Ketika Dua Malaikat Diberi Syahwat, Mereka Lebih Buruk Dibanding Manusia
Jum'at, 01 Mei 2020 - 04:30 WIB
Al-Kisa’i mengatakan, setelah Nabi Idris naik ke langit dan para malaikat tahu bahwa dia tidak akan meninggalkannya, mereka berkata, “Wahai Tuhan kami, Junjungan kami, hamba yang berdosa ini tidak layak berada di tempat para malaikat muqarrabin.”
Maka, Allah mewahyukan kepada mereka, “Sesungguhnya kalian mencemooh anak-anak Adam karena perbuatan mereka. Seandainya Aku letakkan kepada kalian apa yang Aku letakkan kepada mereka, yaitu syahwat, dan Aku takdirkan kepada kalian apa yang Aku takdirkan kepada mereka, yaitu kesalahan, tentu kalian akan mengerjakan kesalahan yang jauh lebih besar daripada kesalahan mereka.”
Mereka berkata, “Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, tidak pantas bagi kami untuk menentang-Mu.”
Maka, Allah memerintahkan mereka memilih dua malaikat terpilih di antara mereka untuk kemudian diturunkan ke bumi dan mereka berdua diberi syahwat, seperti yang diberikan kepada anak-anak Adam.
Atas perintah Allah, mereka memilih dua malaikat yang bernama Harut dan Marut. Keduanya oleh Allah diberi syahwat dan diturunkan ke bumi dan diperintahkan menjadi hakim (juru pemutus) di antara manusia dengan adil. Keduanya dilarang menyekutukan Allah, membunuh jiwa tanpa hak, zina, dan dilarang meminum arak.
Mulailah keduanya menjadi hakim di antara manusia dengan benar di siang hari. Ketika sore telah tiba, mereka berdua berzikir kepada Allah Yang Maha Agung; kemudian mereka naik ke langit. Mereka berdua terus-menerus melakukan hal itu selama satu bulan.
Tiba-tiba, suatu ketika, datang kepada mereka seorang wanita tercantik yang memakai pakaian terindah; namanya Zahrah. Dia termasuk penduduk Persia yang telah pergi ke berbagai kota untuk mencari hakim. Akhirnya, dia datang kepada Harut dan Marut dengan memakai perhiasannya; rambutnya dibiarkan terurai dan wajahnya berseri-seri. Dia mengadu kepada malaikat ini tentang permasalahannya.
Setelah mereka berdua melihatnya, mereka jatuh dalam jeratan fitnah mencintainya. Wanita itu pulang dan di hari berikutnya dia datang lagi kepada mereka berdua. Sejak saat itu mereka berdua mulai bercerita satu sama lain tentang ketertarikan mereka berdua terhadapnya.
Setelah ketertarikan mereka kian memuncak, mulailah mereka berdua menggodanya untuk menundukkannya. Wanita itu menolak dan pulang. Kemudian di hari ketiga, dia datang lagi kepada mereka. Keduanya kembali menggodanya. Akan tetapi, wanita itu tetap menolak dan berkata kepada mereka berdua, “Aku tidak akan memenuhi keinginan kalian berdua, kecuali kalian berdua melakukan apa yang aku inginkan, yaitu kalian harus menyembah berhala dan meminum arak.”
Mereka berkata, “Hal itu tidak mungkin. Sebab, Allah telah melarang kami melakukannya.”
Mereka berdua menolak keinginan si wanita dan si wanita pun menolak keinginan mereka. Dia pun pulang. Akibatnya, kerinduan mereka kian bertambah. Akhirnya, mereka berdua pergi ke rumahnya. Setelah sampai, mereka berdua mengetuk pintu. Kemudian wanita itu menyambut dan mempersilahkan mereka masuk. Dia suguhkan makanan untuk mereka; kemudian mereka berdua makan. Setelah makan, mereka terus menggodanya. Akan tetapi, si wanita berkata, “Kalian telah tahu apa yang aku inginkan dari kalian berdua.”
Mereka berkata, “Syirik dan membunuh—kami tidak mau melakukannya, sebab keduanya itu dosa besar. Akan tetapi, kalau minum arak, ia lebih ringan di antara dosa-dosa itu; nanti kami bisa memohon ampunan kepada Allah.”
