Majlis Tasyakur Akbar Milad Attaqwa, UAS Berpesan 5 Pelajaran dari KH Noer Ali
Rabu, 23 Agustus 2023 - 22:52 WIB
BEKASI - Yayasan Attaqwa Bekasi menggelar Majlis Tasyakur Akbar dalam rangka miladnya ke-67. Acara yang merupakan puncak dari rangkaian acara bertema “Semarak Tasyakur Kemerdekaan” itu menghadirkan penceramah nasional dan internasional, Ustaz H Abdul Somad atau akrab disapa UAS.
Milad ke-67 Yayasan Attaqwa menghadirkan kemeriahan umat karena acaranya beriringan dengan Peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan Indonesia. Selain itu dilaksanakan sebelumnya dan pada hari yang sama Haflah Iftitah Tahun Ajaran 2023/2024 Pondok Pesantren Attaqwa Putra, Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Attaqwa Putra Center dan Pentas Seni Santri.
Di hari itu, setiap jengkal halaman dan lapangan di Plaza Masjid Jami’ Attaqwa dipadati ribuan jamaah. Ratusan kendaraan memenuhi lahan parkir di lapangan utama masjid yang terletak di Komplek Pondok Pesantren Attaqwa Putra.
Suasana kian gegap gempita ketika iring-iringan kendaraan yang membawa Ustadz Abdul Somad mendekati panggung acara yang megah.
UAS memulai ceramah dengan menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan Attaqwa adalah cara yang paling benar dalam mensyukuri hari kemerdekaan Indonesia, yaitu dengan berterima kasih kepada para pahlawan yang telah gugur. Bukan dengan berbagai perlombaan dan lain sebagainya.
Menurut UAS, lewat ungkapan terima kasih kepada pahlawan, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik. UAS pun mengimbau kepada generasi penerus yang hadir di kesempatan itu. Terutama para santri Attaqwa, agar melanjutkan perjuangan para pahlawan, khususnya pendiri Attaqwa Almaghfurlah wal Mujahid fi Sabilillah KH Noer Ali.
UAS mengatakan setidaknya ada lima pelajaran yang dapat dipetik dari KH Noer Ali. Pelajaran pertama adalah, beliau terbang belajar ke Makkah al-Mukarramah di saat belum ada pesawat, video call dan fasilitas teknologi lainnya.
Artinya, ada semangat untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, UAS mendorong alumni Attaqwa untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.
“Terbanglah santri Attaqwa sejauh mata memandang untuk meneladani jejak KH. Noer Ali. Para guru pesantren dari anak dan cucu Al-Maghfurlah telah mencontoh langkah beliau, ada yang belajar ke Mesir, ada yang ke Maroko, dan lain sebagainya,” jelas UAS dengan suara khasnya yang lantang.
Pelajaran kedua dari KH Noer Ali adalah berorganisasi. Menurut dai sejuta viewers ini, sebab organisasi lah yang kemudian dapat memerdekakan Indonesia. Adanya organisasi Syarikat Islam, Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, adalah cikal bakal menuju kemerdekaan Indonesia.
“KH. Noer Ali telah menjadi Ketua Pelajar Muslim Indonesia saat belajar di Mekkah. Itu artinya beliau berorganisasi. Negara kita membutuhkan orang-orang yang paham organisasi,” ujar UAS.
Pelajaran ketiga adalah, KH Noer Ali tidak menetap di Mekkah atau Madinah, tetapi memilih kembali ke kampung halaman dan berjuang membangun pondok pesantren.
“KH. Noer Ali rela mewakafkan harta, tenaga dan waktunya untuk membangun umat melalui pondok pesantren ini. Inilah yang akan menjadi amal jariyah yang akan selalu mengalir pahalanya untuk beliau. Artinya, beliau ingin mengatakan gunakan ilmu dan hartamu di jalan Allah supaya kekal,” jelas UAS.
Pelajaran keempat, beliau terjun ke dalam dunia politik. “Beliau masuk ke Partai Masyumi. Bahkan menjadi ketua Masyumi dan anggota Majlis Konstituante,” tegas UAS.
UAS menambahkan, bahwa para ustadz bisa berteriak-teriak di forum dakwah, tapi harus ada orang-orang baik yang jihad di jalur konstitusi. Karena dengan orang-orang sholih masuk ke parlemen, maka akan hadir undang-undang dan peraturan yang juga sholih.
Politik menurut UAS, juga adalah alat meraih kekuasaan. Maka jihad politik harus dilakukan dengan menghadirkan orang-orang yang baik dan amanah memperjuangkan islam dan aspirasi umat islam.
Pelajaran kelima adalah, KH Noer Ali berjuang angkat senjata melawan penjajah, hingga diberi gelar ‘Singa Karawang-Bekasi’. Beliau tidak takut mati. “Semua tokoh pemberani bergelar ‘Singa’, ada Sisingamaraja di Sumatera Utara, juga ada Richard the Lion Heart di Inggris,” jelas UAS.
Dalam taushiahnya UAS mengimbau kaum muslimin di seluruh Indonesia, agar menggunakan protokol Attaqwa jika mengundang UAS. Sebab ia merasa nyaman berceramah di Attaqwa. Salah satunya karena jamaah lelaki tidak bercampur dengan jamaah perempuan.
Ketika datang, ia pun dikawal santri-santri Pramuka, sehingga tidak terlalu capek bersalaman dengan jamaah. Ceramah UAS pun di akhiri dengan pantun “Menangkap puyuh di bukit selasih, thank you dan terima kasih”.
