Masjid Arrahman Blitar Miniatur Masjid Nabawi Madinah, Jemaah: MasyaAllah Eloknya!
Sabtu, 01 April 2023 - 14:20 WIB
“Di sini, pengunjung masjid bisa duduk santai sambil menikmati kopi atau teh. Setiap hari Insyaallah tersedia,” tuturnya ramah.
Sejak berdiri Masjid Arrahman, tidak pernah lepas dari aktivitas sosial kemasyarakatan. Setiap hari Jumat selalu tersedia makanan dan minuman gratis yang jumlahnya mencapai ribuan porsi.
Begitu juga pada bulan ramadan. Setiap hari tersedia takjil, hidangan berbuka dan sahur gratis dengan jumlah 1.000 porsi. Tak heran, usai salat tarawih, terlihat sejumlah jamaah masih bertahan di koridor Hasan dan Husin.
Koridor panjang itu menyambung dengan ruangan wudlu dan toilet khusus laki-laki. Setelah melewati lantai air, tampak sebuah tempat wudlu berbentuk kolam bulat berdinding marmer mengkilap.
Tampak kran-kran air berbahan stainless yang terpasang memutar pada dinding kolam. Tepat di atas langit-langit kolam, terukir ornamen bulat yang dipenuhi bola lampu yang menyala terang.
“Sekarang, mari kita masuk ke dalam masjid,” ajak Trisno.
Masjid Arrahman memiliki 11 pintu masuk. Masing-masing memiliki tinggi tiga meter dengan lebar dua meter. Pintu kayu jati itu berlapis ornamen tembaga dengan ukiran kaligrafi yang cantik. Ornamen yang khusus didatangkan dari Boyolali Jawa Tengah.
Aroma harum langsung tercium. Aromanya medium, lembut. Tidak terlalu kuat, namun juga tidak lembah. Bau parfum yang serupa dipakai di Masjid Nabawi Madinah. Saat menginjak karpet ruangan, yang terasa hangat dan empuk.
Pengharum ruangan masjid, kata Trisno diimpor langsung dari Madinah. Begitu juga dengan karpet masjid, didatangkan langsung dari Turki. “Mungkin motif karpetnya ini juga sama dengan motif karpet di masjid Nabawi,” paparnya.
Dinding ruangan masjid penuh ornamen Timur Tengah. Langit-langitnya yang tinggi bertabur lampu-lampu yang menyala indah. Trisno mengajak mendatangi pengimaman.
Tampak sebuah ruangan yang didesain seolah jamaah sedang menghadap langsung di depan Kakbah. Pada dinding ruangan menempel kiswah (kain penutup Kakbah) asli yang terbuat dari sutra bersulam benang emas.
Kiswah yang didatangkan dari Makkah itu pernah menjadi penutup Kakbah pada tahun 2009 “Ini Kiswah yang pernah dipasang di Kakbah pada tahun 2009,” kata Trisno.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Arrahman juga didesain menjadi tempat untuk mengkaji Islam, yakni kajian kitab, termasuk kitab kuning. Lokasi kajian itu khusus pada sisi belakang masjid, di mana juga dilengkapi fasilitas videotron.
Lalu siapa penggagas Masjid Arrahman miniatur Masjid Nabawi Madinah ini? H Muhammad Hariyanto atau Abah Hariyanto. Abah Hariyanto merupakan pengusaha terkemuka di Blitar Raya.
Seorang konglomerat kaya raya yang bisnis utamanya di bidang usaha SPBU. Abah Hariyanto juga pernah mengetuai organisasi Hiswana Migas untuk wilayah eks karesidenan Kediri dan Madiun.
Keinginan Abah Hariyanto mendirikan miniatur masjid Nabawi di Blitar, kata Trisno timbul setelah menunaikan ibadah haji di tanah suci. Ia percayakan seluruh proses pembangunan masjid Arrahman kepada arsitek asal Malang.
Trisno lantas mengajak mendekati sebuah bangunan yang di dalamnya tersekat dinding kaca. Di balik kaca yang berteralis logam itu, terlihat monumen dengan jejak sepasang telapak tangan dan kaki.
“Di sinilah peletakan batu pertama pembangunan masjid Arrahman. Dan itu adalah jejak tangan dan kaki abah (Abah Hariyanto),” pungkas Trisno.
