Ketika Nashruddin Menjadi Hakim dan Orang Bodoh
Jum'at, 14 Agustus 2020 - 08:53 WIB
Kata "rokok" mungkin menjadi pelatuk, yang penting untuk menggambar benda berbentuk silinder yang dibuat dari kertas dan dipenuhi tembakau. Tetapi kebiasaan untuk memerlukan pelatuk tersebut, yang bergantung pada asosiasi-asosiasi, tidak bisa digunakan dengan cara yang sama dalam kegiatan-kegiatan pemahaman.
Kesalahannya adalah membawa satu bentuk pemikiran -- meskipun mengagumkan pada tempatnya yang tepat -- ke dalam konteks yang berbeda, dan berusaha menggunakannya di sana.
bagian ( 1 ) dan ( 2 )
Rumi menceritakan sebuah kisah yang menyerupai cerita Nashruddin tentang telur tersebut, tetapi dengan menekankan faktor penting lainnya.
Seorang putra raja telah dititipkan kepada para guru mistik yang melaporkan bahwa mereka tidak bisa lagi mengajarinya. Untuk mengujinya, sang raja menanyakan apa yang ada di dalam tangannya. "Benda ini bulat, keras dan berwarna kuning."
"Ini pasti sebuah ayakan," jawab si anak. Sufisme menekankan perkembangan imbang persepsi-batin, perilaku manusia wajar dan penggunaannya. (
Kesalahannya adalah membawa satu bentuk pemikiran -- meskipun mengagumkan pada tempatnya yang tepat -- ke dalam konteks yang berbeda, dan berusaha menggunakannya di sana.
bagian ( 1 ) dan ( 2 )
Rumi menceritakan sebuah kisah yang menyerupai cerita Nashruddin tentang telur tersebut, tetapi dengan menekankan faktor penting lainnya.
Seorang putra raja telah dititipkan kepada para guru mistik yang melaporkan bahwa mereka tidak bisa lagi mengajarinya. Untuk mengujinya, sang raja menanyakan apa yang ada di dalam tangannya. "Benda ini bulat, keras dan berwarna kuning."
"Ini pasti sebuah ayakan," jawab si anak. Sufisme menekankan perkembangan imbang persepsi-batin, perilaku manusia wajar dan penggunaannya. (
(mhy)