Sate Susu, Makanan Khas Ramadan di Kampung Jawa
A
A
A
DENPASAR - Setiap daerah memiliki kekhasan kuliner sendiri. Seperti halnya sate susu, makanan khas Kampung Jawa di Denpasar, Bali. Makanan yang terbuat dari daging susu sapi ini selalu diburu oleh masyarakat Bali, terutama pada bulan Ramadan ini.
Khoirudin, pedagang sate susu sapi di Kampung Jawa mengatakan, setiap hari mampu menjual sate susu sekitar 800 hingga 1.000 tusuk. Dia mulai berjualan pukul 15.00 WITA hingga waktu berbuka puasa. "Alhamdulillah setiap hari sate susu kami laku terus. Memang sate susu ini hanya ada pada bulan puasa saja. Sebab cari susunya yang susah," ungkapnya saat ditemui di pasar kaget Ramadan, Denpasar, Minggu (6/7/2014).
Sambungnya, resep sate susu ini sudah ada sejak lama. "Resep sate susu ini sudah keturunan nenek moyang kami, entah siapa yang menciptakan pertama kali," ujarnya.
Bumbu sate susu ini berbeda dengan sate lainya seperti sate kambing atau sate ayam yang memakai saos kacang dan kecap. Sate susu ini memakai saos yang terbuat dari tepung beras dan santan, dengan bumbu kencur, cabai merah besar dan kecil, ditambah dengan bawang putih.
Di pasar kaget Ramadan ini, tidak hanya Khoirudin yang menjual sate susu. Total, ada sekitar 15 pedagang sate susu. Namun, rata-rata dari mereka kini mengeluhkan harga daging susu sapi yang semakin mahal. "Sekarang sulit cari susu sapi, harganya juga naik terus, dulu hanya Rp35 ribu per kilogram, kini sudah Rp40 ribu per kilogram," jelas Muslimah, pedagang sate susu dan sate lilit.
Harga sate susu dibanderol Rp15 ribu per porsi. Isi per porsi ada 10 tusuk. Harga tersebut naik Rp5.000 dibanding tahun lalu. Meski harga naik, hal itu tidak menyurutkan pembeli untuk memborong sate susu. Ni Putu Asrini, orang asli Bali yang sudah memeluk agama Islam, mengatakan sangat menggemari sate susu. Setiap berbuka puasa, di meja makannya selalu ada sate susu.
"Rasanya itu enak, kenyal, beda dengan sate lainnya. Dan sate susu ini hanya ada bulan puasa saja," terang warga Denpasar tersebut.
Khoirudin, pedagang sate susu sapi di Kampung Jawa mengatakan, setiap hari mampu menjual sate susu sekitar 800 hingga 1.000 tusuk. Dia mulai berjualan pukul 15.00 WITA hingga waktu berbuka puasa. "Alhamdulillah setiap hari sate susu kami laku terus. Memang sate susu ini hanya ada pada bulan puasa saja. Sebab cari susunya yang susah," ungkapnya saat ditemui di pasar kaget Ramadan, Denpasar, Minggu (6/7/2014).
Sambungnya, resep sate susu ini sudah ada sejak lama. "Resep sate susu ini sudah keturunan nenek moyang kami, entah siapa yang menciptakan pertama kali," ujarnya.
Bumbu sate susu ini berbeda dengan sate lainya seperti sate kambing atau sate ayam yang memakai saos kacang dan kecap. Sate susu ini memakai saos yang terbuat dari tepung beras dan santan, dengan bumbu kencur, cabai merah besar dan kecil, ditambah dengan bawang putih.
Di pasar kaget Ramadan ini, tidak hanya Khoirudin yang menjual sate susu. Total, ada sekitar 15 pedagang sate susu. Namun, rata-rata dari mereka kini mengeluhkan harga daging susu sapi yang semakin mahal. "Sekarang sulit cari susu sapi, harganya juga naik terus, dulu hanya Rp35 ribu per kilogram, kini sudah Rp40 ribu per kilogram," jelas Muslimah, pedagang sate susu dan sate lilit.
Harga sate susu dibanderol Rp15 ribu per porsi. Isi per porsi ada 10 tusuk. Harga tersebut naik Rp5.000 dibanding tahun lalu. Meski harga naik, hal itu tidak menyurutkan pembeli untuk memborong sate susu. Ni Putu Asrini, orang asli Bali yang sudah memeluk agama Islam, mengatakan sangat menggemari sate susu. Setiap berbuka puasa, di meja makannya selalu ada sate susu.
"Rasanya itu enak, kenyal, beda dengan sate lainnya. Dan sate susu ini hanya ada bulan puasa saja," terang warga Denpasar tersebut.
(zik)