Hati-hati Orang yang Pelit, Beginilah Nasibnya Kelak!
Sabtu, 20 Januari 2024 - 07:13 WIB
Sifat kikir atau pelit , merupakan sifat tercela dalam Islam. Bahkan syariat melarang perbuatan tersebut, karena ancaman dan dosanya tidak main-main di akhirat kelak.
Dari Jabir radhiyallahu'anhu diriwayatkan bahwa ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda"
"Apakah ada penyakit yang lebih berbahaya daripada sifat bakhil (pelit)?!" (HR Thabrani)
Biasanya bakhil adalah penyakit yang biasa menjangkiti hampir semua kalangan, tak hanya yang kaya termasuk juga mereka yang berada di golongan ekonomi kurang mampu. Tangannya merasa berat mengeluarkan harta untuk amal kebaikan . Namun untuk masalah dunia, baik itu yang mahal maupun murah, tangannya begitu dermawan.
Dia kikir terhadap Dien-nya padahal itulah yang akan mengangkat derajatnya, menambah amal kebaikannya dan menghapus segala keburukannya.
Menurut Ustadz Dr Firanda Andirja, MA, sesungguhnya bakhil atau pelit itu ada dua tingkatan , pelit terhadap orang lain, dan yang paling parah adalah pelit terhadap diri sendiri. Dia pelit tidak mau keluar uang agar bisa mengumpulkan harta dan menjadi orang kaya, namun pada hakekatnya ia telah terjerumus dalam kemiskinan hidup yang ia ingin lari darinya, dan ia telah terjauhkan dari kekayaan yang justru sedang ia kejar.
Bahkan yang tersiksa bukan hanya dirinya sendiri, anak-anak dan istrinya pun harus menjalani gaya hidup “faqir” nya tersebut. Di akhirat iapun harus menjalani hisab yang panjang karena hartanya yang ia tumpuk.
Sebagaimana dikatakan tentang si bakhil ini :
'Ia hidup di dunia seperti hidupnya kaum faqir sementara ia dihisab dengan hisab orang-orang kaya'
Sesungguhnya yang Allah kehendaki adalah kehidupan yang sedang, tidak pelit dan tidak juga boros.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya Allah jika memberi kepada hambaNya sebuah kenikmatan maka Allah suka melihat dampak nikmat tersebut pada hambaNya”
Maka jangan sampai orang yg diberi kecukupan menampakan seakan-akan ia hidup dalam kekurangan, tapi jangan pula berlebihan dan boros yang menjerumuskan dalam kesombongan.
Sifat pelit atau kikir ini juga menimbulkan bahaya. Misalanya akan terjadi kezaliman , terputusnya tali silaturahmi, dan melahirkan kejahatan.
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu'anhu, ia berkata :
“Jauhkanlah diri kalian dari sifat kikir, karena sesungguhnya kikir itu talah menghancurkan umat-umat sebelum kalian. Kikir mendorong mereka berbuat zalim, lalu zalimlah mereka. Mendorong mereka memutuskan silaturrahim, lalu mereka pun memutuskannya. Mendorong mereka untuk berbuat jahat, lalu berbuat jahatlah mereka. Jauhkanlah diri kalian dari perbuatan zalim, karena sesungguhnya satu kezaliman membawa banyak kegelapan di hari kiamat. Jauhkanlah diri kalian dari perbuatan buruk, karena sesungguhnya Allah tidak mencintai perbuatan buruk dan tindakan yang buruk.” (HR Ahmad)
Karena itu, semoga muslim dan muslimah dijauhkan dari sifat tercela ini, dan Allah Ta'ala selalu melindungi hamba-Nya dari perbuatan buruk tersebut.
Wallahu A'lam
Dari Jabir radhiyallahu'anhu diriwayatkan bahwa ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda"
"Apakah ada penyakit yang lebih berbahaya daripada sifat bakhil (pelit)?!" (HR Thabrani)
Biasanya bakhil adalah penyakit yang biasa menjangkiti hampir semua kalangan, tak hanya yang kaya termasuk juga mereka yang berada di golongan ekonomi kurang mampu. Tangannya merasa berat mengeluarkan harta untuk amal kebaikan . Namun untuk masalah dunia, baik itu yang mahal maupun murah, tangannya begitu dermawan.
Dia kikir terhadap Dien-nya padahal itulah yang akan mengangkat derajatnya, menambah amal kebaikannya dan menghapus segala keburukannya.
Menurut Ustadz Dr Firanda Andirja, MA, sesungguhnya bakhil atau pelit itu ada dua tingkatan , pelit terhadap orang lain, dan yang paling parah adalah pelit terhadap diri sendiri. Dia pelit tidak mau keluar uang agar bisa mengumpulkan harta dan menjadi orang kaya, namun pada hakekatnya ia telah terjerumus dalam kemiskinan hidup yang ia ingin lari darinya, dan ia telah terjauhkan dari kekayaan yang justru sedang ia kejar.
Bahkan yang tersiksa bukan hanya dirinya sendiri, anak-anak dan istrinya pun harus menjalani gaya hidup “faqir” nya tersebut. Di akhirat iapun harus menjalani hisab yang panjang karena hartanya yang ia tumpuk.
Sebagaimana dikatakan tentang si bakhil ini :
يَعِيْشُ فِي الدُّنْيَا عَيْشَ اْلفُقَرَاءِ وَيُحَاسَبُ فِي الآخِرَةِ حِسَابَ الأَغْنِيَاء
'Ia hidup di dunia seperti hidupnya kaum faqir sementara ia dihisab dengan hisab orang-orang kaya'
Sesungguhnya yang Allah kehendaki adalah kehidupan yang sedang, tidak pelit dan tidak juga boros.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ إِذَا أَنْعَمَ على عَبْدٍ نِعْمَةً يُحِبُّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ على عَبْدِه
“Sesungguhnya Allah jika memberi kepada hambaNya sebuah kenikmatan maka Allah suka melihat dampak nikmat tersebut pada hambaNya”
Maka jangan sampai orang yg diberi kecukupan menampakan seakan-akan ia hidup dalam kekurangan, tapi jangan pula berlebihan dan boros yang menjerumuskan dalam kesombongan.
Sifat pelit atau kikir ini juga menimbulkan bahaya. Misalanya akan terjadi kezaliman , terputusnya tali silaturahmi, dan melahirkan kejahatan.
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu'anhu, ia berkata :
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ، فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، أَمَرَهُمْ بِالظُّلْمِ فَظَلَمُوا، وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا، وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا، وَإِيَّاكُمْ وَالظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَ ةِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْفُحْشَ، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفُحْشَ وَلَا التَّفَحُّشَ
“Jauhkanlah diri kalian dari sifat kikir, karena sesungguhnya kikir itu talah menghancurkan umat-umat sebelum kalian. Kikir mendorong mereka berbuat zalim, lalu zalimlah mereka. Mendorong mereka memutuskan silaturrahim, lalu mereka pun memutuskannya. Mendorong mereka untuk berbuat jahat, lalu berbuat jahatlah mereka. Jauhkanlah diri kalian dari perbuatan zalim, karena sesungguhnya satu kezaliman membawa banyak kegelapan di hari kiamat. Jauhkanlah diri kalian dari perbuatan buruk, karena sesungguhnya Allah tidak mencintai perbuatan buruk dan tindakan yang buruk.” (HR Ahmad)
Karena itu, semoga muslim dan muslimah dijauhkan dari sifat tercela ini, dan Allah Ta'ala selalu melindungi hamba-Nya dari perbuatan buruk tersebut.
Wallahu A'lam
(wid)