Mengenal Ummu Sinan : Mujahidah Tangguh, Ahli Perang dari Kabilah Aslam
Kamis, 02 November 2023 - 11:09 WIB
Di tengah kecamuk perang yang terjadi di jalur Gaza antara pejuang Hamas dan Zionis Israil, tidak ada salahnya kita mengenal para pejuang Islam terdahulu, termasuk para mujahid dan mujahidah dari kaum muslim di era Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Salah satunya potret seorang muslimah tangguh yang juga seorang shahabiyah (sahabat perempuan Nabi SAW) yang pandai berkuda serta lihai dalam seni peperangan, yakni Ummu Sinan.
Siapa Ummu Sinan ini? Dan Apa perannya dalam peperangan Islam di era Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam ini?
Kisah Ummu Sinan, salah satunya bisa diketahui dari sebuah hadis Nabi SAW. Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah shallalahu alaihiwa sallam pernah bersabda, “Quraisy, Ansar, Juhainah, Aslam, Asyja, dan Ghifar adalah para budak. Mereka tidak memiliki tuan lain selain Allah SWT. dan Rasul-Nya.”
Selain itu, dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, “Aslam dibaguskan oleh Allah, Ghifar diampuni oleh Allah. Aku tidak mengatakan hal ini, tetapi Allah SWT. yang mengatakannya.”
Inilah gambaran kemuliaan yang ditunjukkan Rasulullah SAW terhadap suku dan kabilah-kabilah tersebut. Di antara suku atau kabilah itu disebutkan Aslam. Bahkan, kabilah Aslam disebut sebagai salah satu kabilah yang paling disukai Rasulullah SAW. Hal ini tidak terlepas dari ketaatan dan ketundukan mereka saat memeluk Islam. Salah satu nama shahabiyah yang cukup dikenal dari kabilah Aslam ini adalah Ummu Sinan al-Aslamiyah.
Ummu Sinan al-Aslamiyah adalah seorang mujahidah tangguh. Ia merupakan salah seorang shahabiyah (sahabat wanita) yang mengikuti beragam peristiwa bersama Rasulullah, baik dalam keadaan aman maupun jihad.
Dalam kesehariannya, Ummu Sinan senantiasa mematuhi segala perintah Allah dan Rasul-Nya. Baginya, memperjuangkan agama Allah adalah kewajiban setiap muslim.
Pada saat Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam dan kaum muslim akan berangkat ke Khaibar, Ummu Sinan mendatangi Rasulullah dan mohon izin untuk turut berjihad .
“Wahai Rasulullah, aku ingin berangkat bersamamu menghadapi musuh. Aku bisa memberi minum orang yang kehausan, juga mengobati orang yang sakit dan terluka,” ujarnya.
Rasulullah pun mengizinkannya turut berjuang. “Baiklah, berangkatlah kau dengan berkah Allah Taala. Kau juga mempunyai beberapa rekan yang akan turut serta. Aku telah mengizinkan para wanita dan beberapa orang lainnya dari kaummu. Keputusan ada di tanganmu, apakah kau ikut bersama kaummu atau ikut rombongan kami?” tanya Rasulullah.
Ummu Sinan menjawab, “Aku akan ikut ke dalam rombonganmu.”
“Baiklah, berangkatlah kau bersama istriku, Ummu Salamah,” perintah Nabi SAW.
Lalu, Ummu Sinan berangkat bersama Ummu Salamah menuju medan Perang Khaibar.
Ummu Sinan uga seorang wanita berwawasan luas yang berkaitan dengan peran perempuan tatkala berada di tengah barisan para mujahidin. Di antara peran tersebut ialah memberi minum anggota pasukan yang terluka dan mengobati mereka yang cedera. Tidak hanya pandai merawat orang, Ummu Sinan juga kompeten berperang dan menunggang kuda.
Berkat peran dan kontribusinya di medan jihad, Ummu Sinan kerap mendapatkan harta rampasan perang. “Saat penaklukan Khaibar, Rasulullah SAW membagikan sebagian harta rampasan perang. Beliau memberiku untaian kalung berwarna merah dan perhiasan perak yang didapat dari harta rampasan perang. Beliau juga memberiku kain beludru dan selimut dari Yaman serta kuali kuningan,” ujarnya.
Setelah penaklukan Khaibar, Ummu Sinan pulang bersama Ummu Salamah. Ia mengendarai unta milik Nabi ﷺ. Ketika hampir memasuki Kota Madinah, Ummu Salamah berkata kepadanya, “Unta yang engkau tunggangi kini menjadi milikmu, Rasulullah ﷺ telah memberikannya kepadamu.”
Para wanita juga diseru hal yang sama. Mereka memberikan apa yang sanggup mereka berikan dengan segala daya dan upayanya, tidak terkecuali Ummu Sinan. Ia juga berkontribusi besar dalam Perang Tabuk, sebagaimana para muslimah yang lain.
“Aku menyaksikan kain terbentang di hadapan Rasulullah SAW di rumah Aisyah ra., sang Ummul Mukminin. Di atas kain tersebut terdapat gelang, kalung, dan cincin. Para wanita pembantu dikirimkan untuk membantu para tentara mempersiapkan segala perlengkapannya,” kata Ummu Sinan mengenang persiapan Perang Tabuk.
Siapa Ummu Sinan ini? Dan Apa perannya dalam peperangan Islam di era Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam ini?
