Malam Hijrah Nabi yang Menegangkan (2): Bersembunyi di Gua Tsur
Rabu, 26 Juli 2023 - 06:35 WIB
Imam Shamsi Ali
Direktur Jamaica Muslim Center,
Presiden Nusantara Foundation USA
Ketika matahari terbenam di hari Jumat sore itu, Ali bin Abi Thalib sudah berada di rumah Rasulullah ﷺ. Ali ketika itu baru berumur sekitar 18-19 tahunan. Seorang anak remaja atau pemuda yang pintar dan pemberani. Beliau yang juga sepupunya dan kelak mertuanya itu ditugasi untuk menggantikan Rasulullah tidur di tempat tidurnya malam itu.
Sementara itu, setelah gelap gelita, sekitar ba'da Isya para pemuda yang ditugasi untuk menghabisi Rasulullah dari semua suku, kecuali suku Bani Hasyim, telah hadir mengelilingi rumah Rasulullah ﷺ. Niat mereka adalah menghabisi Rasulullah ketika beliau keluar dari rumahnya di esok Subuh. Mereka secara bersama-sama berencana memenggal leher beliau sehingga tidak satu suku pun yang disalahkan.
Sementara itu Rasulullah telah matang dengan persiapannya untuk meninggalkan rumahnya. Segera menjelang tengah malam Rasulullah ﷺ dengan pelan membuka pintu rumah itu. Beliau melihat para algojo itu. Apalagi memang musim panas dan biasanya langit Makkah pasti cerah. Beliau kemudian melangkah keluar sambil membaca Surat Yasin ayat 9. Dengan izin Allah para pemuda itu pun menjadi mengantuk dan tertidur. Dalam riwayat lainnya disebutkan mereka tidak melihat Rasulullah lewat di hadapan mereka semua.
Rasulullah ﷺ langsung menuju rumah Abu Bakar yang telah bersiap dengan dua ekor unta. Abu Bakar juga mengambil semua sisa uangnya, konon sekitar 5.000 Dirham. Untuk diketahui, Abu Bakar sebelum masuk Islam adalah saudagar kaya dan terhormat. Kekayaannya mencapai sekitar 50.000 Dirham. 45.000 Dirham telah dihabiskan untuk membiayai perjuangan Rasulullah, termasuk membebaskan budak-budak yang ketika itu masuk Islam. Mungkin yang paling masyhur adalah beliau membebaskan Bilal bin Rabah (RA) dari perbudakan Setelah masuk Islam.
Abu Bakar berangkat bersama Rasulullah ﷺ meninggalkan anak-anak di Makkah (Asma, Abdullah, dan Aisyah). Ayah beliau saat itu, Abu Qahafah adalah seorang buta dan saat itu masih kafir bahkan anti Islam. Ketika dia ketahui kalau Abu Bakar meninggalkan anak-anaknya tanpa satu Dirham sekalipun dia kembali mengejek anak (Abu Bakar) dan cucunya (Asma: "Bapak apa itu ayahmu. Meninggalkan kamu tanpa bekal sedikit pun," katanya kepada Asma. Umur Asma ketika itu sekitar 17 tahunan.
Mendengar itu, Asma mengambil kantong yang biasa dipakai ayahnya menyimpan uang dan memasukkan batu-batuan. Lalu kakeknya diminta mengangkatnya sambil berkata: "Ini ayahku meninggalkan banyak uang untuk kami." Kakeknya (Abu Quhafa) pun terdiam. Dia tidak tahu kalau dalam kantung itu hanya bebatuan. Walau hatinya tetap menggerutu merasa anaknya (Abu Bakar) tidak bertanggung jawab meninggal dirinya dan keluarganya di Makkah demi Muhammad.
Rasulullah dan Abu Bakar Sembunyi di Gua Tsur
Sementara itu Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar memulai perjalanan. Tapi tidak langsung menuju arah Madinah. Namun menuju ke arah yang berseberangan. Beliau menuju sebuah gua bernama Tsur (Ghar Tsur). Madinah dari Makkah mengarah ke Utara. Sementara Gua Tsur di Makkah mengarah ke Selatan. Pastinya tujuan mereka adalah mengelabui para penjahat Makkah itu.
Sampailah mereka di Gua Tsur. Sebuah tempat tidak mudah mencapainya karena bebatuan dan menanjak tajam. Beda dengan Jabal Nur yang memang lebih mudah dicapai puncaknya. Abu Bakar meminta agar dirinya terdahulu yang masuk ke lobang gua itu. Tentu untuk memastikan keamanan dalam gua itu dari hal-hal yang membahayakan Rasulullah, khususnya binatang berbahaya.
Ada riwayat yang mengatakan bahwa sebelum memasuki Gua Tsur, Abu Bakar berkata kepada Rasulullah: "Biar aku yang turun terdahulu Ya Rasulullah. Jika aku mati, kematianku hanya sendiri. Tapi jika engkau yang mati, kematian engkau adalah kematian umat secara keseluruhan."
