Bahayanya Mabuk Cinta dan Perintah Bertaubat
loading...
A
A
A
Sesuatu yang memabukkan itu pasti tidak baik. Begitu juga dengan mabuk karena cinta. Dalam pandangan Islam, cinta kepada orang lain yang didominasi karena syahwat disebut al ‘isyq. Jika hawa nafsu menuruti cinta ini akan terjerat dalam mabuk cinta. Ini adalah penyakit.
Sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus hati yang mengatasnamakan cinta ini ternyata telah menelan banyak korban. Sering kita dengar seorang remaja yang nekat bunuh diri karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Bahtera rumah tangga bisa hancur jika ada cinta terlarang di dalamnya.
Karena itu, mabuk cinta (al 'isyq) digambarkan sebagai suatu jalan yang berbahaya, licin, tidak akan ada yang bisa menyelamatkan diri dari bahayanya kecuali Allah. Sudah banyak korban yang berjatuhan dengan dampak negatif yang tak terhitung. Sampai-sampai orang yang sedang dimabuk cinta digambarkan sebagai orang yang paling celaka, paling hina, paling sibuk dan paling jauh dari Rabb mereka di antara seluruh manusia. (Baca juga : Hati-hati, Inilah Cara Iblis Celakakan Manusia )
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
“Orang-orang yang sedang dimabuk cinta termasuk orang yang paling keras azabnya dan paling sedikit pahalanya. Apabila orang yang dimabuk asmara itu masih tertambat hatinya pada orang yang dicintai, masih tunduk kepadanya, amaka akan terkumpul pada dirinya berbagai kerusakan yang tidak bisa terhitung jumlahnya oleh sipapun kecuali oleh Allah Ta'ala, walaupun ia selamat dari perangkap dosa besar. Terus-menerusnya hati pada keadaan seperti itu, lebih berbahaya daripada seseorang yang melakukan sebuah dosa kemudian bertaubat, maka dengannya pengaruh dosa tersebut hilang dari hatinya,".
Mereka diibaratkan dengan orang yang sedang mabuk dan orang yang hilang akalnya, sebagaimana dikatakan oleh beberapa penyair berikut ini:
Dalam sya'irnya, Abu Husnainah menjelaskan bahaya mabuk cinta dan memberikan kabar gembira terhadap mereka yang tidak terperangkap di dalamnya, ia berkata:
"Mabuk cinta dapat menyeret diri ke dalam kehinaan,
tentu aku iri dengan mereka yang tidak dimabuk cinta".
Abdul Muhsin ash-Shuri berkata:
Cinta hanyalah jalan berbahaya
jauh dari keselamatan dan tempat yang licin
Mereka juga mengatakan, "Karena perasaan cinta, seorang raja bisa menjadi menjadi hamba sahaya, seorang sultan bisa menjadi budak",
Kemudian penyair, Al Kharaiti berkata, “Abu Ja’far Al Abdi pernah membacakan (beberapa bait syair) padaku:
“Seandainya Allah menyelamatkanku dari rasa cinta,
Niscaya aku tidak akan kembali kepadanya,
Dan aku tidak akan menggubris perkataan yang mencelaku,
Siapakah lagi yang akan menyelamatkanku dari rasa cinta setelah aku terkena jerat-jeratnya…”
Ketika menjelaskan bahaya yang diakibatkan mabuk cinta, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata ;" Mencintai idola-idola yang diharamkan dan merindukannya merupakan salah satu penyebab kesyirikan. Setiap kali seorang hamba lebih dekat kepadakesyirikan dan jauh dari keikhlasan, maka setiap kali itu juga kegilaannya terhadap idola-idola itu bertambah. Demikian juga sebaliknya, setiap kali ia memperbanyak keikhlasan dan memperkuat ketauhidan, maka dia akan semakin jauh dengan kegilaan terhadap orang yang diidolakan.
Bahaya mabuk cinta begitu besar, begitu pula dengan dosa yang melakukannya. Mereka yang telah telah terjerumus ke dalam perangkap maksiat ini, baik pelakunya, orang yang dicintai, maupun orang yang membantu, wajib hukumnya untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Cara Bertaubat dari Mabuk Cinta
Dinukil dari kitab "At-Taubah Wadziifatul 'Umur" yang ditulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd menjelaskan,
apabila pelaku kemaksiatan ini ingin bertaubat, ia dapat melakukannya dengan cara meninggalkan perbuatan itu, berkeinginan kuat dan berusaha keras untuk menjalaninya, serta hendaklah ia tidak menceritakan masalahnya kepada orang yang dicintainya.
Janganlah ia mengingat, menyanjung, menemui, ataupun membantunya. Ia harus memutuskan setiap perkara yang dapat mengingatkan kepada kekasihnya. Hendaklah ia melakukan perkara-perkara yang sabar terhadap cobaan yang dialaminya, terutama pada awal-awal bertaubat.
Apabila orang yang dijadikan sebagai kekasihnya itu ikut membantu atau menjadi penyebab terjadinya kemaksiatan tersebut, hendaklah ia bertaubat kepada Allah. Bila ia seorang wanita, harus bertaubat kepada Allah dari perbuatan merayu dan berhias untuk yang dicintainya, bertaubat dari bercinta dengannya, bertaubat untuk bertemu dengannya atau berbicara dan mengobrol bersamanya, serta bertaubat untuk tidak mengirim surat kepadanya.