Mereka berdua tidak tahu bahwa meminum arak adalah induk dari semua kemaksiatan. Keduanya pun maju, meminum arak. Setelah mabuk, keduanya menggauli si wanita. Ternyata perbuatan mereka terlihat oleh seseorang. Akhirnya, orang itu dibunuh oleh mereka karena takut kalau-kalau dia menyiarkan perbuatan mereka. Lalu si wanita menyuruh keduanya untuk sujud kepada berhala, dan mereka pun sujud serta menjadi kafir.
Dalam hal ini, seorang penyair mengatakan:
Aku tinggalkan anggur minuman dan meminumnya.
Jadilah aku teman bagi orang yang mencelanya.
Orang yang meminumnya telah tersesat dari jalan kebenaran
dan membuka pintu kejahatan.
Al-Kisa’i lebih lanjut mengatakan: “Setelah Harut dan Marut melakukan perbuatan tersebut, terjatuh ke dalam dosa, keduanya ingin naik ke langit, tetapi sayap mereka tidak menurut. Akhirnya, keduanya tahu apa yang telah terjadi kepada mereka berdua. Lalu mereka berdua pergi ke Nabi Allah, Idris as. Keduanya menceritakan kejadian yang menimpa mereka dan memintanya untuk memberikan syafaat (pembelaan) untuk mereka di hadapan Allah.
Mereka berkata kepada Idris, “Kami melihatmu memiliki nilai ibadah yang bisa membuatmu naik ke langit sebesar nilai ibadah yang bisa menaikkan semua penduduk bumi. Maka, berilah kami pembelaan kepada Allah.”
Idris melaksanakan permintaan itu sehingga Allah memberikan pilihan kepada mereka antara azab dunia dan azab akhirat. Mereka berdua memilih azab dunia daripada azab akhirat.
Keduanya disiksa di Babil di dalam penjara bawah tanah dalam keadaan digantung dengan kepala terbalik dengan rantai besi. Mereka disiksa dengan rasa dahaga sementara di dekat lidah mereka diletakkan air.
Semua asap dunia dimasukkan ke dalam hidung mereka untuk menambah siksaan mereka. Kedua mata mereka dibuat melotot tidak tidur hingga kebiru-biruan dan wajah mereka berubah menjadi hitam. Mereka akan terus begitu hingga hari kiamat. (Baca juga: Nabi Idris Trauma Setelah Plesir ke Neraka Jahanam )
Maka, Allah mewahyukan kepada mereka, “Sesungguhnya kalian mencemooh anak-anak Adam karena perbuatan mereka. Seandainya Aku letakkan kepada kalian apa yang Aku letakkan kepada mereka, yaitu syahwat, dan Aku takdirkan kepada kalian apa yang Aku takdirkan kepada mereka, yaitu kesalahan, tentu kalian akan mengerjakan kesalahan yang jauh lebih besar daripada kesalahan mereka.”
Mereka berkata, “Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, tidak pantas bagi kami untuk menentang-Mu.”
Maka, Allah memerintahkan mereka memilih dua malaikat terpilih di antara mereka untuk kemudian diturunkan ke bumi dan mereka berdua diberi syahwat, seperti yang diberikan kepada anak-anak Adam.
Atas perintah Allah, mereka memilih dua malaikat yang bernama Harut dan Marut. Keduanya oleh Allah diberi syahwat dan diturunkan ke bumi dan diperintahkan menjadi hakim (juru pemutus) di antara manusia dengan adil. Keduanya dilarang menyekutukan Allah, membunuh jiwa tanpa hak, zina, dan dilarang meminum arak.
Mulailah keduanya menjadi hakim di antara manusia dengan benar di siang hari. Ketika sore telah tiba, mereka berdua berzikir kepada Allah Yang Maha Agung; kemudian mereka naik ke langit. Mereka berdua terus-menerus melakukan hal itu selama satu bulan.
Tiba-tiba, suatu ketika, datang kepada mereka seorang wanita tercantik yang memakai pakaian terindah; namanya Zahrah. Dia termasuk penduduk Persia yang telah pergi ke berbagai kota untuk mencari hakim. Akhirnya, dia datang kepada Harut dan Marut dengan memakai perhiasannya; rambutnya dibiarkan terurai dan wajahnya berseri-seri. Dia mengadu kepada malaikat ini tentang permasalahannya.