Setelah Abu Bakar di dalam dan memastikan keamanannya bagi Rasulullah. Beliau memberikan isyarat untuk Rasulullah memasuki lubang Gua itu. Sesaat setelah berada di dalam gua itu, Rasulullah tertidur di atas paha sahabatnya Abu Bakar. Abu Bakar menjaga untuk tidak bergerak agar Rasulullah dapat tenang tertidur.
Tiba-tiba saja ada air yang terjatuh ke wajah Rasulullah. Beliau terbangun dan bertanya: "Air apa gerangan wahai Abu Bakar?". Beliau menjawab: "Air mataku Ya Rasul. Aku menahan rasa sakit dari sengatan seekor kalajengking." Rasulullah kemudian membasuh bekas sengatan itu dengan air ludahnya dan tiba-tiba rasa sakit itu hilang segera.
Mereka istirahat sangat singkat. Namun Rasulullah merasakan ketenangan di tengah ancaman hidupnya. Menjelang fajar mereka terbangun. Tentu untuk sholat dan ibadah lainnya. Tiba-tiba Abu Bakar mendengar derap langkah kaki. Bahkan melihat dengan jelas para pemimpin Makkah berada di luar gua itu. Beliau kembali gelisah dan gusar. Khawatir bukan atas keselamatan dirinya. Tapi keselamatan habibnya, Rasulullah ﷺ.
Abu Bakar berkata: "Ya Rasulullah, kalau mereka melihat ke dalam lubang ini maka mereka akan melihat dan membunuh kita."
Rasulullah ﷺ menjawab: "Tidakkah kamu meyakini bahwa ketika ada dua orang pastinya Allah akan hadir menjadi ketiganya?" Beliau kemudian melanjutkan: "Jangan sedih, jangan takut karena Allah bersama kita."
Ucapan Rasulullah ﷺ itu dipatenkan oleh Allah dalam bentuk informasi samawi (wahyu) di dalam Kalam-Nya di Surah At-Taubah ayat 40. Intinya Rasulullah mengingatkan sahabatnya untuk tetap tenang dan tidak panik karena ada Allah bersama mereka.
Sebagian menafsirkan bahwa kalimat "bala tentara yang belum pernah engkau lihat" adalah sarang burung dan jala laba-laba yang tiba-tiba saja menutupi pintu gua itu setelah Rasulullah dan Abu Bakar masuk ke dalamnya. Tapi cerita ini tidak memiliki riwayat yang kuat. Sehingga sebagian besar tetap menafsirkan kata bala tentara itu dengan para Malaikat.
Direktur Jamaica Muslim Center,
Presiden Nusantara Foundation USA
Ketika matahari terbenam di hari Jumat sore itu, Ali bin Abi Thalib sudah berada di rumah Rasulullah ﷺ. Ali ketika itu baru berumur sekitar 18-19 tahunan. Seorang anak remaja atau pemuda yang pintar dan pemberani. Beliau yang juga sepupunya dan kelak mertuanya itu ditugasi untuk menggantikan Rasulullah tidur di tempat tidurnya malam itu.
Sementara itu, setelah gelap gelita, sekitar ba'da Isya para pemuda yang ditugasi untuk menghabisi Rasulullah dari semua suku, kecuali suku Bani Hasyim, telah hadir mengelilingi rumah Rasulullah ﷺ. Niat mereka adalah menghabisi Rasulullah ketika beliau keluar dari rumahnya di esok Subuh. Mereka secara bersama-sama berencana memenggal leher beliau sehingga tidak satu suku pun yang disalahkan.
Sementara itu Rasulullah telah matang dengan persiapannya untuk meninggalkan rumahnya. Segera menjelang tengah malam Rasulullah ﷺ dengan pelan membuka pintu rumah itu. Beliau melihat para algojo itu. Apalagi memang musim panas dan biasanya langit Makkah pasti cerah. Beliau kemudian melangkah keluar sambil membaca Surat Yasin ayat 9. Dengan izin Allah para pemuda itu pun menjadi mengantuk dan tertidur. Dalam riwayat lainnya disebutkan mereka tidak melihat Rasulullah lewat di hadapan mereka semua.
Rasulullah ﷺ langsung menuju rumah Abu Bakar yang telah bersiap dengan dua ekor unta. Abu Bakar juga mengambil semua sisa uangnya, konon sekitar 5.000 Dirham. Untuk diketahui, Abu Bakar sebelum masuk Islam adalah saudagar kaya dan terhormat. Kekayaannya mencapai sekitar 50.000 Dirham. 45.000 Dirham telah dihabiskan untuk membiayai perjuangan Rasulullah, termasuk membebaskan budak-budak yang ketika itu masuk Islam. Mungkin yang paling masyhur adalah beliau membebaskan Bilal bin Rabah (RA) dari perbudakan Setelah masuk Islam.
