4 Persiapan dan Bekal Diri Menjelang Ramadan
Sabtu, 03 Februari 2024 - 09:47 WIB
Persiapan dan bekal diri menjelang bulan suci Ramadan sangat penting kita perhatikan, agar ibadah kita di bulan suci tersebut bisa maksimal. Lantas apa saja persiapannya?
Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah, dalam kajian sunnah menyampaikan beberapa persiapan kaum muslim dalam menghadapi bulan suci Ramadan nanti. Berikut papaparnnya:
Menghadapi tamu istimewa seperti bulan suci Ramadan , kaum muslim harus mempunyai target. Target utamanya, adalah bulan Ramadan ini lebih baik daripada bulan Ramadan sebelumnya. Karena kalau Ramadan tahun ini sama saja dengan bulan Ramadan tahun lalu, maka kita termasuk orang-orang yang merugi atau tertipu. Maka Ramadan tahun ini harus lebih baik dari sebelumnya.
Al-Hasan bin Ali Radhiyallahu ‘Anhuma pernah berkata, “Barangsiapa yang hari-harinya di dunia sama; maka dialah orang yang tertipu. Barangsiapa yang hari ininya lebih baik dibanding keesokannya maka dialah orang yang merugi.”
Maka besok harus lebih baik daripada hari ini. Dan hari ini harus lebih baik daripada kemarin. Inilah target. Kalau kemarin shalatnya telat, maka hari ini harus tepat waktu. Kalau kemarin seharian tidak membaca Al-Qur’an, maka hari ini harus membaca Al-Qur’an. Kalau kemarin seharian isinya marah-marah, maka hari ini harus sabar. Jadi setiap hari kita harus meningkatkan kualitas diri agar tidak termasuk dalam golongan merugi atau tertipu.
Supaya Ramadan yang kita hadapi lebih baik dari Ramadan tahun kemarin, maka harus ada persiapan. Di antara bentuk persiapan Ramadan tersebut, yakni :
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam puasa sebulan penuh melainkan di Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihatnya memperbanyak puasa melebihi bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Ramadan telah datang kepada kalian. Bulan yang diberkahi. Allah ‘azza wa jalla telah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya. Pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan jahat dibelenggu. Di dalamnya, Allah memiliki sebuah malam yang lebih baik dibanding seribu bulan. Barang siapa terhalang untuk meraih kebaikan malam itu, sesungguhnya ia benar-benar telah diharamkan (untuk mendapat kebaikan).” HR. Nasa’i dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albaniy.
Tentunya dengan melandaskan seluruh hukum tersebut di atas dalil-dalil dari al-Qur’an dan hadits yang sahih. Serta menghindari segala amalan yang hanya dilandaskan atas “katanya”, warisan nenek moyang atau sekedar mengikuti tradisi umum masyarakat.
Wallahu A'lam
Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah, dalam kajian sunnah menyampaikan beberapa persiapan kaum muslim dalam menghadapi bulan suci Ramadan nanti. Berikut papaparnnya:
Menghadapi tamu istimewa seperti bulan suci Ramadan , kaum muslim harus mempunyai target. Target utamanya, adalah bulan Ramadan ini lebih baik daripada bulan Ramadan sebelumnya. Karena kalau Ramadan tahun ini sama saja dengan bulan Ramadan tahun lalu, maka kita termasuk orang-orang yang merugi atau tertipu. Maka Ramadan tahun ini harus lebih baik dari sebelumnya.
Al-Hasan bin Ali Radhiyallahu ‘Anhuma pernah berkata, “Barangsiapa yang hari-harinya di dunia sama; maka dialah orang yang tertipu. Barangsiapa yang hari ininya lebih baik dibanding keesokannya maka dialah orang yang merugi.”
Maka besok harus lebih baik daripada hari ini. Dan hari ini harus lebih baik daripada kemarin. Inilah target. Kalau kemarin shalatnya telat, maka hari ini harus tepat waktu. Kalau kemarin seharian tidak membaca Al-Qur’an, maka hari ini harus membaca Al-Qur’an. Kalau kemarin seharian isinya marah-marah, maka hari ini harus sabar. Jadi setiap hari kita harus meningkatkan kualitas diri agar tidak termasuk dalam golongan merugi atau tertipu.
Supaya Ramadan yang kita hadapi lebih baik dari Ramadan tahun kemarin, maka harus ada persiapan. Di antara bentuk persiapan Ramadan tersebut, yakni :
1. Melaksanakan puasa di bulan Syaban
Aisyah Radhiyallahu ‘Anha mengisahkan,“فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ”
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam puasa sebulan penuh melainkan di Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihatnya memperbanyak puasa melebihi bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Merasa bahagia dengan kedatangan Ramadan
Bila Ramadan tiba, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi kabar gembira kepada para sahabatnya. Di antara yang beliau sampaikan,“أَتَاكُمْ رَمَضَانُ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ. تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ. لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Ramadan telah datang kepada kalian. Bulan yang diberkahi. Allah ‘azza wa jalla telah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya. Pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan jahat dibelenggu. Di dalamnya, Allah memiliki sebuah malam yang lebih baik dibanding seribu bulan. Barang siapa terhalang untuk meraih kebaikan malam itu, sesungguhnya ia benar-benar telah diharamkan (untuk mendapat kebaikan).” HR. Nasa’i dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albaniy.
3. Mempelajari hukum-hukum yang berkenaan dengan puasa Ramadan
Mulai dari cara yang benar dalam penentuan hari pertama bulan Ramadan. Batas awal mulai berpuasa; apakah sejak imsak atau dimulai sejak terbitnya fajar shadiq? Mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah yang mulia ini.Tentunya dengan melandaskan seluruh hukum tersebut di atas dalil-dalil dari al-Qur’an dan hadits yang sahih. Serta menghindari segala amalan yang hanya dilandaskan atas “katanya”, warisan nenek moyang atau sekedar mengikuti tradisi umum masyarakat.
4. Bertaubat kepada Allah Ta'ala
Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh ibadah. Agar kita bisa bersemangat untuk menjalaninya, selain tentunya dengan taufik dari Allah ta’ala, kita perlu membersihkan diri dari kerak-kerak dosa. Sebab kotoran itu mengakibatkan kita malas beribadah. Cara membersihkannya adalah dengan bertaubat nasuha.Wallahu A'lam
(wid)