Setelah mereka berdua melihatnya, mereka jatuh dalam jeratan fitnah mencintainya. Wanita itu pulang dan di hari berikutnya dia datang lagi kepada mereka berdua. Sejak saat itu mereka berdua mulai bercerita satu sama lain tentang ketertarikan mereka berdua terhadapnya.
Setelah ketertarikan mereka kian memuncak, mulailah mereka berdua menggodanya untuk menundukkannya. Wanita itu menolak dan pulang. Kemudian di hari ketiga, dia datang lagi kepada mereka. Keduanya kembali menggodanya. Akan tetapi, wanita itu tetap menolak dan berkata kepada mereka berdua, “Aku tidak akan memenuhi keinginan kalian berdua, kecuali kalian berdua melakukan apa yang aku inginkan, yaitu kalian harus menyembah berhala dan meminum arak.”
Mereka berkata, “Hal itu tidak mungkin. Sebab, Allah telah melarang kami melakukannya.”
Mereka berdua menolak keinginan si wanita dan si wanita pun menolak keinginan mereka. Dia pun pulang. Akibatnya, kerinduan mereka kian bertambah. Akhirnya, mereka berdua pergi ke rumahnya. Setelah sampai, mereka berdua mengetuk pintu. Kemudian wanita itu menyambut dan mempersilahkan mereka masuk. Dia suguhkan makanan untuk mereka; kemudian mereka berdua makan. Setelah makan, mereka terus menggodanya. Akan tetapi, si wanita berkata, “Kalian telah tahu apa yang aku inginkan dari kalian berdua.”
Mereka berkata, “Syirik dan membunuh—kami tidak mau melakukannya, sebab keduanya itu dosa besar. Akan tetapi, kalau minum arak, ia lebih ringan di antara dosa-dosa itu; nanti kami bisa memohon ampunan kepada Allah.”
Mereka berdua tidak tahu bahwa meminum arak adalah induk dari semua kemaksiatan. Keduanya pun maju, meminum arak. Setelah mabuk, keduanya menggauli si wanita. Ternyata perbuatan mereka terlihat oleh seseorang. Akhirnya, orang itu dibunuh oleh mereka karena takut kalau-kalau dia menyiarkan perbuatan mereka. Lalu si wanita menyuruh keduanya untuk sujud kepada berhala, dan mereka pun sujud serta menjadi kafir.
Dalam hal ini, seorang penyair mengatakan:
Aku tinggalkan anggur minuman dan meminumnya.
Jadilah aku teman bagi orang yang mencelanya.
Orang yang meminumnya telah tersesat dari jalan kebenaran
dan membuka pintu kejahatan.
Al-Kisa’i lebih lanjut mengatakan: “Setelah Harut dan Marut melakukan perbuatan tersebut, terjatuh ke dalam dosa, keduanya ingin naik ke langit, tetapi sayap mereka tidak menurut. Akhirnya, keduanya tahu apa yang telah terjadi kepada mereka berdua. Lalu mereka berdua pergi ke Nabi Allah, Idris as. Keduanya menceritakan kejadian yang menimpa mereka dan memintanya untuk memberikan syafaat (pembelaan) untuk mereka di hadapan Allah.
Mereka berkata kepada Idris, “Kami melihatmu memiliki nilai ibadah yang bisa membuatmu naik ke langit sebesar nilai ibadah yang bisa menaikkan semua penduduk bumi. Maka, berilah kami pembelaan kepada Allah.”
Idris melaksanakan permintaan itu sehingga Allah memberikan pilihan kepada mereka antara azab dunia dan azab akhirat. Mereka berdua memilih azab dunia daripada azab akhirat.
Keduanya disiksa di Babil di dalam penjara bawah tanah dalam keadaan digantung dengan kepala terbalik dengan rantai besi. Mereka disiksa dengan rasa dahaga sementara di dekat lidah mereka diletakkan air.
Semua asap dunia dimasukkan ke dalam hidung mereka untuk menambah siksaan mereka. Kedua mata mereka dibuat melotot tidak tidur hingga kebiru-biruan dan wajah mereka berubah menjadi hitam. Mereka akan terus begitu hingga hari kiamat. (Baca juga: Nabi Idris Trauma Setelah Plesir ke Neraka Jahanam )
(mhy)