Ulama yang Berpendapat Iblis Bukan dari Bangsa Malaikat, Ini Alasannya
Rabu, 17 Mei 2023 - 16:35 WIB
خَلَقْتَنِيْ مِنْ
"Engkau menciptakan aku dari api." (QS Al A'raf ayat 12)
Dalam Hadits dinyatakan bahwa jin itu sebagaimana Iblis yang juga diciptakan dari api:
خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُم
"Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalian semua." (HR Muslim)
Kelima, Malaikat adalah utusan Allah, sebagaimana yang disebutkan:
جَاعِلِ الْمَلٰۤىِٕكَةِ رُسُلًاۙ
"Yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan)." (QS. Al-Fatir ayat 1)
Sementara itu utusan Allah harus bersifat ma'sum dan amanah, hal ini yang tidak dimiliki oleh iblis atau jin. [Fath al-Qadir (1/79)]
Kalangan ini juga membantah pendalilan kalangan yang menggunakan ayat 34 dari Surah Al-Baqarah: "Ingatlah ketika Aku berkata kepada para malaikat: Sujudlah kepada Adam, maka mereka pun sujud kecuali Iblis."
Tidak harus menggunakan istisna' mutashil pada ayat ini, tapi diperbolehkan adanya istitsna' munfashil atau Munqathi'. Hal ini karena terdapat dalil yang menunjukkan bahwa Iblis itu bukan dari golongan malaikat sebagaimana yang telah disebutkan dalam beberapa dalil. [Bahrur Madid (3/278)]
Contoh istisna' munqati' adalah kalimat: "Seluruh penduduk desa tertidur, kecuali ternak mereka." Penggunaan istisna' (kecuali) bisa diterima di kalimat tersebut. Dan tidak berarti bahwa sapi adalah termasuk penduduk atau manusia di desa tersebut.
Imam Syaukani menukilkan sebagian pendapat yang menyatakan bahwa di lafadz ayat 34 dari surah al Baqarah adalah jenis istisna' munqathi'/munfashil.
وقال شهر بن حوشب وبعض الأصوليين ...فيكون الاستثناء على هذا منقطعا
"Dan berkata Sahr bin Husyab dan sebagian ulama ahli ushul... Bahwa istisna' yang berlaku di sini adalah istisna' munqathi' (terputus)." [Fath al Qadir (1/78)]
Bantahan Balik dari Ulama
1. Istisna' dalam lafadz Ayat 34 dari Surah Al-Baqarah
Para ulama yang mengusung pendapat pertama memberikan bantahan balik. Di antaranya tentang istisna' pada ayat 43 Surah Al-Baqarah, jelas bahwa yang benar itu istisna' mutashil (bersambung), dan ini dipegang oleh mayoritas ahli tafsir. [Fath al Qadir (1/78), Qur'aniy lil Qur'an (1/57)]
Istitsna' bisa dikatakan munqathi’ jika terpenuhi dua syarat. Yang pertama adalah Mustatsna dan mustatsna minhu tidak boleh sejenis, dan syarat yang kedua adalah hukum pada mustatsna harus sama dengan mustatsna minhu alias tidak boleh berlawanan.
Contohnya ada dalam firman Allah berikut:
"Engkau menciptakan aku dari api." (QS Al A'raf ayat 12)
Dalam Hadits dinyatakan bahwa jin itu sebagaimana Iblis yang juga diciptakan dari api:
خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُم
"Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalian semua." (HR Muslim)
Kelima, Malaikat adalah utusan Allah, sebagaimana yang disebutkan:
جَاعِلِ الْمَلٰۤىِٕكَةِ رُسُلًاۙ
"Yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan)." (QS. Al-Fatir ayat 1)
Sementara itu utusan Allah harus bersifat ma'sum dan amanah, hal ini yang tidak dimiliki oleh iblis atau jin. [Fath al-Qadir (1/79)]
Kalangan ini juga membantah pendalilan kalangan yang menggunakan ayat 34 dari Surah Al-Baqarah: "Ingatlah ketika Aku berkata kepada para malaikat: Sujudlah kepada Adam, maka mereka pun sujud kecuali Iblis."
Tidak harus menggunakan istisna' mutashil pada ayat ini, tapi diperbolehkan adanya istitsna' munfashil atau Munqathi'. Hal ini karena terdapat dalil yang menunjukkan bahwa Iblis itu bukan dari golongan malaikat sebagaimana yang telah disebutkan dalam beberapa dalil. [Bahrur Madid (3/278)]
Contoh istisna' munqati' adalah kalimat: "Seluruh penduduk desa tertidur, kecuali ternak mereka." Penggunaan istisna' (kecuali) bisa diterima di kalimat tersebut. Dan tidak berarti bahwa sapi adalah termasuk penduduk atau manusia di desa tersebut.
Imam Syaukani menukilkan sebagian pendapat yang menyatakan bahwa di lafadz ayat 34 dari surah al Baqarah adalah jenis istisna' munqathi'/munfashil.
وقال شهر بن حوشب وبعض الأصوليين ...فيكون الاستثناء على هذا منقطعا
"Dan berkata Sahr bin Husyab dan sebagian ulama ahli ushul... Bahwa istisna' yang berlaku di sini adalah istisna' munqathi' (terputus)." [Fath al Qadir (1/78)]
Bantahan Balik dari Ulama
1. Istisna' dalam lafadz Ayat 34 dari Surah Al-Baqarah
Para ulama yang mengusung pendapat pertama memberikan bantahan balik. Di antaranya tentang istisna' pada ayat 43 Surah Al-Baqarah, jelas bahwa yang benar itu istisna' mutashil (bersambung), dan ini dipegang oleh mayoritas ahli tafsir. [Fath al Qadir (1/78), Qur'aniy lil Qur'an (1/57)]
Istitsna' bisa dikatakan munqathi’ jika terpenuhi dua syarat. Yang pertama adalah Mustatsna dan mustatsna minhu tidak boleh sejenis, dan syarat yang kedua adalah hukum pada mustatsna harus sama dengan mustatsna minhu alias tidak boleh berlawanan.
Contohnya ada dalam firman Allah berikut:
Lihat Juga :