Kisah Muslim Bahrain Murtad setelah Rasulullah SAW Wafat
Rabu, 27 Desember 2023 - 12:39 WIB
Bahrain merupakan sekeping tanah sempit menyusuri pantai Hajar di Teluk Persia yang memanjang dari Qatif ke Oman . Di sana sini padang pasir hampir bersambung dengan laut Teluk, sedang di bagian hulu bersambung dengan Yamamah , yang hanya dipisahkan oleh bukit barisan yang mudah dilewati bila menurun.
"Banu Bakar dan Banu Abdul Qais dari kabilah Rabi'ah tinggal di Bahrain ini dan di Hajar," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Bersama mereka tinggal pula sekelompok pedagang dari India dan Persia dan mereka menempati bandar-bandar di muara Sungai Furat ke Aden. Mereka sudah bersanak semenda dengan penduduk setempat dan sudah beranak pinak.
Raja kawasan itu, al-Munzir bin Sawa alAbdi, seorang Nasrani , sudah memeluk Islam ketika diajak oleh Ala' bin al-Hadrami yang pada tahun ke-9 Hijri diutus oleh Nabi ke Bahrain.
Sesudah masuk Islam pun al-Munzir ini tetap sebagai raja atas kaumnya itu. Dia mengajak orang menganut Islam seperti yang dilakukan oleh Jarud bin Mu'alla al-Abdi.
Jarud ini pernah datang kepada Nabi di Madinah, ia masuk Islam dan mendalami ajaran agama. Kemudian ia kembali ke kabilahnya, mengajak mereka masuk ke dalam agama yang benar ini sambil mengajarkan seluk beluk agama kepada mereka.
Al-Hutam bin Dabi'ah
Al-Munzir bin Sawa wafat dalam bulan yang sama ketika Nabi wafat. Penduduk Bahrain pun berbalik jadi murtad semua, tak berbeda dengan daerah-daerah lain di Semenanjung itu, yang juga murtad.
Pergolakan karena pemurtadan ini menyebabkan Ala' bin al-Hadrami lari dari Bahrain, begitu juga utusan-utusan Nabi yang lain lari dari daerah-daerah yang murtad itu. Tetapi Jarud al-Abdi tetap bertahan dalam keislamannya, bahkan ketika ia menanyakan kepada kabilahnya apa sebab mereka murtad, mereka menjawab: "Kalau Muhammad seorang nabi ia tak akan mati."
Jarud berkata, "Kamu tahu bahwa dulu nabi-nabi itu banyak, apa yang terjadi? Mati." "Bahwa Muhammad sallallahu 'alaihi wa sallam juga wafat seperti para nabi sebelumnya itu," sambung Jarud pula.
"Aku bersaksi, tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya." Mereka semua pun mengucapkan kalimat syahadat itu dan mereka kembali dan bertahan dengan Islam.
Hanya saja, kembalinya Banu Abdul Qais tidak merintangi penduduk Bahrain dari pemurtadannya. Dengan dipimpin oleh al-Hutam bin Dabi'ah, saudara Banu Qais bin Sa'labah bahkan mereka yang tetap kukuh itu berkumpul dan mengembalikan kerajaan kepada keluarga al-Munzir. Sebagai rajanya mereka menobatkan al-Munzir bin Nu'man al-Munzir al-Garur (yang menyesatkan).
Mereka berusaha agar Jarud dan pengikut-pengikutnya meninggalkan Islam. Tetapi segala usaha mereka tak berhasil. Melihat keadaan demikian, Hutam pergi ke Qatif dan ke Hajar. Ia berusaha membujuk warga keturunan Persia kedua tempat itu, dan merangkul mereka yang belum masuk Islam.
Mereka mengepung Jarud dan sahabat-sahabatnya yang lain di kawasan Juwasa, dengan mendapat bantuan dari Persia dan istananya. Mereka mengepung demikian rupa sehingga Jarud dan pengikutnya hampir mati kelaparan. Sungguhpun begitu tak seorang pun dari mereka yang keluar dari Islam. Buat mereka, apa artinya hidup demi membela agama yang benar ini.
"Banu Bakar dan Banu Abdul Qais dari kabilah Rabi'ah tinggal di Bahrain ini dan di Hajar," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Bersama mereka tinggal pula sekelompok pedagang dari India dan Persia dan mereka menempati bandar-bandar di muara Sungai Furat ke Aden. Mereka sudah bersanak semenda dengan penduduk setempat dan sudah beranak pinak.
Raja kawasan itu, al-Munzir bin Sawa alAbdi, seorang Nasrani , sudah memeluk Islam ketika diajak oleh Ala' bin al-Hadrami yang pada tahun ke-9 Hijri diutus oleh Nabi ke Bahrain.
Sesudah masuk Islam pun al-Munzir ini tetap sebagai raja atas kaumnya itu. Dia mengajak orang menganut Islam seperti yang dilakukan oleh Jarud bin Mu'alla al-Abdi.
Jarud ini pernah datang kepada Nabi di Madinah, ia masuk Islam dan mendalami ajaran agama. Kemudian ia kembali ke kabilahnya, mengajak mereka masuk ke dalam agama yang benar ini sambil mengajarkan seluk beluk agama kepada mereka.
Al-Hutam bin Dabi'ah
Al-Munzir bin Sawa wafat dalam bulan yang sama ketika Nabi wafat. Penduduk Bahrain pun berbalik jadi murtad semua, tak berbeda dengan daerah-daerah lain di Semenanjung itu, yang juga murtad.
Pergolakan karena pemurtadan ini menyebabkan Ala' bin al-Hadrami lari dari Bahrain, begitu juga utusan-utusan Nabi yang lain lari dari daerah-daerah yang murtad itu. Tetapi Jarud al-Abdi tetap bertahan dalam keislamannya, bahkan ketika ia menanyakan kepada kabilahnya apa sebab mereka murtad, mereka menjawab: "Kalau Muhammad seorang nabi ia tak akan mati."
Jarud berkata, "Kamu tahu bahwa dulu nabi-nabi itu banyak, apa yang terjadi? Mati." "Bahwa Muhammad sallallahu 'alaihi wa sallam juga wafat seperti para nabi sebelumnya itu," sambung Jarud pula.
"Aku bersaksi, tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya." Mereka semua pun mengucapkan kalimat syahadat itu dan mereka kembali dan bertahan dengan Islam.
Hanya saja, kembalinya Banu Abdul Qais tidak merintangi penduduk Bahrain dari pemurtadannya. Dengan dipimpin oleh al-Hutam bin Dabi'ah, saudara Banu Qais bin Sa'labah bahkan mereka yang tetap kukuh itu berkumpul dan mengembalikan kerajaan kepada keluarga al-Munzir. Sebagai rajanya mereka menobatkan al-Munzir bin Nu'man al-Munzir al-Garur (yang menyesatkan).
Mereka berusaha agar Jarud dan pengikut-pengikutnya meninggalkan Islam. Tetapi segala usaha mereka tak berhasil. Melihat keadaan demikian, Hutam pergi ke Qatif dan ke Hajar. Ia berusaha membujuk warga keturunan Persia kedua tempat itu, dan merangkul mereka yang belum masuk Islam.
Mereka mengepung Jarud dan sahabat-sahabatnya yang lain di kawasan Juwasa, dengan mendapat bantuan dari Persia dan istananya. Mereka mengepung demikian rupa sehingga Jarud dan pengikutnya hampir mati kelaparan. Sungguhpun begitu tak seorang pun dari mereka yang keluar dari Islam. Buat mereka, apa artinya hidup demi membela agama yang benar ini.
(mhy)