Sekecil Apapun Amal pada Islam, Jangan Diremehkan!
Rabu, 05 Agustus 2020 - 12:32 WIB
Ini adalah kisah seorang perempuan tua, lemah dan berkulit hitam, yang tinggal di Madina. Namun dia adalah merupakan shahabiyah Rasulullah. Kisahnya pun diambil dari buku 'Mereka Adalah Para Shahabiyah'.
Ummu Mahjan, itulah nama yang biasa orang memanggilnya. Ia seorang perempuan miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Namun, keberadaannya tidak luput dari perhatian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sang pemimpin umat Islam ini senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyai keadaan mereka dan memberi makanan kepada mereka.
Ummu Mahjan menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya dan masyarakat Islam. Lantas apa yang bisa dia laksanakan padahal ia hanyalah, seorang perempuan tua dan lemah? Akan tetapi Ummu Mahjan sedikitpun tidak bimbang dan ragu, dan tidak menyisakan sedikitpun rasa putus asa dalam hatinya. (Baca juga : Fitnah Syubhat, Merusakkan Ilmu dan Keyakinan )
Keimanan Ummu Mahjan, telah menunjukkan kepadanya untuk menunaikan tanggung jawabnya. Maka yang dilakukan Ummu Mahjan sebagai kewajiban seorang muslim, hanya bisa membersihkan kotoran dan dedaunan dari masjid dengan menyapu dan membuangnya ke tempat sampah.
Perempuan tua ini sangat konsisten dalam menjaga kebersihan rumah Allah, sebab masjid memiliki peran yang sangat urgen di dalam Islam. Di sanalah berkumpulnya para pahlawan dan para ulama’. Masjid, ibarat parlemen yang sebanyak lima kali sehari digunakan sebagai wahana untuk bermusyawarah, saling memahami dan saling mencintai, sebagaimana pula masjid adalah universitas tarbiyah amaliyah yang mendasar dalam membina umat. Itulah sebenar-benarnya fungsi masjid pada zaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, demikian pulalah yang terjadi pada zaman khulafa‘ur rasyidin.
Untuk itu, Ummu Mahjan radhiyallahu ‘anha tidak kendor semangatnya, untuk selalu bekerja memberishkan masjid. Ummu Mahjan hanya bisa mengerjakan pekerjaan itu sebagai baktinya kepada Islam.
Pekerjaan membersihkan kotoran dan dedaunan di masjid, terus ia tekuni hingga ia wafat. Mengetahui perempuan tua ini wafat, para shahabat Rasulullah membawa jenazahnya setelah malam menjelang untuk dimakamkan. Namun, para shahabat tidak memberitahukan Rasulullah karena mendapat beliau masih tidur. KArena tidak ingin membangunkan RAsulullah, para shahabat ini langsung menyalatkan dan menguburkannya Ummu Mahjan di Baqi‘ul Gharqad. (Baca juga : Manfaat dan Faedah Mengingat Mati )
Pagi harinya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam merasa kehilangan perempuan tua itu, kemudian beliau tanyakan kepada para shahabat, mereka menjawab, “Beliau telah dikubur wahai Rasulullah, kami telah mendatangi anda dan kami dapatkan anda masih dalam keadaan tidur sehingga kami tidak ingin membangunkan anda.” Maka beliau bersabda, “Marilah kita pergi!” Lantas bersama para shahabat, Rasulullah pergi menuju kubur Ummu Mahjan. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berdiri, sementara para sahabat berdiri bershaf-shaf di belakang beliau, lantas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyalatkannya dan bertakbir empat kali [Al-Ishabah dalam Tamyizish Shahabah)
Sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang wanita yang berkulit hitam yang biasanya membersihkan masjid, suatu ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam merasa kehilangan dia, lantas beliau bertanya tentangnya. Mereka telah berkata, “Dia telah wafat.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku?” Abu Hurairah berkata, “Seolah-olah mereka menganggap bahwa kematian Ummu Mahjan itu adalah hal yang sepele.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tunjukkan kepadaku di mana kuburnya!” Maka mereka menunjukkan kuburnya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau menyalatkannya, lalu bersabda:
إِنَّ هٰذِهِ الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةٌ عَلَى أَهْلِهَا، وَإِنَّ اللّٰهَ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلاَتِي عَلَيْهِمْ
“Sesungguhnya kubur ini terisi dengan kegelapan atas penghuninya dan Allah meneranginya bagi mereka karena aku telah menyalatkannya.” [Lihat al-Ishabah, al-Muwatha’, an-Nasa’i (I/9) hadis tersebut mursal, akan tetapi maknanya sesuai dengan hadis yang setelahnya yang bersambung dengan riwayat al-Bukhari dan Muslim.]