Kisah Ummu Sinan, salah satunya bisa diketahui dari sebuah hadis Nabi SAW. Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah shallalahu alaihiwa sallam pernah bersabda, “Quraisy, Ansar, Juhainah, Aslam, Asyja, dan Ghifar adalah para budak. Mereka tidak memiliki tuan lain selain Allah SWT. dan Rasul-Nya.”
Selain itu, dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, “Aslam dibaguskan oleh Allah, Ghifar diampuni oleh Allah. Aku tidak mengatakan hal ini, tetapi Allah SWT. yang mengatakannya.”
Inilah gambaran kemuliaan yang ditunjukkan Rasulullah SAW terhadap suku dan kabilah-kabilah tersebut. Di antara suku atau kabilah itu disebutkan Aslam. Bahkan, kabilah Aslam disebut sebagai salah satu kabilah yang paling disukai Rasulullah SAW. Hal ini tidak terlepas dari ketaatan dan ketundukan mereka saat memeluk Islam. Salah satu nama shahabiyah yang cukup dikenal dari kabilah Aslam ini adalah Ummu Sinan al-Aslamiyah.
Mujahidah Tangguh dan Ahli Perang
Ummu Sinan berani meninggalkan tanah kelahirannya demi bergabung bersama rombongan kabilah Aslam untuk mengucapkan janji setia kepada Rasulullah SAW di Madinah. Sebagaimana orang-orang dari kabilah Aslam, Ummu Sinan dikenal mampu menunggang kuda serta paham taktik dan seni peperangan.Ummu Sinan al-Aslamiyah adalah seorang mujahidah tangguh. Ia merupakan salah seorang shahabiyah (sahabat wanita) yang mengikuti beragam peristiwa bersama Rasulullah, baik dalam keadaan aman maupun jihad.
Dalam kesehariannya, Ummu Sinan senantiasa mematuhi segala perintah Allah dan Rasul-Nya. Baginya, memperjuangkan agama Allah adalah kewajiban setiap muslim.
Pada saat Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam dan kaum muslim akan berangkat ke Khaibar, Ummu Sinan mendatangi Rasulullah dan mohon izin untuk turut berjihad .
“Wahai Rasulullah, aku ingin berangkat bersamamu menghadapi musuh. Aku bisa memberi minum orang yang kehausan, juga mengobati orang yang sakit dan terluka,” ujarnya.
Rasulullah pun mengizinkannya turut berjuang. “Baiklah, berangkatlah kau dengan berkah Allah Taala. Kau juga mempunyai beberapa rekan yang akan turut serta. Aku telah mengizinkan para wanita dan beberapa orang lainnya dari kaummu. Keputusan ada di tanganmu, apakah kau ikut bersama kaummu atau ikut rombongan kami?” tanya Rasulullah.
Ummu Sinan menjawab, “Aku akan ikut ke dalam rombonganmu.”
“Baiklah, berangkatlah kau bersama istriku, Ummu Salamah,” perintah Nabi SAW.
Lalu, Ummu Sinan berangkat bersama Ummu Salamah menuju medan Perang Khaibar.
Ummu Sinan uga seorang wanita berwawasan luas yang berkaitan dengan peran perempuan tatkala berada di tengah barisan para mujahidin. Di antara peran tersebut ialah memberi minum anggota pasukan yang terluka dan mengobati mereka yang cedera. Tidak hanya pandai merawat orang, Ummu Sinan juga kompeten berperang dan menunggang kuda.
Berkat peran dan kontribusinya di medan jihad, Ummu Sinan kerap mendapatkan harta rampasan perang. “Saat penaklukan Khaibar, Rasulullah SAW membagikan sebagian harta rampasan perang. Beliau memberiku untaian kalung berwarna merah dan perhiasan perak yang didapat dari harta rampasan perang. Beliau juga memberiku kain beludru dan selimut dari Yaman serta kuali kuningan,” ujarnya.
Setelah penaklukan Khaibar, Ummu Sinan pulang bersama Ummu Salamah. Ia mengendarai unta milik Nabi ﷺ. Ketika hampir memasuki Kota Madinah, Ummu Salamah berkata kepadanya, “Unta yang engkau tunggangi kini menjadi milikmu, Rasulullah ﷺ telah memberikannya kepadamu.”
Mencintai Akhirat
Ummu Sinan juga melibatkan diri saat Perang Tabuk terjadi pada Rajab 9 H. Rasulullah ﷺ menyeru dan memerintahkan kaum muslim untuk berjihad, berlomba-lomba bersedekah, dan menafkahkan harta mereka di jalan Allah Swt. sesuai kemampuan masing-masing.Para wanita juga diseru hal yang sama. Mereka memberikan apa yang sanggup mereka berikan dengan segala daya dan upayanya, tidak terkecuali Ummu Sinan. Ia juga berkontribusi besar dalam Perang Tabuk, sebagaimana para muslimah yang lain.
“Aku menyaksikan kain terbentang di hadapan Rasulullah SAW di rumah Aisyah ra., sang Ummul Mukminin. Di atas kain tersebut terdapat gelang, kalung, dan cincin. Para wanita pembantu dikirimkan untuk membantu para tentara mempersiapkan segala perlengkapannya,” kata Ummu Sinan mengenang persiapan Perang Tabuk.