Hanya Mereka yang Tobat yang Bisa Berharap Keberuntungan
Sabtu, 22 Agustus 2020 - 05:00 WIB
ALLAH SWT memerintahkan kepada seluruh kaum mukminin untuk bertobat kepada Allah SWT, dan tidak mengecualikan seorangpun dari mereka. Meskipun orang itu telah demikian taat menjalankan syari'ah , dan telah menanjak dalam barisan kaum muttaqin , namun tetap ia memerlukan tobat. (
)
Di antara kaum mukminin ada yang bertobat dari dosa-dosa besar , jika ia telah melakukan dosa besar itu. Karena ia memang bukan orang yang ma'shum (terjaga dari dosa). Di antara mereka ada yang bertobat dari dosa-dosa kecil, dan sedikit sekali orang yang selamat dari dosa-dosa macam ini.
Dari mereka ada yang bertobat dari melakukan yang syubhat . Dan orang yang menjauhi syubhat maka ia telah menyelamatkan agama dan nama baiknya. Dan di antara mereka ada yang bertobat dari tindakan-tindakan yang dimakruhkan. Dan di antara mereka malah ada orang yang melakukan tobat dari kelalaian yang terjadi dalam hati mereka. ( )
Dan dari mereka ada yang bertaubat karena mereka berdiam diri pada maqam yang rendah dan tidak berusaha untuk mencapai maqam yang lebih tinggi lagi.
DI antara ayat Al Quran yang berbicara tentang tobat atau taubat adalah firman Allah:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung" (QS. An-Nur: 31).
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam at Taubat Ila Allah menjelaskan tobat orang awam tidak sama dengan taubat kalangan khawas, juga tidak sama dengan taubat kalangan khawas yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu ada yang mengatakan: "Kebaikan kalangan abrar adalah kesalahan orang-orang kalangan muqarrabin!" Namun, dalam ayat itu, semua mereka diperintahkan untuk melakukan tobat, agar mereka selamat.
Pengarang kitab Al Qamus memberikan komentar atas ayat ini dalam kitabnya (Al Bashair): Ayat ini terdapat dalam kelompok surah Madaniyyahh. Allah tujukan kepada kaum yang beriman dan kepada makhluk-makhluk-Nya yang baik, agar mereka bertaubat kepada-Nya, setelah mereka beriman, sabar, hijrah dan berjihad."
Kemudian mengaitkan keberuntungan dengan taubat "agar kalian beruntung". Yaitu mengaitkan antara sebab dengan yang disebabkan. Dan menggunakan dengan 'adat' "la'alla" untuk memberikan pengertian pengharapan. Yaitu jika kalian bertobat maka kalian diharapkan akan mendapatkan keberuntungan, dan hanya orang yang bertobat yang berhak mengharapkan keberuntungan itu. ( )
Sebagian ulama suluk berkata: Taubat adalah wajib bagi seluruh manusia, hingga bagi para nabi dan wali-wali sekalipun. Dan janganlah engkau duga bahwa taubat hanya khusus untuk Adam AS saja.
Allah SWT befirman:
وَعَصَىٰ آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىٰ
ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَىٰ
"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia, kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dam memberinya petunjuk" (QS. Thahaa: 121-122).
Namun ia adalah hukum yang azali dan tertulis bagi umat manusia sehingga tidak mungkin dapat diterima sebaliknya. Selama sunnah-sunnah (ketentuan) Ilahi belum tergantikan. Maka kembali --yaitu dengan bertobat-- kepada Allah SWT bagi setiap manusia adalah amat urgen, baik ia seorang Nabi atau orang yang berperangai seperti babi, juga bagi wali atau si pencuri.
Abu Tamam berkata: "Jangan engkau sangka hanya Hindun yang berhianat, itu adalah dorongan pribadi dan setiap orang dapat berlaku seperti Hindun!
Perkataan itu didukung oleh hadis : "Seluruh kalian adalah pembuat salah dan dosa, dan orang yang berdosa yang paling baik adalah mereka yang sering bertaubat".
Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dari Anas. Juga taubat itu adalah wajib bagi seluruh manusia. Ia wajib dalam seluruh kondisi dan secara terus menerus.
Baca Juga
Di antara kaum mukminin ada yang bertobat dari dosa-dosa besar , jika ia telah melakukan dosa besar itu. Karena ia memang bukan orang yang ma'shum (terjaga dari dosa). Di antara mereka ada yang bertobat dari dosa-dosa kecil, dan sedikit sekali orang yang selamat dari dosa-dosa macam ini.
Dari mereka ada yang bertobat dari melakukan yang syubhat . Dan orang yang menjauhi syubhat maka ia telah menyelamatkan agama dan nama baiknya. Dan di antara mereka ada yang bertobat dari tindakan-tindakan yang dimakruhkan. Dan di antara mereka malah ada orang yang melakukan tobat dari kelalaian yang terjadi dalam hati mereka. ( )
Dan dari mereka ada yang bertaubat karena mereka berdiam diri pada maqam yang rendah dan tidak berusaha untuk mencapai maqam yang lebih tinggi lagi.
DI antara ayat Al Quran yang berbicara tentang tobat atau taubat adalah firman Allah:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung" (QS. An-Nur: 31).
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam at Taubat Ila Allah menjelaskan tobat orang awam tidak sama dengan taubat kalangan khawas, juga tidak sama dengan taubat kalangan khawas yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu ada yang mengatakan: "Kebaikan kalangan abrar adalah kesalahan orang-orang kalangan muqarrabin!" Namun, dalam ayat itu, semua mereka diperintahkan untuk melakukan tobat, agar mereka selamat.
Pengarang kitab Al Qamus memberikan komentar atas ayat ini dalam kitabnya (Al Bashair): Ayat ini terdapat dalam kelompok surah Madaniyyahh. Allah tujukan kepada kaum yang beriman dan kepada makhluk-makhluk-Nya yang baik, agar mereka bertaubat kepada-Nya, setelah mereka beriman, sabar, hijrah dan berjihad."
Kemudian mengaitkan keberuntungan dengan taubat "agar kalian beruntung". Yaitu mengaitkan antara sebab dengan yang disebabkan. Dan menggunakan dengan 'adat' "la'alla" untuk memberikan pengertian pengharapan. Yaitu jika kalian bertobat maka kalian diharapkan akan mendapatkan keberuntungan, dan hanya orang yang bertobat yang berhak mengharapkan keberuntungan itu. ( )
Sebagian ulama suluk berkata: Taubat adalah wajib bagi seluruh manusia, hingga bagi para nabi dan wali-wali sekalipun. Dan janganlah engkau duga bahwa taubat hanya khusus untuk Adam AS saja.
Allah SWT befirman:
وَعَصَىٰ آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىٰ
ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَىٰ
"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia, kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dam memberinya petunjuk" (QS. Thahaa: 121-122).
Namun ia adalah hukum yang azali dan tertulis bagi umat manusia sehingga tidak mungkin dapat diterima sebaliknya. Selama sunnah-sunnah (ketentuan) Ilahi belum tergantikan. Maka kembali --yaitu dengan bertobat-- kepada Allah SWT bagi setiap manusia adalah amat urgen, baik ia seorang Nabi atau orang yang berperangai seperti babi, juga bagi wali atau si pencuri.
Abu Tamam berkata: "Jangan engkau sangka hanya Hindun yang berhianat, itu adalah dorongan pribadi dan setiap orang dapat berlaku seperti Hindun!
Perkataan itu didukung oleh hadis : "Seluruh kalian adalah pembuat salah dan dosa, dan orang yang berdosa yang paling baik adalah mereka yang sering bertaubat".
Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dari Anas. Juga taubat itu adalah wajib bagi seluruh manusia. Ia wajib dalam seluruh kondisi dan secara terus menerus.