Perlukah Seorang Wanita Berdakwah?
Kamis, 23 November 2023 - 10:34 WIB
Dakwah dan syiar Islam sudah sangat berkembang saat ini, bahkan hampir seluruh lapisan masyarakat dapat dengan mudah menjangkau dan mengikuti dakwah tersebut. Lantas, bagaimana wanita? Perlukah seorang muslimah berkiprah dalam dakwah tersebut?
Kehadiran pendakwah wanita tidak bisa dinafikkan untuk kebaikan umat dan generasi penerus bangsa. Apalagi, Islam telah menempatkan wanita pada kedudukan yang sangat dimuliakan, sehingga wanita menjadi salah satu makhluk yang istimewa.
Berkaitan dengan peran dakwah ini, Allah Ta'ala menegaskannya dalam firman:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS At-Taubah : 71)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara wanita dan laki-laki dalam kewajiban berdakwah. Keduanya sama-sama memiliki peran untuk mengajak pada kebaikan dan mencegah pada hal-hal yang mungkar. Jadi perempuan muslimah juga memiliki tanggung jawab atas gerakan dakwah Islam .
Namun, peran wanita dalam berdakwah di masyarakat tidak seharusnya menjauhkan dirinya dari fitrah penciptaanya sebagai seorang perempuan yang memiliki tugas utama di rumah (keluarga). Banyak perempuan muslimah yang membutuhkan bimbingan dan pendidikan akan tugas dan fungsinya sebagai hamba Allah, sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Karena itu, lingkup dakwah bagi wanita ini dibagi menjadi tiga bagian :
Sebagai seorang muslimah sudah menjadi kewajiban perempuan untuk menyadari pentingnya mempelajari ilmu pengetahuan sebagai bekal masa depan, yang kelak akan menjadi istri dan ibu bagi anak-anaknya. Dengan berbekal hal tersebut secara tidak langsung akan memacu adrenalin perempuan untuk terus giat belajar, mengajar dan berdakwah sesuai dengan tabi’atnya.
Hal itu sebenarnya merupakan esensi kerja dakwah. Mendidik anak bukanlah masalah yang sepele, tetapi merupakan hal yang sangat berguna bagi dakwah Islam di masa depan, yaitu mempersiapkan generasi Islam yang lebih baik.Sebagaimana yang disampaikan oleh shahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu, ia berkata, “Ajarilah anak-anakmu, karena sesungguhnya mereka tercipta untuk suatu zaman yang berbeda dengan zamanmu.”
Ibnu Jarir pernah berkata; “Wajib bagi kita mengajarkan anak-anak kita tentang agama dan kebaikan, beserta perkara adab yang dibutuhkannya”. (Fathul Qadir)
Hadis di atas menunjukan bahwa seorang perempuan sebagai seorang ibu memikul tanggung jawab besar dalam mendidik anak-anak yang merupakan amanah Allah sekaligus ujian kepada pasangan suami istri. Dalam hal ini, seorang ibu memainkan peranan yang signifikan dalam menanamkan ruh iman dan menunjukan jalan kebenaran yang hakiki untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Di era yang serba mengandalkan teknologi ini, banyak kegiatan dakwah yang dapat dilakukan oleh para perempuan tanpa menghilangkan fitrahnya. Misalnya saja berdakwah dengan melalui tulisan. Menulis adalah salah satu cara dakwah paling tepat dan penting bagi perempuan. Kita dapat melakukannya kapan saja dan dimana saja termasuk menulis di rumah.
Dengan demikian, kaum wanita mampu memanfaatkan waktu luang mereka secara positif, dan tentunya dengan cara ini mereka dapat menjangkau semua kalangan masyarakat. Selain dengan cara menulis, peran dakwah perempuan pun dibutuhkan dengan cara lisan.
Terbukti, dengan tumbuh suburnya majelis taklim di kalangan masyarakat luas, menuntut peran perempuan yang memiliki ilmu agama dan kemampuan dalam komunikasi untuk berdakwah. Terpenting, esensi dari dakwah adalah menyampaikan kebaikan dengan amar makruf nahi mungkar.
Wallahu A'lam
Kehadiran pendakwah wanita tidak bisa dinafikkan untuk kebaikan umat dan generasi penerus bangsa. Apalagi, Islam telah menempatkan wanita pada kedudukan yang sangat dimuliakan, sehingga wanita menjadi salah satu makhluk yang istimewa.