Kisah Ummu Mahjan ini, pelajaran bagi kaum muslimin dalam perputaran sejarah bahwa tidak boleh menganggap sepele suatu amal sekalipun kecil.
Perempuan tua dan lemah ini, begitu mendapat perhatian besar dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam hingga ia wafat. Sehingga beliau menyalahkan para shahabatnya yang tidak memberitahukan perihal kematiannya agar beliau dapat mengantarkan Ummu Mahjan ke tempat tinggalnya yang terakhir di dunia. Rasulullah pun langsung bergegas menuju kuburnya untuk menyalatkannya agar Allah menerangi kuburnya dengan salat beliau.
Muslimah, ada pelajar yang bisa dipetik dari kisah Ummu Mahjan ini. Janganlah meremehkan amal kebaikan sekalipun kecil, dan ketahuilah bahwa kita sebagai muslim diseru untuk menunaikan tanggung jawab dengan mencurahkan segenap kemampuan dan banyak berkorban dalam rangka menegakkan bangunan Islam yang agung. (Baca juga : Taat dan Keteguhan Hati Asiyah Mengantarkannya ke Surga )
Sebagai muslim, kita pun janganlah mengelak dan mundur dari berkhidmat kepada Islam karena merasa lemah, tidak ada kemampuan untuk ikut andil dalam menguatkan masyarakat Islam, sebab sesungguhnya perasaan-perasaan seperti itu merupakan rekayasa dari setan jin dan manusia. Potret Umum Mahjan, merupakan sebuah pelajaran bagi kaum muslimin dalam hal kesungguhan, ketawadhu’an hingga sampai pada puncak semangatnya.
Wallahu A'lam
Ummu Mahjan, itulah nama yang biasa orang memanggilnya. Ia seorang perempuan miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Namun, keberadaannya tidak luput dari perhatian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sang pemimpin umat Islam ini senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyai keadaan mereka dan memberi makanan kepada mereka.
Ummu Mahjan menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya dan masyarakat Islam. Lantas apa yang bisa dia laksanakan padahal ia hanyalah, seorang perempuan tua dan lemah? Akan tetapi Ummu Mahjan sedikitpun tidak bimbang dan ragu, dan tidak menyisakan sedikitpun rasa putus asa dalam hatinya. (Baca juga : Fitnah Syubhat, Merusakkan Ilmu dan Keyakinan )
Keimanan Ummu Mahjan, telah menunjukkan kepadanya untuk menunaikan tanggung jawabnya. Maka yang dilakukan Ummu Mahjan sebagai kewajiban seorang muslim, hanya bisa membersihkan kotoran dan dedaunan dari masjid dengan menyapu dan membuangnya ke tempat sampah.
Perempuan tua ini sangat konsisten dalam menjaga kebersihan rumah Allah, sebab masjid memiliki peran yang sangat urgen di dalam Islam. Di sanalah berkumpulnya para pahlawan dan para ulama’. Masjid, ibarat parlemen yang sebanyak lima kali sehari digunakan sebagai wahana untuk bermusyawarah, saling memahami dan saling mencintai, sebagaimana pula masjid adalah universitas tarbiyah amaliyah yang mendasar dalam membina umat. Itulah sebenar-benarnya fungsi masjid pada zaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, demikian pulalah yang terjadi pada zaman khulafa‘ur rasyidin.
Untuk itu, Ummu Mahjan radhiyallahu ‘anha tidak kendor semangatnya, untuk selalu bekerja memberishkan masjid. Ummu Mahjan hanya bisa mengerjakan pekerjaan itu sebagai baktinya kepada Islam.
