Gus Baha: Sampai Kiamat Israel dan Palestina Tidak Akan Damai
Selasa, 14 November 2023 - 20:43 WIB
Ulama ahli tafsir Al-Qur'an, Gus Baha memberikan pandangannya mengenai konflik Palestina dan Israel. Menurut ulama asal Rembang itu, kedua belah pihak tidak akan berdamai bahkan sampai hari Kiamat.
Peperangan antara Palestina dan Israel tak kunjung berakhir meski sudah beberapa kali dicoba untuk didamaikan. Ulama bernama asli KH Bahauddin Nursalim ini mengungkap alasan mengapa Palestina-Israel sulit didamaikan dalam satu kajiannya di saluran Youtube.
"Pada zaman Nabi Muhammad ﷺ di Kota Madinah yang dulu bernama Yatsrib, ada komunitas Yahudi dari Bani 'Aus dan Khazraj," ungkap Gus Baha mengawali penjelasannya.
Gus Baha lalu menjelaskan bahwa dalam kitab suci setiap agama menceritakan mengenai sosok yang akan datang di masa depan, seperti calon Nabi akhir zaman dari dinasti Ismaily yakni generasi Nabi Ismail yang harus ke Makkah.
Kota ini menjadi tujuan karena di sanalah bangsa Arab dari generasi Ismail mayoritas tinggal. Ayah Ismail yakni Nabi Ibrahim 'alaihissalam dan Sayyidati Hajar pun hidup di Makkah.
"Kalau di Palestina yaitu Yahuda cs yang akhirnya sekarang jadi kelompok Yahudi, itu juga keturunan Nabi Ibrahim, tapi garis keturunan Nabi Ya'qub," sambung Gus Baha.
Garis keturunan dari Nabi Ya'qub ini pun dijelaskan Gus Baha secara rinci. "Mulane nasab Nabi Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim. Yusuf terkenalnya dengan Al-Karim ibnu Karim Ibnu Karim ibnu Karim. Yusuf ini yang saudara seayah dengan Yahuda yang melahirkan Ariel Sharon Cs itu adalah dinasti Yahudi. Hanya Yusuf dan Bunyamin yang jadi Muslim. Hanya Yahuda yang sekarang menjadi bangsa Yahudi," jelas Gus Baha.
Dari sinilah munculnya dualisme dan menimbulkan konflik berkelanjutan hingga sekarang. "Maka dari itu, berdasarkan sejarah Palestina dan Yerusalem, bagi orang Yahudi secara legitimasi agama memang bumi Yahudi, makanya orang-orang Arab kalau disuruh mengusir orang Yahudi dari Palestina itu tidak begitu mau," terang Gus Baha.
Permasalahan yang bermula dari kelompok keturunan ini kemudian berkembang seiring berkembangnya zaman, termasuk dari sisi agama, geografis dan politik.
"Dalam sejarah Islam, Palestina memiliki Nabi Ibrahim melalui anaknya bernama Nabi Ishaq, lalu melahirkan Nabi Ya'qub, lalu melahirkan Yahuda Cs. Akhirnya sampai sekarang menjadi masalah agama, selain juga menjadi masalah politik zaman perpecahan pada 1964-1966. Sebetulnya sejak dulu sudah masalah agama. Keyakinan orang Yahudi, Palestina itu bumi yang dijanjikan Allah milik mereka. Atas nama kitab suci, mereka mati-matian mempertahankan Israel yang sekarang ini," ulas Gus Baha.
Ulama Nahdlatul Ulama ini juga menjelaskan bahwa masyarakat Palestina lebih dikenal dengan kelompok Kana'an yang sudah lebih dahulu menduduki Palestina. "Masalahnya, apakah bangsa Kanaan sudah ada sebelum bangsa Yahudi, atau bangsa Yahudi datang terlebih dahulu sebelum kelompok Kana'an?
Makanya sampai Kiamat, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tidak bisa mendamaikan yang di Palestina dan Israel, karena itu sudah sama-sama keyakinan kitab suci. Orang Yahudi yang hidup di Irlandia, Inggris dan Amerika itu orang kaya-kaya, tapi lebih senang hidup di bumi suci karena itu keyakinan agama, padahal tidak pernah damai," ungkap Gus Baha.
Gus Baha pun mengungkapkan bahwa PBB pernah menawarkan agar Palestina menjadi kota bersama, kota Internasional. Namun tidak ada artinya, jika masing masing tidak memiliki Yerusalem.
Pada dasarnya Palestina dan Israel memang tidak akan pernah bisa berdamai jika disatukan dalam satu tempat. Meskipun sudah sempat dibentuk solusi dua negara, mereka tetap ada di wilayah yang sama.