Berkaitan dengan peran dakwah ini, Allah Ta'ala menegaskannya dalam firman:
وَٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS At-Taubah : 71)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara wanita dan laki-laki dalam kewajiban berdakwah. Keduanya sama-sama memiliki peran untuk mengajak pada kebaikan dan mencegah pada hal-hal yang mungkar. Jadi perempuan muslimah juga memiliki tanggung jawab atas gerakan dakwah Islam .
Namun, peran wanita dalam berdakwah di masyarakat tidak seharusnya menjauhkan dirinya dari fitrah penciptaanya sebagai seorang perempuan yang memiliki tugas utama di rumah (keluarga). Banyak perempuan muslimah yang membutuhkan bimbingan dan pendidikan akan tugas dan fungsinya sebagai hamba Allah, sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Karena itu, lingkup dakwah bagi wanita ini dibagi menjadi tiga bagian :
1. Dakwah ada dalam diri mereka sendiri
Dimulai dengan cara memperbaiki dan meluruskan diri untuk menjadi pribadi yang saleha. Dimana keutamaan dan kemuliaan seorang perempuan dilihat dari segi ketaatannya kepada Allah Ta'ala, kesabaran dalam menjaga dan memelihara kehormatan dan keimanan.Sebagai seorang muslimah sudah menjadi kewajiban perempuan untuk menyadari pentingnya mempelajari ilmu pengetahuan sebagai bekal masa depan, yang kelak akan menjadi istri dan ibu bagi anak-anaknya. Dengan berbekal hal tersebut secara tidak langsung akan memacu adrenalin perempuan untuk terus giat belajar, mengajar dan berdakwah sesuai dengan tabi’atnya.
2. Lingkup dakwah dalam keluarga
Perempuan merupakan ibu peradaban yang akan mencetak generasi bangsa, guru para pejuang, dan penghantar umat ke tempat kembali yang mulia dengan cara mendidik anak-anak membaca Al-Qur’an, menanamkan akidah dan ahlak mulia, mengurus rumah tangga dan hal bermanfaat lainnya.Hal itu sebenarnya merupakan esensi kerja dakwah. Mendidik anak bukanlah masalah yang sepele, tetapi merupakan hal yang sangat berguna bagi dakwah Islam di masa depan, yaitu mempersiapkan generasi Islam yang lebih baik.Sebagaimana yang disampaikan oleh shahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu, ia berkata, “Ajarilah anak-anakmu, karena sesungguhnya mereka tercipta untuk suatu zaman yang berbeda dengan zamanmu.”
Ibnu Jarir pernah berkata; “Wajib bagi kita mengajarkan anak-anak kita tentang agama dan kebaikan, beserta perkara adab yang dibutuhkannya”. (Fathul Qadir)
Hadis di atas menunjukan bahwa seorang perempuan sebagai seorang ibu memikul tanggung jawab besar dalam mendidik anak-anak yang merupakan amanah Allah sekaligus ujian kepada pasangan suami istri. Dalam hal ini, seorang ibu memainkan peranan yang signifikan dalam menanamkan ruh iman dan menunjukan jalan kebenaran yang hakiki untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Lingkup dakwah dalam lingkup masyarakat
Di samping peranannya dalam keluarga, perempuan juga memiliki peranan yang cukup penting dalam dunia masyarakat dan negara. Jika ia seorang yang ahli dalam ilmu agama, maka wajib baginya untuk mendakwahkan apa yang ia ketahui kepada kaum perempuan lainnya. Begitu pula jika ia seorang ahli dalam bidang tertentu, maka ia mempunyai andil dalam urusan tersebut. Namun tentu dengan batasan-batasan yang telah disyariatkan.Di era yang serba mengandalkan teknologi ini, banyak kegiatan dakwah yang dapat dilakukan oleh para perempuan tanpa menghilangkan fitrahnya. Misalnya saja berdakwah dengan melalui tulisan. Menulis adalah salah satu cara dakwah paling tepat dan penting bagi perempuan. Kita dapat melakukannya kapan saja dan dimana saja termasuk menulis di rumah.
Dengan demikian, kaum wanita mampu memanfaatkan waktu luang mereka secara positif, dan tentunya dengan cara ini mereka dapat menjangkau semua kalangan masyarakat. Selain dengan cara menulis, peran dakwah perempuan pun dibutuhkan dengan cara lisan.
Terbukti, dengan tumbuh suburnya majelis taklim di kalangan masyarakat luas, menuntut peran perempuan yang memiliki ilmu agama dan kemampuan dalam komunikasi untuk berdakwah. Terpenting, esensi dari dakwah adalah menyampaikan kebaikan dengan amar makruf nahi mungkar.
Wallahu A'lam
(wid)