Profil Habib Idrus bin Salim Al-Jufri, Pahlawan Berjasa dalam Kemerdekaan RI
Kamis, 17 Agustus 2023 - 05:10 WIB
Profil Habib Idrus bin Salim Al-Jufri salah satu pahlawan keturunan Arab yang berjasa dalam Kemerdekaan RI. Beliau berhasil membentengi kawasan Timur Indonesia dari pengaruh Hindia Belanda dan Jepang lewat lembaga pendidikan Alkhairat yang didirikannya.
Ulama keturunan Nabi ﷺ kelahiran Hadhramaut Yaman (1892-1969) ini datang ke Indonesia pada usia 17 tahun bersama ayahnya, Habib Salim Al-Jufri. Kedatangan Habib Idrus bersama ayahnya untuk mengunjungi sanak saudara yang berada di Pulau Jawa dan Sulawesi.
Saat kunjungan kedua ke Nusantara, Habib Idrus bin Salim Al-Jufri tinggal di Pekalongan pada 1925. Setahun kemudian pindah ke Jombang untuk mengajar dan berdagang. Tahun 1928 pindah ke Kota Solo dan kemudian hijrah ke Sulawesi Tahun 1929.
Guru Tua, julukan Habib Idrus, berlayar menuju Manado dan mendirikan Madrasah Alkhairaat di Kota Palu Tahun 1930. Inilah warisan berharga yang ditinggalkan beliau. Hingga saat ini Alkhairaat telah mengukir prestasi dan berkembang menjadi 1.561 sekolah dan madrasah di berbagai daerah.
Keberadaan Alkhairaat dan santrinya memiliki peran besar membentengi kawasan Timur Indonesia dari para penginjil di masa Hindia Belanda. Pada waktu itu, ada tiga organisasi yang bertugas mengkristenkan suku-suku terasing di Sulawesi Tengah. Mereka adalah Indische Kerk (IK) berpusat di Luwu, Nederlands Zending Genootschap (NZG) berpusat di Tentena, dan Leger Dois Hest (LDH) berpusat di Kalawara. Lembaga pendidikan Alkhairaat menjadi media dakwah Islam dan pusat doktrinasi nilai-nilai nasionalisme.
Hasil penelitian dari Gani Jumat yang berjudul "Nasionalisme Ulama Pemikiran Politik Kebangsaan Sayyid Idrus bin Salim Aljufri Tahun 1891-1969 M" menjelaskan tentang pemikiran Habib Idrus Al-Jufri berbentuk nasionalisme relijius dan progresif. Beliau menjadikan pendidikan Alkhairaat sebagai fungsi pemberdayaan sosial yang mengajarkan akhlakul karimah. Alkhairaat membangkitkan patriotisme dan nasionalisme pada masyarkat Palu untuk mengusir penjajah Belanda dan Jepang.
Tanda Kehormatan
Sosok Habib Idrus bin Salim Al-Jufri sangat dihormati karena jasa-jasanya untuk Indonesia. Di antara tanda kehormatan kepada beliau, Tahun 2014, nama Habib Idrus bin Salim Al-Jufri diabadikan sebagai nama baru bandara Kota Palu Sulawesi Tengah.
Kemudian, masyarakat Kota Palu, khususnya suku Kaili, Wali Kota Palu dan Gubernur Sulawesi Tengah menginisiasi untuk mengangkat Habib Idrus bin Salim Al-Jufri sebagai Pahlawan Nasional. Namun status kewarganegaraan Habib Idrus yang berasal dari Yaman membuat beliau tidak dapat diangkat sebagai Pahlawan Nasional.
Akhirnya, berdasarkan Keppres 53/TK/2010, Habib Idrus pun mendapatkan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana. Bintang Mahaputra Adipradana, merupakan Tanda Kehormatan tertinggi setelah Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia. Bintang ini adalah Bintang Mahaputera Tingkat II. Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia dapat dianugerahkan kepada WNI dan WNA yang memenuhi persyaratan.
Mendirikan Lembaga Alkhairaat
Banyak ulama dan cendekiawan muslim membangun dan mengembangkan pendidikan di Indonesia Timur. Salah satu tokoh yang berjasa mengembangkan pendidikan Islam di Sulawesi ialah Al-Habib Idrus bin Salim Al-Jufri. Beliau mendirikan lembaga pendidikan Alkhairaat pada Tahun 1930 di Palu.
Dari sebuah madrasah sederhana yang dirintisnya, Alkhairaat telah berkembang menjadi 1.561 sekolah dan madrasah. Selain itu, Alkhairaat memiliki 34 pondok pesantren, 5 buah panti asuhan, serta usaha-usaha lainnya yang tersebar di Kawasan Timur Indonesai (KTI).
Beliau merupakan seorang ulama Hadrami yang memiliki jejak intelektual didikan dari sang ayah yang juga seorang Qadhi (hakim) dan Mufti di Hadhramaut.
Menurut laporan Muktamar Majelis Pendidikan Alkhairaat pada Muktamar IX di Palu, 2008, jumlah Madrasah Alkhairaat mencapai 1.561 buah yang tersebar di berbagai daerah.
