Tafsir Ayat Pilihan: Allah Tak Dapat Dicapai Oleh Penglihatan Mata
Rabu, 25 Januari 2023 - 23:04 WIB
Salah satu sifat Allah yang wajib diimani adalah Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan manusia, dan sebaliknya Allah melihat segala penglihatan makhluk-Nya.
Keterangan ini dinyatakan dalam Surat Al-An'am ayat 103. Apa makna ayat tersebut. Benarkah Allah tidak dapat dilihat oleh hamba-Nya? Mari simak firman-Nya berikut tafsirnya:
Artinya: "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu, dan Dialah Yang Mahahalus, Mahateliti." (Surat Al-An'am ayat 103)
Allah menjelaskan hakikat dan keagungan-Nya sebagai penegasan dari sifat-sifat-Nya yaitu Dia di atas segala-galanya. Zat-Nya yang Maha Agung itu tidak dapat dijangkau oleh indera manusia, karena indera manusia memang diciptakan dalam susunan yang tidak siap untuk melihat Dzat-Nya.
Artinya, manusia itu memang diciptakan dari materi. sehingga inderanya hanya menangkap materi-materi belaka dengan perantaraan materi pula. Sedangkan Allah bukanlah materi. Maka wajar saja apabila Allah tidak dapat dijangkau oleh indera manusia.
Penjelasan
Dalam tafsir Ibnu Katsir diketengahkan riwayat dari Isma'il ibnu Ulayyah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah: "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata." (Al-An'am: 103). Maksudnya, hal ini di dunia.
Dalam tafsir Kemenag, yang dimaksud dengan Allah tidak dapat dijangkau dengan indera manusia, ialah selama manusia masih hidup di dunia. Sedangkan pada hari Kiamat, orang-orang beriman (kaum mukmin) akan melihat Zat Allah.
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya kamu akan melihat Tuhanmu di hari Kiamat seperti kamu melihat bulan di malam bulan purnama, dan seperti kamu melihat matahari di kala langit tidak berawan." (HR Al-Bukhari dan Jarir)
Pada ayat lain, Allah juga berfirman yang artinya: "Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Memandang Tuhannya." (QS Al-Qiyamah ayat 22-23)
Kemungkinan melihat Tuhan di hari Kiamat, khusus bagi orang-orang mukmin. Sedangkan orang-orang kafir tertutup bagi mereka sebagaimana firman-Nya: "Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya. (QS Al-Muthaffifin ayat 15)
Allah menegaskan bahwa Dia dapat melihat segala sesuatu yang dapat dilihat, dan basirah (penglihatan)-Nya dapat menembus seluruh yang ada. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, baik bentuk maupun hakikat-Nya.
Di akhir ayat ini Allah menegaskan lagi bahwa Zat-Nya Mahahalus, tidak mungkin dijangkau oleh indera manusia apalagi hakikat-Nya dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu betapa pun halusnya, tidak ada yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya.
Salah satu bukti memperkuat keyakinan tentang adanya Allah dapat kita lihat pada keterangan ayat lain. Allah berfirman: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran." (QS Al-Baqarah ayat 186)
Wallahu A'lam
Keterangan ini dinyatakan dalam Surat Al-An'am ayat 103. Apa makna ayat tersebut. Benarkah Allah tidak dapat dilihat oleh hamba-Nya? Mari simak firman-Nya berikut tafsirnya:
لَا تُدۡرِكُهُ الۡاَبۡصَارُ وَهُوَ يُدۡرِكُ الۡاَبۡصَارَۚ وَهُوَ اللَّطِيۡفُ الۡخَبِيۡرُ
Artinya: "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu, dan Dialah Yang Mahahalus, Mahateliti." (Surat Al-An'am ayat 103)
Allah menjelaskan hakikat dan keagungan-Nya sebagai penegasan dari sifat-sifat-Nya yaitu Dia di atas segala-galanya. Zat-Nya yang Maha Agung itu tidak dapat dijangkau oleh indera manusia, karena indera manusia memang diciptakan dalam susunan yang tidak siap untuk melihat Dzat-Nya.
Artinya, manusia itu memang diciptakan dari materi. sehingga inderanya hanya menangkap materi-materi belaka dengan perantaraan materi pula. Sedangkan Allah bukanlah materi. Maka wajar saja apabila Allah tidak dapat dijangkau oleh indera manusia.
Penjelasan
Dalam tafsir Ibnu Katsir diketengahkan riwayat dari Isma'il ibnu Ulayyah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah: "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata." (Al-An'am: 103). Maksudnya, hal ini di dunia.
Dalam tafsir Kemenag, yang dimaksud dengan Allah tidak dapat dijangkau dengan indera manusia, ialah selama manusia masih hidup di dunia. Sedangkan pada hari Kiamat, orang-orang beriman (kaum mukmin) akan melihat Zat Allah.
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya kamu akan melihat Tuhanmu di hari Kiamat seperti kamu melihat bulan di malam bulan purnama, dan seperti kamu melihat matahari di kala langit tidak berawan." (HR Al-Bukhari dan Jarir)
Pada ayat lain, Allah juga berfirman yang artinya: "Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Memandang Tuhannya." (QS Al-Qiyamah ayat 22-23)
Kemungkinan melihat Tuhan di hari Kiamat, khusus bagi orang-orang mukmin. Sedangkan orang-orang kafir tertutup bagi mereka sebagaimana firman-Nya: "Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya. (QS Al-Muthaffifin ayat 15)
Allah menegaskan bahwa Dia dapat melihat segala sesuatu yang dapat dilihat, dan basirah (penglihatan)-Nya dapat menembus seluruh yang ada. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, baik bentuk maupun hakikat-Nya.
Di akhir ayat ini Allah menegaskan lagi bahwa Zat-Nya Mahahalus, tidak mungkin dijangkau oleh indera manusia apalagi hakikat-Nya dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu betapa pun halusnya, tidak ada yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya.
Salah satu bukti memperkuat keyakinan tentang adanya Allah dapat kita lihat pada keterangan ayat lain. Allah berfirman: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran." (QS Al-Baqarah ayat 186)
Wallahu A'lam
(rhs)