Lihat Juga: Masjid Jogokariyan Yogyakarta : Mewujudkan Cita-cita Ummat, Salat Subuh Melebihi Salat Jumat
Sejak berdiri Masjid Arrahman, tidak pernah lepas dari aktivitas sosial kemasyarakatan. Setiap hari Jumat selalu tersedia makanan dan minuman gratis yang jumlahnya mencapai ribuan porsi.
Begitu juga pada bulan ramadan. Setiap hari tersedia takjil, hidangan berbuka dan sahur gratis dengan jumlah 1.000 porsi. Tak heran, usai salat tarawih, terlihat sejumlah jamaah masih bertahan di koridor Hasan dan Husin.
Koridor panjang itu menyambung dengan ruangan wudlu dan toilet khusus laki-laki. Setelah melewati lantai air, tampak sebuah tempat wudlu berbentuk kolam bulat berdinding marmer mengkilap.
Tampak kran-kran air berbahan stainless yang terpasang memutar pada dinding kolam. Tepat di atas langit-langit kolam, terukir ornamen bulat yang dipenuhi bola lampu yang menyala terang.
“Sekarang, mari kita masuk ke dalam masjid,” ajak Trisno.
Masjid Arrahman memiliki 11 pintu masuk. Masing-masing memiliki tinggi tiga meter dengan lebar dua meter. Pintu kayu jati itu berlapis ornamen tembaga dengan ukiran kaligrafi yang cantik. Ornamen yang khusus didatangkan dari Boyolali Jawa Tengah.
Aroma harum langsung tercium. Aromanya medium, lembut. Tidak terlalu kuat, namun juga tidak lembah. Bau parfum yang serupa dipakai di Masjid Nabawi Madinah. Saat menginjak karpet ruangan, yang terasa hangat dan empuk.
Pengharum ruangan masjid, kata Trisno diimpor langsung dari Madinah. Begitu juga dengan karpet masjid, didatangkan langsung dari Turki. “Mungkin motif karpetnya ini juga sama dengan motif karpet di masjid Nabawi,” paparnya.
Dinding ruangan masjid penuh ornamen Timur Tengah. Langit-langitnya yang tinggi bertabur lampu-lampu yang menyala indah. Trisno mengajak mendatangi pengimaman.
Tampak sebuah ruangan yang didesain seolah jamaah sedang menghadap langsung di depan Kakbah. Pada dinding ruangan menempel kiswah (kain penutup Kakbah) asli yang terbuat dari sutra bersulam benang emas.
Kiswah yang didatangkan dari Makkah itu pernah menjadi penutup Kakbah pada tahun 2009 “Ini Kiswah yang pernah dipasang di Kakbah pada tahun 2009,” kata Trisno.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Arrahman juga didesain menjadi tempat untuk mengkaji Islam, yakni kajian kitab, termasuk kitab kuning. Lokasi kajian itu khusus pada sisi belakang masjid, di mana juga dilengkapi fasilitas videotron.
Lalu siapa penggagas Masjid Arrahman miniatur Masjid Nabawi Madinah ini? H Muhammad Hariyanto atau Abah Hariyanto. Abah Hariyanto merupakan pengusaha terkemuka di Blitar Raya.
Seorang konglomerat kaya raya yang bisnis utamanya di bidang usaha SPBU. Abah Hariyanto juga pernah mengetuai organisasi Hiswana Migas untuk wilayah eks karesidenan Kediri dan Madiun.
Keinginan Abah Hariyanto mendirikan miniatur masjid Nabawi di Blitar, kata Trisno timbul setelah menunaikan ibadah haji di tanah suci. Ia percayakan seluruh proses pembangunan masjid Arrahman kepada arsitek asal Malang.
Trisno lantas mengajak mendekati sebuah bangunan yang di dalamnya tersekat dinding kaca. Di balik kaca yang berteralis logam itu, terlihat monumen dengan jejak sepasang telapak tangan dan kaki.
“Di sinilah peletakan batu pertama pembangunan masjid Arrahman. Dan itu adalah jejak tangan dan kaki abah (Abah Hariyanto),” pungkas Trisno.
Lihat Juga: Masjid Jogokariyan Yogyakarta : Mewujudkan Cita-cita Ummat, Salat Subuh Melebihi Salat Jumat
(shf)