Muslim Pelaku Dosa Besar Tidak Kafir, Begini Penjelasannya

Senin, 11 September 2023 - 13:30 WIB
dosa yang dilakukan kaum muslimin tidak serta merta menjadikannya kafir. Ilustrasi: Ist
Paham yang menamakan dirinya "Jamaah Attakfir," "Jamaah Alhijrah," "fundamentalis Islam" dan sebagainya, menganggap orang yang melakukan dosa besar dan tidak mau berhenti adalah kafir . Bahkan ada yang beranggapan bahwa orang-orang Islam pada umumnya tidak Muslim, salat mereka dan ibadat lainnya tidak sah, karena murtad . Lalu bagaimana pendapat Ahlus Sunnah wal Jamaah ?

Pakar hadis dari Mazhab Hanafi, Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi mengatakan: “Kami tidak mengafirkan seorang ahlil qiblat pun dengan sebab suatu dosa, selama dia tidak menghalalkannya. Kami juga tidak mengatakan, ‘Dosa apapun tidak akan membahayakan pelakunya asalkan ada keimanan.”



Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi adalah penulis kitab akidah "Al-Aqidah Ath-Thahawiyah" yang diakui dan digunakan seluruh mazhab Ahlus Sunnah

Syaikh Shâlih bin Abdul Azîz Alusy Syaikh menjelaskan Imam Abu Ja’far ath-Thahawi hendak menyampaikan bahwa dosa yang dilakukan kaum muslimin tidak serta merta menjadikannya kafir, sebagaimana pendapat Khawârij.

"Namun juga tidak berarti bahwa perbuatan dosa yang dilakukan ahlul qiblat tidak berdampak atau berakibat apa-apa bagi pelakunya, sebagaimana pendapat kaum Murji’ah," ujarnya dalam kitab "Syarhu ‘Aqîdah ath-Thahawiyah".

Menurutnya, dengan pernyataan tersebut, Imam Abu Ja’far ath-Thahawi telah menyelisihi Khawârij, Mu’tazilah dan Murji’ah.



Syaikh Shâlih bin Abdul Azîz mengingatkan bahwa masalah ini termasuk masalah besar. Yaitu masalah mengkafirkan orang yang menisbatkan diri kepada orang Islam, yaitu orang yang istikamah dalam keislaman dan keimanannya, jika ia melakukan perbuatan suatu dosa.

Menurut Syaikh Shâlih bin Abdul Azîz, kaidah Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah menyatakan bahwa orang yang telah masuk Islam dengan yakin, maka dia tidak bisa dikeluarkan hanya karena perbuatan dosa yang dia lakukan.

Dia juga tidak bisa keluar dari Islam dengan semua perbuatan dosa yang diharamkan Allah Taala yang dilakukannya. Namun sebagai akibat dari perbuatan dosa-dosa ‘amaliyahnya harus ada istihlâl. Maksudnya dia meyakini bahwa perbuatan dosa itu halal, bukan dosa, bukan perkara yang diharamkan. Inilah jalan Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah. "Mereka tidak menjatuhkan vonis kafir kepada (pelaku dosa), tetapi mereka menyatakannya salah, sesat, atau fâsik," ujar Syaikh Shâlih bin Abdul Azîz.

Jadi kita katakan, “Dia mukmin dengan sebab imannya, fasik dengan sebab dosa besarnya, muslim dengan sebab tauhidnya. Dia fasik dengan sebab dosa yang dia lakukan dengan terang-terangan dan belum bertobat."

Apa yang dikatakan Imam Abu Ja’far ath-Thahawi tersebut memuat penetapan akidah Ahlus Sunnah yang berbeda dengan Khawârij, Mu’tazilah dan Murji’ah.

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Dua kalimat yang ringan diucapkan tetapi berat timbangannya, dan disenangi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala Yang Maha Pengasih yaitu, Subhanallah wa Bihamdihi Subhaanallaahil Azhim (Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya dan Maha Suci Allah Yang Maha Agung).

(HR. Muslim No. 4860)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More