Pada acara Majlis Tasyakur Akbar tersebut juga ditandatangani langsung oleh UAS prasasti pembangunan fasilitas gedung pusat kegiatan pondok dan santri yang dinamakan Attaqwa Putra Center KH Nurul Anwar.
Gedung yang diproyeksikan berlantai tiga tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas seluruh proses pendidikan di salah satu pesantren tertua di Bekasi ini.
Milad ke-67 Yayasan Attaqwa menghadirkan kemeriahan umat karena acaranya beriringan dengan Peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan Indonesia. Selain itu dilaksanakan sebelumnya dan pada hari yang sama Haflah Iftitah Tahun Ajaran 2023/2024 Pondok Pesantren Attaqwa Putra, Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Attaqwa Putra Center dan Pentas Seni Santri.
Di hari itu, setiap jengkal halaman dan lapangan di Plaza Masjid Jami’ Attaqwa dipadati ribuan jamaah. Ratusan kendaraan memenuhi lahan parkir di lapangan utama masjid yang terletak di Komplek Pondok Pesantren Attaqwa Putra.
Suasana kian gegap gempita ketika iring-iringan kendaraan yang membawa Ustadz Abdul Somad mendekati panggung acara yang megah.
UAS memulai ceramah dengan menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan Attaqwa adalah cara yang paling benar dalam mensyukuri hari kemerdekaan Indonesia, yaitu dengan berterima kasih kepada para pahlawan yang telah gugur. Bukan dengan berbagai perlombaan dan lain sebagainya.
Menurut UAS, lewat ungkapan terima kasih kepada pahlawan, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik. UAS pun mengimbau kepada generasi penerus yang hadir di kesempatan itu. Terutama para santri Attaqwa, agar melanjutkan perjuangan para pahlawan, khususnya pendiri Attaqwa Almaghfurlah wal Mujahid fi Sabilillah KH Noer Ali.
UAS mengatakan setidaknya ada lima pelajaran yang dapat dipetik dari KH Noer Ali. Pelajaran pertama adalah, beliau terbang belajar ke Makkah al-Mukarramah di saat belum ada pesawat, video call dan fasilitas teknologi lainnya.
Artinya, ada semangat untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, UAS mendorong alumni Attaqwa untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.
“Terbanglah santri Attaqwa sejauh mata memandang untuk meneladani jejak KH. Noer Ali. Para guru pesantren dari anak dan cucu Al-Maghfurlah telah mencontoh langkah beliau, ada yang belajar ke Mesir, ada yang ke Maroko, dan lain sebagainya,” jelas UAS dengan suara khasnya yang lantang.
Pelajaran kedua dari KH Noer Ali adalah berorganisasi. Menurut dai sejuta viewers ini, sebab organisasi lah yang kemudian dapat memerdekakan Indonesia. Adanya organisasi Syarikat Islam, Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, adalah cikal bakal menuju kemerdekaan Indonesia.
“KH. Noer Ali telah menjadi Ketua Pelajar Muslim Indonesia saat belajar di Mekkah. Itu artinya beliau berorganisasi. Negara kita membutuhkan orang-orang yang paham organisasi,” ujar UAS.
Pelajaran ketiga adalah, KH Noer Ali tidak menetap di Mekkah atau Madinah, tetapi memilih kembali ke kampung halaman dan berjuang membangun pondok pesantren.
“KH. Noer Ali rela mewakafkan harta, tenaga dan waktunya untuk membangun umat melalui pondok pesantren ini. Inilah yang akan menjadi amal jariyah yang akan selalu mengalir pahalanya untuk beliau. Artinya, beliau ingin mengatakan gunakan ilmu dan hartamu di jalan Allah supaya kekal,” jelas UAS.
Pelajaran keempat, beliau terjun ke dalam dunia politik. “Beliau masuk ke Partai Masyumi. Bahkan menjadi ketua Masyumi dan anggota Majlis Konstituante,” tegas UAS.
UAS menambahkan, bahwa para ustadz bisa berteriak-teriak di forum dakwah, tapi harus ada orang-orang baik yang jihad di jalur konstitusi. Karena dengan orang-orang sholih masuk ke parlemen, maka akan hadir undang-undang dan peraturan yang juga sholih.
Politik menurut UAS, juga adalah alat meraih kekuasaan. Maka jihad politik harus dilakukan dengan menghadirkan orang-orang yang baik dan amanah memperjuangkan islam dan aspirasi umat islam.
Pelajaran kelima adalah, KH Noer Ali berjuang angkat senjata melawan penjajah, hingga diberi gelar ‘Singa Karawang-Bekasi’. Beliau tidak takut mati. “Semua tokoh pemberani bergelar ‘Singa’, ada Sisingamaraja di Sumatera Utara, juga ada Richard the Lion Heart di Inggris,” jelas UAS.
Dalam taushiahnya UAS mengimbau kaum muslimin di seluruh Indonesia, agar menggunakan protokol Attaqwa jika mengundang UAS. Sebab ia merasa nyaman berceramah di Attaqwa. Salah satunya karena jamaah lelaki tidak bercampur dengan jamaah perempuan.
Ketika datang, ia pun dikawal santri-santri Pramuka, sehingga tidak terlalu capek bersalaman dengan jamaah. Ceramah UAS pun di akhiri dengan pantun “Menangkap puyuh di bukit selasih, thank you dan terima kasih”.
Pada acara Majlis Tasyakur Akbar tersebut juga ditandatangani langsung oleh UAS prasasti pembangunan fasilitas gedung pusat kegiatan pondok dan santri yang dinamakan Attaqwa Putra Center KH Nurul Anwar.
Gedung yang diproyeksikan berlantai tiga tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas seluruh proses pendidikan di salah satu pesantren tertua di Bekasi ini.
(thm)