Pekerjaan membersihkan kotoran dan dedaunan di masjid, terus ia tekuni hingga ia wafat. Mengetahui perempuan tua ini wafat, para shahabat Rasulullah membawa jenazahnya setelah malam menjelang untuk dimakamkan. Namun, para shahabat tidak memberitahukan Rasulullah karena mendapat beliau masih tidur. KArena tidak ingin membangunkan RAsulullah, para shahabat ini langsung menyalatkan dan menguburkannya Ummu Mahjan di Baqi‘ul Gharqad. (Baca juga : Manfaat dan Faedah Mengingat Mati )
Pagi harinya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam merasa kehilangan perempuan tua itu, kemudian beliau tanyakan kepada para shahabat, mereka menjawab, “Beliau telah dikubur wahai Rasulullah, kami telah mendatangi anda dan kami dapatkan anda masih dalam keadaan tidur sehingga kami tidak ingin membangunkan anda.” Maka beliau bersabda, “Marilah kita pergi!” Lantas bersama para shahabat, Rasulullah pergi menuju kubur Ummu Mahjan. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berdiri, sementara para sahabat berdiri bershaf-shaf di belakang beliau, lantas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyalatkannya dan bertakbir empat kali [Al-Ishabah dalam Tamyizish Shahabah)
Sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang wanita yang berkulit hitam yang biasanya membersihkan masjid, suatu ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam merasa kehilangan dia, lantas beliau bertanya tentangnya. Mereka telah berkata, “Dia telah wafat.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku?” Abu Hurairah berkata, “Seolah-olah mereka menganggap bahwa kematian Ummu Mahjan itu adalah hal yang sepele.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tunjukkan kepadaku di mana kuburnya!” Maka mereka menunjukkan kuburnya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau menyalatkannya, lalu bersabda:
إِنَّ هٰذِهِ الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةٌ عَلَى أَهْلِهَا، وَإِنَّ اللّٰهَ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلاَتِي عَلَيْهِمْ
“Sesungguhnya kubur ini terisi dengan kegelapan atas penghuninya dan Allah meneranginya bagi mereka karena aku telah menyalatkannya.” [Lihat al-Ishabah, al-Muwatha’, an-Nasa’i (I/9) hadis tersebut mursal, akan tetapi maknanya sesuai dengan hadis yang setelahnya yang bersambung dengan riwayat al-Bukhari dan Muslim.]
Kisah Ummu Mahjan ini, pelajaran bagi kaum muslimin dalam perputaran sejarah bahwa tidak boleh menganggap sepele suatu amal sekalipun kecil.
Perempuan tua dan lemah ini, begitu mendapat perhatian besar dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam hingga ia wafat. Sehingga beliau menyalahkan para shahabatnya yang tidak memberitahukan perihal kematiannya agar beliau dapat mengantarkan Ummu Mahjan ke tempat tinggalnya yang terakhir di dunia. Rasulullah pun langsung bergegas menuju kuburnya untuk menyalatkannya agar Allah menerangi kuburnya dengan salat beliau.
Muslimah, ada pelajar yang bisa dipetik dari kisah Ummu Mahjan ini. Janganlah meremehkan amal kebaikan sekalipun kecil, dan ketahuilah bahwa kita sebagai muslim diseru untuk menunaikan tanggung jawab dengan mencurahkan segenap kemampuan dan banyak berkorban dalam rangka menegakkan bangunan Islam yang agung. (Baca juga : Taat dan Keteguhan Hati Asiyah Mengantarkannya ke Surga )
Sebagai muslim, kita pun janganlah mengelak dan mundur dari berkhidmat kepada Islam karena merasa lemah, tidak ada kemampuan untuk ikut andil dalam menguatkan masyarakat Islam, sebab sesungguhnya perasaan-perasaan seperti itu merupakan rekayasa dari setan jin dan manusia. Potret Umum Mahjan, merupakan sebuah pelajaran bagi kaum muslimin dalam hal kesungguhan, ketawadhu’an hingga sampai pada puncak semangatnya.
Wallahu A'lam
(wid)