Istilah Manusia, Produksi dan Reproduksi dalam Al-Quran
Jum'at, 17 Maret 2023 - 09:05 WIB
Al-Quran tidak menguraikan secara rinci proses kejadian Adam, yang oleh mayoritas ulama dinamai manusia pertama. Yang disampaikannya dalam konteks ini hanya: a. Bahan awal manusia adalah tanah. b. Bahan tersebut disempurnakan. c. Setelah proses penyempurnaannya selesai, ditiupkan kepadanya ruh Ilahi (QS Al-Hijr [15]: 28-29; Shad [38]: 71-72).
Apa dan bagaimana penyempurnaan itu, tidak disinggung oleh Al-Quran. Dari sini, kata Quraish Shihab, terdapat sekian banyak cendekiawan dan ulama Islam, jauh sebelum Darwin yang melakukan penyelidikan dan analisis sehingga berkesimpulan bahwa manusia diciptakan melalui fase atau evolusi tertentu, dan bahwa ada tingkat-tingkat tertentu menyangkut ciptaan Allah. Nama-nama seperti Al-Farabi (783-950 M), Ibnu Miskawaih (Wafat 1030 M), Muhammad bin Syakir Al-Kutubi (1287- 1363 M), Ibnu Khaldun (1332-1406 M) dapat disebut sebagai tokoh-tokoh paham evolusi sebelum lahirnya teori evolusi Darwin (1804-1872 M).
Perlu ditambahkan bahwa kesimpulan ulama-ulama tersebut tidak sepenuhnya sama dalam rincian teori evolusi yang dirumuskan oleh Darwin.
Menurut Quraish Shihab, dari sini pula dapat dimengerti uraian pakar tafsir Syaikh Muhammad Abduh yang menyatakan bahwa seandainya teori Darwin tentang proses penciptaan manusia dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah, maka tidak ada alasan dari Al-Quran untuk menolaknya.
Al-Quran hanya menguraikan proses pertama, pertengahan, dan akhir. Apa yang terjadi antara proses pertama dan pertengahan, serta antara pertengahan dan akhir, tidak dijelaskannya.
Abbas Al-Aqad, seorang ilmuwan dan ulama Mesir kontemporer, dalam bukunya Al-Insan fi Al-Quran (Manusia dalam Al-Quran) mempersilakan setiap Muslim, untuk --menerima atau menolak teori itu-- berdasarkan penelitian ilmiah, tanpa melibatkan Al-Quran sedikit pun, karena Al-Quran tidak berbicara secara rinci tentang proses kejadian manusia pertama.
Apa dan bagaimana penyempurnaan itu, tidak disinggung oleh Al-Quran. Dari sini, kata Quraish Shihab, terdapat sekian banyak cendekiawan dan ulama Islam, jauh sebelum Darwin yang melakukan penyelidikan dan analisis sehingga berkesimpulan bahwa manusia diciptakan melalui fase atau evolusi tertentu, dan bahwa ada tingkat-tingkat tertentu menyangkut ciptaan Allah. Nama-nama seperti Al-Farabi (783-950 M), Ibnu Miskawaih (Wafat 1030 M), Muhammad bin Syakir Al-Kutubi (1287- 1363 M), Ibnu Khaldun (1332-1406 M) dapat disebut sebagai tokoh-tokoh paham evolusi sebelum lahirnya teori evolusi Darwin (1804-1872 M).
Perlu ditambahkan bahwa kesimpulan ulama-ulama tersebut tidak sepenuhnya sama dalam rincian teori evolusi yang dirumuskan oleh Darwin.
Menurut Quraish Shihab, dari sini pula dapat dimengerti uraian pakar tafsir Syaikh Muhammad Abduh yang menyatakan bahwa seandainya teori Darwin tentang proses penciptaan manusia dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah, maka tidak ada alasan dari Al-Quran untuk menolaknya.
Al-Quran hanya menguraikan proses pertama, pertengahan, dan akhir. Apa yang terjadi antara proses pertama dan pertengahan, serta antara pertengahan dan akhir, tidak dijelaskannya.
Abbas Al-Aqad, seorang ilmuwan dan ulama Mesir kontemporer, dalam bukunya Al-Insan fi Al-Quran (Manusia dalam Al-Quran) mempersilakan setiap Muslim, untuk --menerima atau menolak teori itu-- berdasarkan penelitian ilmiah, tanpa melibatkan Al-Quran sedikit pun, karena Al-Quran tidak berbicara secara rinci tentang proses kejadian manusia pertama.
(mhy)