 50 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan tambang asing di Jakarta.
Mendengar kalimat Burhan yang tak pandai membaca Al Quran, mata Andi berkaca-kaca dan pikirannya pun menerawang. Sekilas, Andi teringat satu kejadian di masa ia kecil!
Andi menetap di Makassar bersama keluarga. Meski Makassar terkenal dengan masyarakat yang taat beragama Islam, namun sedikit pun Andi tidak tergerak untuk mencintai agama. Baginya agama adalah pengekangan kebebasan, dan seringkali ia dipaksa atas nama agama oleh kedua orang tuanya.
Andi malas salat. Enggan mengaji. Dan tidak suka Islam. Namun ayahnya sering mengingatkan bahwa agama itu hal yang amat penting baginya di dunia dan akhirat.
Andi terkenang saat ia belum lagi berusia 10 tahun. Seperti biasa, sore hari habis Ashar Andi disuruh ayahnya pergi ke masjid untuk mengaji Alquran. Namun rupanya, Andi terpedaya ajakan kawan-kawannya untuk bolos mengaji. Andi pun ikut bolos mengaji.
Ia tidak datang ke masjid sore itu. Usai maghrib, ia pulang ke rumah. Berpura-pura usai pulang dari mengaji, ia masuk mengucap salam dan mencium tangan ayahnya.
“Ehemmmm... darimana kamu, Andi?” tanya sang ayah lembut. “Aku dari masjid ayah habis mengaji,” jawab Andi.
“Jangan berbohong nak, sore ini kamu tidak mengaji kan? Kamu tidak usah berbohong kepada ayah. Ayah juga pernah kecil dan nakal seperti kamu. Namun percayalah bahwa mengaji Alquran itu amat penting dan berarti bagi dirimu. Kamu akan merasakannya suatu saat, nak,” sang ayah menasehati Andi dengan lembut.
Andi terdiam malu. Malam itu, Allah SWT mulai memberi ketenangan dan ketetapan hati kepada Andi untuk cinta mengaji. Cinta Alquran. Juga cinta kepada agama Islam.
Andi, atas izin Allah SWT, kini sudah menjadi seorang berkedudukan tinggi di perusahaannya. Tidak hanya sibuk mengejar dunia, ia pun kini menjadi ketua DKM masjid di lingkungannya. Malah beberapa bulan belakangan, ia membina 70 santri di masjidnya untuk menghafal Alquran.
Andi bersyukur atas anugerah Allah SWT ini, dan atas semua ini ia terkenang atas nasihat bijak sang ayah tentang pentingnya belajar dan mencintai Alquran.
Kini ia menjadi pribadi yang seimbang dunia dan akhirat. Banyak rekan-rekan di kantornya yang merasa iri kepada Andi sebab lancar membaca Alquran, salah satunya adalah Burhan.
Andai sang ayah tidak mengajarkan Alquran kepada Andi sedari kecil, pastilah Andi akan merasa rugi di saat dewasa.
Mari cintai Alquran sebelum terlambat!
*Jazakallah untuk saudaraku Andi Zulfikar atas inspirasi indah ini.
BOBBY HERWIBOWO
Yayasan Askar Kauny
Menghafal Alquran Semudah Tersenyum
(hyk)