Sedang bagi orang-orang yang membantu terjalinnya hubungan cinta itu, hendaklah mereka pun bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan meninggalkan apa yang pernah dilakukan. Hendaklah setiap diri menyadari bahwa apa yang dilakukannya itu termasuk dalam kategori tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. Karena dengan melakukan itu, berarti ia telah menyulut api kerinduan dan mengobarkan baranya.
Sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus hati yang mengatasnamakan cinta ini ternyata telah menelan banyak korban. Sering kita dengar seorang remaja yang nekat bunuh diri karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Bahtera rumah tangga bisa hancur jika ada cinta terlarang di dalamnya.
Karena itu, mabuk cinta (al 'isyq) digambarkan sebagai suatu jalan yang berbahaya, licin, tidak akan ada yang bisa menyelamatkan diri dari bahayanya kecuali Allah. Sudah banyak korban yang berjatuhan dengan dampak negatif yang tak terhitung. Sampai-sampai orang yang sedang dimabuk cinta digambarkan sebagai orang yang paling celaka, paling hina, paling sibuk dan paling jauh dari Rabb mereka di antara seluruh manusia. (Baca juga : Hati-hati, Inilah Cara Iblis Celakakan Manusia )
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
“Orang-orang yang sedang dimabuk cinta termasuk orang yang paling keras azabnya dan paling sedikit pahalanya. Apabila orang yang dimabuk asmara itu masih tertambat hatinya pada orang yang dicintai, masih tunduk kepadanya, amaka akan terkumpul pada dirinya berbagai kerusakan yang tidak bisa terhitung jumlahnya oleh sipapun kecuali oleh Allah Ta'ala, walaupun ia selamat dari perangkap dosa besar. Terus-menerusnya hati pada keadaan seperti itu, lebih berbahaya daripada seseorang yang melakukan sebuah dosa kemudian bertaubat, maka dengannya pengaruh dosa tersebut hilang dari hatinya,".
Mereka diibaratkan dengan orang yang sedang mabuk dan orang yang hilang akalnya, sebagaimana dikatakan oleh beberapa penyair berikut ini:
Dalam sya'irnya, Abu Husnainah menjelaskan bahaya mabuk cinta dan memberikan kabar gembira terhadap mereka yang tidak terperangkap di dalamnya, ia berkata:
"Mabuk cinta dapat menyeret diri ke dalam kehinaan,
tentu aku iri dengan mereka yang tidak dimabuk cinta".
Abdul Muhsin ash-Shuri berkata:
Cinta hanyalah jalan berbahaya
jauh dari keselamatan dan tempat yang licin
Mereka juga mengatakan, "Karena perasaan cinta, seorang raja bisa menjadi menjadi hamba sahaya, seorang sultan bisa menjadi budak",
Kemudian penyair, Al Kharaiti berkata, “Abu Ja’far Al Abdi pernah membacakan (beberapa bait syair) padaku:
“Seandainya Allah menyelamatkanku dari rasa cinta,
Niscaya aku tidak akan kembali kepadanya,
Dan aku tidak akan menggubris perkataan yang mencelaku,
Siapakah lagi yang akan menyelamatkanku dari rasa cinta setelah aku terkena jerat-jeratnya…”
Ketika menjelaskan bahaya yang diakibatkan mabuk cinta, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata ;" Mencintai idola-idola yang diharamkan dan merindukannya merupakan salah satu penyebab kesyirikan. Setiap kali seorang hamba lebih dekat kepadakesyirikan dan jauh dari keikhlasan, maka setiap kali itu juga kegilaannya terhadap idola-idola itu bertambah. Demikian juga sebaliknya, setiap kali ia memperbanyak keikhlasan dan memperkuat ketauhidan, maka dia akan semakin jauh dengan kegilaan terhadap orang yang diidolakan.
Bahaya mabuk cinta begitu besar, begitu pula dengan dosa yang melakukannya. Mereka yang telah telah terjerumus ke dalam perangkap maksiat ini, baik pelakunya, orang yang dicintai, maupun orang yang membantu, wajib hukumnya untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Cara Bertaubat dari Mabuk Cinta
Dinukil dari kitab "At-Taubah Wadziifatul 'Umur" yang ditulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd menjelaskan,
apabila pelaku kemaksiatan ini ingin bertaubat, ia dapat melakukannya dengan cara meninggalkan perbuatan itu, berkeinginan kuat dan berusaha keras untuk menjalaninya, serta hendaklah ia tidak menceritakan masalahnya kepada orang yang dicintainya.
Janganlah ia mengingat, menyanjung, menemui, ataupun membantunya. Ia harus memutuskan setiap perkara yang dapat mengingatkan kepada kekasihnya. Hendaklah ia melakukan perkara-perkara yang sabar terhadap cobaan yang dialaminya, terutama pada awal-awal bertaubat.
Apabila orang yang dijadikan sebagai kekasihnya itu ikut membantu atau menjadi penyebab terjadinya kemaksiatan tersebut, hendaklah ia bertaubat kepada Allah. Bila ia seorang wanita, harus bertaubat kepada Allah dari perbuatan merayu dan berhias untuk yang dicintainya, bertaubat dari bercinta dengannya, bertaubat untuk bertemu dengannya atau berbicara dan mengobrol bersamanya, serta bertaubat untuk tidak mengirim surat kepadanya.
Sedang bagi orang-orang yang membantu terjalinnya hubungan cinta itu, hendaklah mereka pun bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan meninggalkan apa yang pernah dilakukan. Hendaklah setiap diri menyadari bahwa apa yang dilakukannya itu termasuk dalam kategori tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. Karena dengan melakukan itu, berarti ia telah menyulut api kerinduan dan mengobarkan baranya.