Keyakinan orang Islam, Nabi Muhammad ﷺ pernah sholat di Baitul Maqdis sebelum Mi'raj di Yerussalem. Keyakinan orang Yahudi, Yerussalem itu punya kakek-kakek mereka.
Peperangan antara Palestina dan Israel tak kunjung berakhir meski sudah beberapa kali dicoba untuk didamaikan. Ulama bernama asli KH Bahauddin Nursalim ini mengungkap alasan mengapa Palestina-Israel sulit didamaikan dalam satu kajiannya di saluran Youtube.
"Pada zaman Nabi Muhammad ﷺ di Kota Madinah yang dulu bernama Yatsrib, ada komunitas Yahudi dari Bani 'Aus dan Khazraj," ungkap Gus Baha mengawali penjelasannya.
Gus Baha lalu menjelaskan bahwa dalam kitab suci setiap agama menceritakan mengenai sosok yang akan datang di masa depan, seperti calon Nabi akhir zaman dari dinasti Ismaily yakni generasi Nabi Ismail yang harus ke Makkah.
Kota ini menjadi tujuan karena di sanalah bangsa Arab dari generasi Ismail mayoritas tinggal. Ayah Ismail yakni Nabi Ibrahim 'alaihissalam dan Sayyidati Hajar pun hidup di Makkah.
"Kalau di Palestina yaitu Yahuda cs yang akhirnya sekarang jadi kelompok Yahudi, itu juga keturunan Nabi Ibrahim, tapi garis keturunan Nabi Ya'qub," sambung Gus Baha.
Garis keturunan dari Nabi Ya'qub ini pun dijelaskan Gus Baha secara rinci. "Mulane nasab Nabi Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim. Yusuf terkenalnya dengan Al-Karim ibnu Karim Ibnu Karim ibnu Karim. Yusuf ini yang saudara seayah dengan Yahuda yang melahirkan Ariel Sharon Cs itu adalah dinasti Yahudi. Hanya Yusuf dan Bunyamin yang jadi Muslim. Hanya Yahuda yang sekarang menjadi bangsa Yahudi," jelas Gus Baha.
Dari sinilah munculnya dualisme dan menimbulkan konflik berkelanjutan hingga sekarang. "Maka dari itu, berdasarkan sejarah Palestina dan Yerusalem, bagi orang Yahudi secara legitimasi agama memang bumi Yahudi, makanya orang-orang Arab kalau disuruh mengusir orang Yahudi dari Palestina itu tidak begitu mau," terang Gus Baha.
Permasalahan yang bermula dari kelompok keturunan ini kemudian berkembang seiring berkembangnya zaman, termasuk dari sisi agama, geografis dan politik.
"Dalam sejarah Islam, Palestina memiliki Nabi Ibrahim melalui anaknya bernama Nabi Ishaq, lalu melahirkan Nabi Ya'qub, lalu melahirkan Yahuda Cs. Akhirnya sampai sekarang menjadi masalah agama, selain juga menjadi masalah politik zaman perpecahan pada 1964-1966. Sebetulnya sejak dulu sudah masalah agama. Keyakinan orang Yahudi, Palestina itu bumi yang dijanjikan Allah milik mereka. Atas nama kitab suci, mereka mati-matian mempertahankan Israel yang sekarang ini," ulas Gus Baha.
Ulama Nahdlatul Ulama ini juga menjelaskan bahwa masyarakat Palestina lebih dikenal dengan kelompok Kana'an yang sudah lebih dahulu menduduki Palestina. "Masalahnya, apakah bangsa Kanaan sudah ada sebelum bangsa Yahudi, atau bangsa Yahudi datang terlebih dahulu sebelum kelompok Kana'an?
Makanya sampai Kiamat, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tidak bisa mendamaikan yang di Palestina dan Israel, karena itu sudah sama-sama keyakinan kitab suci. Orang Yahudi yang hidup di Irlandia, Inggris dan Amerika itu orang kaya-kaya, tapi lebih senang hidup di bumi suci karena itu keyakinan agama, padahal tidak pernah damai," ungkap Gus Baha.
Gus Baha pun mengungkapkan bahwa PBB pernah menawarkan agar Palestina menjadi kota bersama, kota Internasional. Namun tidak ada artinya, jika masing masing tidak memiliki Yerusalem.
Pada dasarnya Palestina dan Israel memang tidak akan pernah bisa berdamai jika disatukan dalam satu tempat. Meskipun sudah sempat dibentuk solusi dua negara, mereka tetap ada di wilayah yang sama.
Keyakinan orang Islam, Nabi Muhammad ﷺ pernah sholat di Baitul Maqdis sebelum Mi'raj di Yerussalem. Keyakinan orang Yahudi, Yerussalem itu punya kakek-kakek mereka.
(rhs)
Lihat Juga :