Kisah Raja Inggris Edward I Mengusir Kaum Yahudi yang Berujung Kekisruhan
Senin, 20 November 2023 - 10:56 WIB
Edward I juga dikenal sebagai Edward Longshanks dan Palu Skotlandia, adalah Raja Inggris dari tahun 1272 hingga 1307. Dia Raja Inggris pertama yang berani mengusir orang-orang Yahudi dari negerinya. Peristiwa itu memancing para tokoh Yahudi di Perancis , Belanda , Jerman , dan Inggris mengadakan kekacauan untuk menggoncang seluruh Inggris.
"Langkah pertama yang orang-orang Yahudi tempuh adalah menciptakan perpecahan antara raja Inggris dan pemerintahnya, dan di sisi lain antara pemerintah dan gereja ," tulis William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993).
Menurutnya, konspirasi Yahudi Internasional mulai menyemprotkan racun dengan konsep-konsep kontroversial di kalangan politik dan gereja di Inggris, sehingga negeri itu terjebak ke dalam pertikaian intern antara pemerintah dan para tokoh gereja.
"Bahkan rakyat Inggris sendiri terbelah menjadi sekte-sekte yang saling bermusuhan, yaitu antara Protestan dan Katolik ," ujar William G. Carr.
Kemudian kelompok Protestan sendiri terbelah menjadi dua kelompok. "Sedang biang kejadian pergolakan yang memporak-porandakan bersembunyi di balik layar," tambah.
Charles I
Kemudian ketika Charles I menduduki singgasana sebagai raja Inggris dari 27 Maret 1625, terjadi perselisihan dengan parlemen, seorang pemilik modal Yahudi berkebangsaan Belanda bernama Minasbech ben Esrael mendapat peluang untuk menghubungi panglima kenamaan Inggris, Oliver Cromwell, menawarkan sejumlah besar uang untuk membiayai sebuah rencana rahasia yang bertujuan menggulingkan tahta kerajaan Inggris.
Cromwell menerima baik tawaran itu. Selanjutnya ia bergabung dengan para anggota pemilik modal Yahudi internasional lainnya, untuk melaksanakan rencana tersebut. Kerjasama mulai dirintis dengan diperkuat oleh tokoh Yahudi bernama Fernandez Carfagal, yang kemudian menjadi kepala penasihat di bidang Angkatan Bersenjata Cromwell, dan mendapat julukan sebagai Yahudi Agung.
Persekongkolan ini membuat Cromwell sebagai tokoh gerakan militer bawah tanah, yang didukung dengan keuangan dan persenjataan secara besar-besaran oleh kekuatan di balik layar.
Ketika rencana itu mulai mengerahkan kekuatan senjata, ratusan tentara bayaran yang terlatih membanjiri masuk ke Inggris dengan menyelundup, dan selanjutnya bergabung dengan gerakan pengacauan yang dikendalikan oleh kelompok Yahudi, mengadakan tindakan teror di berbagai tempat.
Mereka menyebarluaskan kepanikan di kalangan penduduk, untuk memancing terjadinya perang saudara melawan pasukan pemerintah. "Taktik kotor Yahudi seperti itu merupakan mata rantai sejarah sejak dulu hingga kini, seperti yang kita saksikan di wilayah pendudukan Israel di Palestina sekarang," tulis William G. Carr.
Pergolakan yang terjadi di Inggris itu dipimpin dari balik layar oleh tokoh Yahudi berkebangsaan asing bernama De Souz. la adalah duta besar Portugal untuk London ketika itu, di samping tokoh Yahudi lain yaitu Fernandez Carfagal yang mendapat perlindungan kekebalan diplomatik dari sang duta besar itu.
Revolusi Inggris mulai disulut, setelah para pemilik modal melihat saatnya telah tiba, dan segala sesuatunya telah siap. Mereka mulai mengobarkan api pertikaian agama antara Protestan dan Katolik.
Setelah itu, mereka baru memunculkan gerakan bersenjata, sehingga suhu politik dan sosial di Inggris menjadi kacau dan mencemaskan. Keterangan rinci tentang hal ini bisa dibaca dalam buku Biografi Charles II, karya Isaac Disraeli seorang tokoh Yahudi Inggris, ayah Benjamin Disraeli, yang kelak merupakan politikus dan menjadi Perdana Menteri Inggris beberapa kali, dan mendapat gelar Lord Baker Sefield.
Dalam buku yang ditulisnya itu Isaac Disraeli mengatakan, bahwa ia mendapatkan sebagian besar catatan tentang lika-liku revolusi Inggris itu dari Maleh Bour De Salem, seorang tokoh Yahudi yang menjadi duta besar Inggris untuk Perancis pada masa raja Charles I.