1. Sulawesi Tengah 1.109 Madrasah/sekolah.
2. Sulawesi Utara 195 Madrasah/sekolah.
3. Sulawesi Selatan 26 Madrasah/sekolah.
4. Sulawesi Tenggara 3 Madrasah/sekolah.
Ulama keturunan Nabi ﷺ kelahiran Hadhramaut Yaman (1892-1969) ini datang ke Indonesia pada usia 17 tahun bersama ayahnya, Habib Salim Al-Jufri. Kedatangan Habib Idrus bersama ayahnya untuk mengunjungi sanak saudara yang berada di Pulau Jawa dan Sulawesi.
Saat kunjungan kedua ke Nusantara, Habib Idrus bin Salim Al-Jufri tinggal di Pekalongan pada 1925. Setahun kemudian pindah ke Jombang untuk mengajar dan berdagang. Tahun 1928 pindah ke Kota Solo dan kemudian hijrah ke Sulawesi Tahun 1929.
Guru Tua, julukan Habib Idrus, berlayar menuju Manado dan mendirikan Madrasah Alkhairaat di Kota Palu Tahun 1930. Inilah warisan berharga yang ditinggalkan beliau. Hingga saat ini Alkhairaat telah mengukir prestasi dan berkembang menjadi 1.561 sekolah dan madrasah di berbagai daerah.
Keberadaan Alkhairaat dan santrinya memiliki peran besar membentengi kawasan Timur Indonesia dari para penginjil di masa Hindia Belanda. Pada waktu itu, ada tiga organisasi yang bertugas mengkristenkan suku-suku terasing di Sulawesi Tengah. Mereka adalah Indische Kerk (IK) berpusat di Luwu, Nederlands Zending Genootschap (NZG) berpusat di Tentena, dan Leger Dois Hest (LDH) berpusat di Kalawara. Lembaga pendidikan Alkhairaat menjadi media dakwah Islam dan pusat doktrinasi nilai-nilai nasionalisme.
Hasil penelitian dari Gani Jumat yang berjudul "Nasionalisme Ulama Pemikiran Politik Kebangsaan Sayyid Idrus bin Salim Aljufri Tahun 1891-1969 M" menjelaskan tentang pemikiran Habib Idrus Al-Jufri berbentuk nasionalisme relijius dan progresif. Beliau menjadikan pendidikan Alkhairaat sebagai fungsi pemberdayaan sosial yang mengajarkan akhlakul karimah. Alkhairaat membangkitkan patriotisme dan nasionalisme pada masyarkat Palu untuk mengusir penjajah Belanda dan Jepang.
Tanda Kehormatan
Sosok Habib Idrus bin Salim Al-Jufri sangat dihormati karena jasa-jasanya untuk Indonesia. Di antara tanda kehormatan kepada beliau, Tahun 2014, nama Habib Idrus bin Salim Al-Jufri diabadikan sebagai nama baru bandara Kota Palu Sulawesi Tengah.
Kemudian, masyarakat Kota Palu, khususnya suku Kaili, Wali Kota Palu dan Gubernur Sulawesi Tengah menginisiasi untuk mengangkat Habib Idrus bin Salim Al-Jufri sebagai Pahlawan Nasional. Namun status kewarganegaraan Habib Idrus yang berasal dari Yaman membuat beliau tidak dapat diangkat sebagai Pahlawan Nasional.
Akhirnya, berdasarkan Keppres 53/TK/2010, Habib Idrus pun mendapatkan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana. Bintang Mahaputra Adipradana, merupakan Tanda Kehormatan tertinggi setelah Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia. Bintang ini adalah Bintang Mahaputera Tingkat II. Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia dapat dianugerahkan kepada WNI dan WNA yang memenuhi persyaratan.
Mendirikan Lembaga Alkhairaat
Banyak ulama dan cendekiawan muslim membangun dan mengembangkan pendidikan di Indonesia Timur. Salah satu tokoh yang berjasa mengembangkan pendidikan Islam di Sulawesi ialah Al-Habib Idrus bin Salim Al-Jufri. Beliau mendirikan lembaga pendidikan Alkhairaat pada Tahun 1930 di Palu.
Dari sebuah madrasah sederhana yang dirintisnya, Alkhairaat telah berkembang menjadi 1.561 sekolah dan madrasah. Selain itu, Alkhairaat memiliki 34 pondok pesantren, 5 buah panti asuhan, serta usaha-usaha lainnya yang tersebar di Kawasan Timur Indonesai (KTI).
Beliau merupakan seorang ulama Hadrami yang memiliki jejak intelektual didikan dari sang ayah yang juga seorang Qadhi (hakim) dan Mufti di Hadhramaut.
Menurut laporan Muktamar Majelis Pendidikan Alkhairaat pada Muktamar IX di Palu, 2008, jumlah Madrasah Alkhairaat mencapai 1.561 buah yang tersebar di berbagai daerah.
1. Sulawesi Tengah 1.109 Madrasah/sekolah.
2. Sulawesi Utara 195 Madrasah/sekolah.
3. Sulawesi Selatan 26 Madrasah/sekolah.
4. Sulawesi Tenggara 3 Madrasah/sekolah.
Lihat Juga :