Abu Bakar berangkat bersama Rasulullah ﷺ meninggalkan anak-anak di Makkah (Asma, Abdullah, dan Aisyah). Ayah beliau saat itu, Abu Qahafah adalah seorang buta dan saat itu masih kafir bahkan anti Islam. Ketika dia ketahui kalau Abu Bakar meninggalkan anak-anaknya tanpa satu Dirham sekalipun dia kembali mengejek anak (Abu Bakar) dan cucunya (Asma: "Bapak apa itu ayahmu. Meninggalkan kamu tanpa bekal sedikit pun," katanya kepada Asma. Umur Asma ketika itu sekitar 17 tahunan.
Mendengar itu, Asma mengambil kantong yang biasa dipakai ayahnya menyimpan uang dan memasukkan batu-batuan. Lalu kakeknya diminta mengangkatnya sambil berkata: "Ini ayahku meninggalkan banyak uang untuk kami." Kakeknya (Abu Quhafa) pun terdiam. Dia tidak tahu kalau dalam kantung itu hanya bebatuan. Walau hatinya tetap menggerutu merasa anaknya (Abu Bakar) tidak bertanggung jawab meninggal dirinya dan keluarganya di Makkah demi Muhammad.
Rasulullah dan Abu Bakar Sembunyi di Gua Tsur
Sementara itu Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar memulai perjalanan. Tapi tidak langsung menuju arah Madinah. Namun menuju ke arah yang berseberangan. Beliau menuju sebuah gua bernama Tsur (Ghar Tsur). Madinah dari Makkah mengarah ke Utara. Sementara Gua Tsur di Makkah mengarah ke Selatan. Pastinya tujuan mereka adalah mengelabui para penjahat Makkah itu.
Sampailah mereka di Gua Tsur. Sebuah tempat tidak mudah mencapainya karena bebatuan dan menanjak tajam. Beda dengan Jabal Nur yang memang lebih mudah dicapai puncaknya. Abu Bakar meminta agar dirinya terdahulu yang masuk ke lobang gua itu. Tentu untuk memastikan keamanan dalam gua itu dari hal-hal yang membahayakan Rasulullah, khususnya binatang berbahaya.
Ada riwayat yang mengatakan bahwa sebelum memasuki Gua Tsur, Abu Bakar berkata kepada Rasulullah: "Biar aku yang turun terdahulu Ya Rasulullah. Jika aku mati, kematianku hanya sendiri. Tapi jika engkau yang mati, kematian engkau adalah kematian umat secara keseluruhan."
Setelah Abu Bakar di dalam dan memastikan keamanannya bagi Rasulullah. Beliau memberikan isyarat untuk Rasulullah memasuki lubang Gua itu. Sesaat setelah berada di dalam gua itu, Rasulullah tertidur di atas paha sahabatnya Abu Bakar. Abu Bakar menjaga untuk tidak bergerak agar Rasulullah dapat tenang tertidur.
Tiba-tiba saja ada air yang terjatuh ke wajah Rasulullah. Beliau terbangun dan bertanya: "Air apa gerangan wahai Abu Bakar?". Beliau menjawab: "Air mataku Ya Rasul. Aku menahan rasa sakit dari sengatan seekor kalajengking." Rasulullah kemudian membasuh bekas sengatan itu dengan air ludahnya dan tiba-tiba rasa sakit itu hilang segera.
Mereka istirahat sangat singkat. Namun Rasulullah merasakan ketenangan di tengah ancaman hidupnya. Menjelang fajar mereka terbangun. Tentu untuk sholat dan ibadah lainnya. Tiba-tiba Abu Bakar mendengar derap langkah kaki. Bahkan melihat dengan jelas para pemimpin Makkah berada di luar gua itu. Beliau kembali gelisah dan gusar. Khawatir bukan atas keselamatan dirinya. Tapi keselamatan habibnya, Rasulullah ﷺ.
Abu Bakar berkata: "Ya Rasulullah, kalau mereka melihat ke dalam lubang ini maka mereka akan melihat dan membunuh kita."
Rasulullah ﷺ menjawab: "Tidakkah kamu meyakini bahwa ketika ada dua orang pastinya Allah akan hadir menjadi ketiganya?" Beliau kemudian melanjutkan: "Jangan sedih, jangan takut karena Allah bersama kita."
Ucapan Rasulullah ﷺ itu dipatenkan oleh Allah dalam bentuk informasi samawi (wahyu) di dalam Kalam-Nya di Surah At-Taubah ayat 40. Intinya Rasulullah mengingatkan sahabatnya untuk tetap tenang dan tidak panik karena ada Allah bersama mereka.
Sebagian menafsirkan bahwa kalimat "bala tentara yang belum pernah engkau lihat" adalah sarang burung dan jala laba-laba yang tiba-tiba saja menutupi pintu gua itu setelah Rasulullah dan Abu Bakar masuk ke dalamnya. Tapi cerita ini tidak memiliki riwayat yang kuat. Sehingga sebagian besar tetap menafsirkan kata bala tentara itu dengan para Malaikat.