Adzan Senyap di Bumi Andalusia
Kamis, 06 Agustus 2020 - 17:01 WIB
"Masjid ini sudah dibayar setengahnya dan setengahnya lagi tengah di cicil. Kami punya diberi waktu dua bulan untuk melunasi masjid ini,yakni 1.120 Euro jika tidak, maka tempat ini tidak menjadi masjid lagi dan uang umat Isalam akan hilang," terang dia.
Ia menceritakan, tadinya gedung yang terletak tepat di belakang terminal bus antar kota La Linea itu merupakan kafe, dan toko-toko tetangganya juga saat ini ada yang Kafe, rumah biliar hingga klub malam. "Lokasi ini yang bisa dapat, tapi tidak menghalangi kami beribadah," ujar Muhammad.
Seperti di Cadiz, masjid ini juga tidak mengumandangkan adzan dengan pengeras suara. Tapi pengurus masjid mencetak selebaran waktu salat untuk dibagikan kepada Jamaah. Selain itu Dengan kemajuan teknologi, jamaah bisa mengakses waktu solat melalui gawai pintarnya,” kata dia.
Walau sudah menjadi hal milik, tapi bangunan seluas 300 meter persegi itu tidak bisa dibangun kubah atau menara masjid sebagai ciri khas rumah ibadah. "Membangun kubah belum di ijinkan oleh pemerintah kota," kata dia.
Tapi dia tidak kurang akal, untuk menandakan banguan itu masjid, dia menulis setiap pintu dengan tulisan Arab "Masjid Badar". Selain itu, lukisan corak kubah di pintu masuk juga akan memudahkan pencirian masjid.
Dia menceritakan, di kawasan Andalusia ini hanya Masjid Marbella yang diperkenankan rancang bangun masjid layaknya masjid pada umumnya, lengkap dengan kubah dan menara. "Itu karena, Masjid Marbella dibangun atas bantuan Raja Fadh dari Arab Saudi, masjid itu satu paket pembangunnnya dengan Masjid Ibrahim bin Ibrahim di Gibraltar," jelas dia.
Kehidupan komunitas muslim di La Linea juga didukung oleh maraknya bermunculan rumah makan halal. Dua di antara terletak 50-100 meter dari lokasi masjid, atau masih dipusat kota La Linea. Masih menurut Muhammad, rumah makan itu dikelola warga India dan Pakistan. (
)
Tulisan ini dikirim oleh Abdul Aziz
Ia menceritakan, tadinya gedung yang terletak tepat di belakang terminal bus antar kota La Linea itu merupakan kafe, dan toko-toko tetangganya juga saat ini ada yang Kafe, rumah biliar hingga klub malam. "Lokasi ini yang bisa dapat, tapi tidak menghalangi kami beribadah," ujar Muhammad.
Seperti di Cadiz, masjid ini juga tidak mengumandangkan adzan dengan pengeras suara. Tapi pengurus masjid mencetak selebaran waktu salat untuk dibagikan kepada Jamaah. Selain itu Dengan kemajuan teknologi, jamaah bisa mengakses waktu solat melalui gawai pintarnya,” kata dia.
Walau sudah menjadi hal milik, tapi bangunan seluas 300 meter persegi itu tidak bisa dibangun kubah atau menara masjid sebagai ciri khas rumah ibadah. "Membangun kubah belum di ijinkan oleh pemerintah kota," kata dia.
Tapi dia tidak kurang akal, untuk menandakan banguan itu masjid, dia menulis setiap pintu dengan tulisan Arab "Masjid Badar". Selain itu, lukisan corak kubah di pintu masuk juga akan memudahkan pencirian masjid.
Dia menceritakan, di kawasan Andalusia ini hanya Masjid Marbella yang diperkenankan rancang bangun masjid layaknya masjid pada umumnya, lengkap dengan kubah dan menara. "Itu karena, Masjid Marbella dibangun atas bantuan Raja Fadh dari Arab Saudi, masjid itu satu paket pembangunnnya dengan Masjid Ibrahim bin Ibrahim di Gibraltar," jelas dia.
Kehidupan komunitas muslim di La Linea juga didukung oleh maraknya bermunculan rumah makan halal. Dua di antara terletak 50-100 meter dari lokasi masjid, atau masih dipusat kota La Linea. Masih menurut Muhammad, rumah makan itu dikelola warga India dan Pakistan. (
Baca Juga
Tulisan ini dikirim oleh Abdul Aziz
(rhs)