Di samping itu, ia juga menulis tentang kesamaan revolusi Inggris dan revolusi yang terjadi di Perancis di kemudian hari. Hakikat kedua revolusi tersebut adalah hasil karya tangan yang sama.
"Langkah pertama yang orang-orang Yahudi tempuh adalah menciptakan perpecahan antara raja Inggris dan pemerintahnya, dan di sisi lain antara pemerintah dan gereja ," tulis William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993).
Menurutnya, konspirasi Yahudi Internasional mulai menyemprotkan racun dengan konsep-konsep kontroversial di kalangan politik dan gereja di Inggris, sehingga negeri itu terjebak ke dalam pertikaian intern antara pemerintah dan para tokoh gereja.
"Bahkan rakyat Inggris sendiri terbelah menjadi sekte-sekte yang saling bermusuhan, yaitu antara Protestan dan Katolik ," ujar William G. Carr.
Kemudian kelompok Protestan sendiri terbelah menjadi dua kelompok. "Sedang biang kejadian pergolakan yang memporak-porandakan bersembunyi di balik layar," tambah.
Baca Juga
Charles I
Kemudian ketika Charles I menduduki singgasana sebagai raja Inggris dari 27 Maret 1625, terjadi perselisihan dengan parlemen, seorang pemilik modal Yahudi berkebangsaan Belanda bernama Minasbech ben Esrael mendapat peluang untuk menghubungi panglima kenamaan Inggris, Oliver Cromwell, menawarkan sejumlah besar uang untuk membiayai sebuah rencana rahasia yang bertujuan menggulingkan tahta kerajaan Inggris.
Cromwell menerima baik tawaran itu. Selanjutnya ia bergabung dengan para anggota pemilik modal Yahudi internasional lainnya, untuk melaksanakan rencana tersebut. Kerjasama mulai dirintis dengan diperkuat oleh tokoh Yahudi bernama Fernandez Carfagal, yang kemudian menjadi kepala penasihat di bidang Angkatan Bersenjata Cromwell, dan mendapat julukan sebagai Yahudi Agung.
Persekongkolan ini membuat Cromwell sebagai tokoh gerakan militer bawah tanah, yang didukung dengan keuangan dan persenjataan secara besar-besaran oleh kekuatan di balik layar.
Ketika rencana itu mulai mengerahkan kekuatan senjata, ratusan tentara bayaran yang terlatih membanjiri masuk ke Inggris dengan menyelundup, dan selanjutnya bergabung dengan gerakan pengacauan yang dikendalikan oleh kelompok Yahudi, mengadakan tindakan teror di berbagai tempat.
Mereka menyebarluaskan kepanikan di kalangan penduduk, untuk memancing terjadinya perang saudara melawan pasukan pemerintah. "Taktik kotor Yahudi seperti itu merupakan mata rantai sejarah sejak dulu hingga kini, seperti yang kita saksikan di wilayah pendudukan Israel di Palestina sekarang," tulis William G. Carr.
Pergolakan yang terjadi di Inggris itu dipimpin dari balik layar oleh tokoh Yahudi berkebangsaan asing bernama De Souz. la adalah duta besar Portugal untuk London ketika itu, di samping tokoh Yahudi lain yaitu Fernandez Carfagal yang mendapat perlindungan kekebalan diplomatik dari sang duta besar itu.
Revolusi Inggris mulai disulut, setelah para pemilik modal melihat saatnya telah tiba, dan segala sesuatunya telah siap. Mereka mulai mengobarkan api pertikaian agama antara Protestan dan Katolik.
Setelah itu, mereka baru memunculkan gerakan bersenjata, sehingga suhu politik dan sosial di Inggris menjadi kacau dan mencemaskan. Keterangan rinci tentang hal ini bisa dibaca dalam buku Biografi Charles II, karya Isaac Disraeli seorang tokoh Yahudi Inggris, ayah Benjamin Disraeli, yang kelak merupakan politikus dan menjadi Perdana Menteri Inggris beberapa kali, dan mendapat gelar Lord Baker Sefield.
Dalam buku yang ditulisnya itu Isaac Disraeli mengatakan, bahwa ia mendapatkan sebagian besar catatan tentang lika-liku revolusi Inggris itu dari Maleh Bour De Salem, seorang tokoh Yahudi yang menjadi duta besar Inggris untuk Perancis pada masa raja Charles I.
Di samping itu, ia juga menulis tentang kesamaan revolusi Inggris dan revolusi yang terjadi di Perancis di kemudian hari. Hakikat kedua revolusi tersebut adalah hasil karya tangan yang sama.
Baca Juga
(mhy)