Benarkah Ajal Datang Sesuai Kebiasaan ketika Hidup? Begini Penjelasannya

Sabtu, 02 Maret 2024 - 11:14 WIB
Orang beriman pasti mengetahui bahwa kematian akan mengikuti kebiasaan saat hidupnya. Foto ilustrasi/ist
Orang beriman pasti mengetahui bahwa kematian akan mengikuti kebiasaan saat hidupnya. Dan orang beriman akan menyadari betul bahwa kematian akan kapan saja bisa menghampiri dan tidak akan pernah keliru dalam hitungannya, maka dia akan menjauhi perbuatan dosa dari kesyirikan, bid’ah (menganggap ibadah padahal bukan/sesuatu yang baru dan mengada-ada) serta maksiat lainnya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚ فَاِ ذَا جَآءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَئۡخِرُوْنَ سَا عَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ


"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. Al-A'raf : 34)

Dalam kitab Shahih Tirmidzi disebutkan dalam hadis Shahihnya, bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian”. (HR. Tirmidzi).

Diterangkan dalam Risalah Majmu' Fatawa, Ibnu Utsaimin berkata bahwa hendaknya manusia banyak merenung karena sebenarnya setiap orang senantiasa dalam bahaya disebabkan kematian selalu mengintai dan tidak ada batas waktu yang diketahui.

Terkadang seorang manusia keluar dari rumahnya dan tidak kembali kepadanya (karena mati), terkadang manusia duduk di atas kursi kantornya dan tidak bisa bangun lagi (karena mati), terkadang seorang manusia tidur di atas kasurnya, akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke tempat pemandian mayatnya (karena mati). Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan kita untuk menggunakan sebaiknya kesempatan umur, dengan taubat kepada AllahAzza wa Jalla.

Dan sudah sepantasnya manusia selalu merasa dirinya bertaubat, kembali, menghadap kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan dia dalam sebaik-baiknya keadaan yang diinginkan.

Dan yang paling harus direnungi adalah manusia meninggal dalam keadaan kebiasaannya tatkala masih hidup. Jika kebiasaan selama hidupnya selalu ingkar kepada perintah Allah Ta'ala maka dia meninggal dalam keadaan yang mengingkari syariat dan perintah Allah. Dan kebiasaan lainnya yang dia kerjakan selama masih hidup.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Setiap orang akan dibangkitkan sesuai kematiannya.” (HR. Muslim)

Imam al-Hafizh Zainuddin Abdurrauf al-Munaawy rahimahullah berakata, maksudnya adalah ia mati karena sesuai dengan kebiasaannya dan dibangkitkan sesuai itu. (dalam at-Taisir Bi Syarhi al-Jami’ ash-Shaghir)

Betapa banyak orang yang berharap meninggal dalam kondisi husnul khatimah (mati dalam kebaikan) akan tetapi kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya suul khatimah (kematian yang buruk). Maut menjemputnya tatkala ia sedang bermaksiat kepada penciptanya dan pencipta alam semesta ini. Na'udzubillah.

Bagaimana mungkin seseorang meninggal dalam kondisi husnul khatimah sementara hari-harinya ia penuhi dengan bermaksiat kepada Allah. Hari-harinya ia penuhi tanpa menjaga pendengarannya, tanpa menjaga lisannya, pandangannya ia umbar, hatinya dipenuhi dengan beragam penyakit hati, malas dan meninggalkan ibadah, lisannya jauh dari berdzikir dan mengingat Allah.

Sesungguhnya seseorang akan dicabut nyawanya berdasarkan kehidupan yang biasa ia jalankan.

Dirangkum dalam Taariikh Al-Islaam karya Ad-Dzahabi dan Ats-Tsabaat ‘inda Al-Mamaat karya Ibnil Jauzi dan dalam kitab lainnya. ada kisah-kisah yang menggugah hati kita untuk membiasakan diri beramal saleh sehingga tatkala maut menjemput kitapun dalam keadaan beramal saleh :

Kisah Pertama: Kisah seorang ahli ibadah Abdullah bin Idris (190 H). Dari Husain Al-‘Anqozi, ia bertutur :

Ketika kematian mendatangi Abdullah bin Idris, maka putrinya pun menangis, maka dia pun berkata: “Wahai putriku, jangan menangis! Sungguh, Aku telah mengkhatamkan al Quran dirumah ini 4000 kali”.

Kisah kedua : Kisah Abu Bakr bin ‘Ayyaasy (193 H)

Tatkala kematian mendatangi Abu Bakr bin ‘Ayaasy maka saudara perempuannya pun menangis. Maka Abu Bakrpun berkata kepadanya, “Janganlah menangis, lihatlah di pojok rumah ini, sesungguhnya saudara laki-lakimu ini telah mengkhatamkan Al-Qur’an di situ sebanyak 18 ribu kali”.

Kisah Ketiga : Kisah Aamir bin Abdillah Az-Zubair. Ketika Mush’ab bin Abdillah bercerita tentang ‘Aamir bin Abdillah bin Zubair yang dalam keadaan sakit parah :

‘Aaamir bin Abdillah mendengar muadzin mengumandangkan adzan untuk salat maghrib, padahal ia dalam kondisi sakaratul maut pada nafas-nafas terakhir, maka iapun berkata, “Pegang tanganku ke mesjid…!!” merekapun berkata, “Engkau dalam kondisi sakit !” , Diapun berkata,”Aku mendengar muadzin mengumandangkan adzan sedangkan aku tidak menjawab (panggilan)nya? Pegang tanganku…! Maka merekapun memapahnya lalu iapun salat maghrib bersama Imam berjama’ah, diapun salat satu rakaat kemudian meninggal dunia.

Begitulah, ahli ibadah ini, yakni Abdullah bin Idris telah mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 4000 kali, lalu Abu Bakr bin ‘Ayyaasy telah mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 18 ribu kali, dan Aamir bin Abdillah Az-Zubair saat sakaratul maut masih memenuhi panggilan adzan ke masjid. Semuanya demi menghadapi waktu yang sangat kritis ini (kematian), yakni waktu untuk meninggalkan dunia ke alam akhirat yang abadi.

Kita semua juga tahu bahwasanya kematian datang tiba-tiba. Tidak peduli dengan kondisi seorang hamba apakah dalam keadaan ketaatan kepada Allah atau dalam keadaan sedang bermaksiat. Apakah dalam keadaan sakit ataupun dalam keadaan sehat, semuanya terjadi tiba-tiba. Sebagaimana manusia menjalani hidupnya, demikianlah kondisinya tatkala ajal menjemputnya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَآءَ اَجَلُهَا ۗ وَا للّٰهُ خَبِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ


"Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan."

(QS. Al-Munafiqun : 11)

NabiShallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda :

“Ingatlah kematian dalam salatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam salatnya, maka ia akan memperbagus salatnya. Salatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan salat yang lainnya.” (hadis Hasan, Riwayat Ad Dailami)



Wallahu A'lam
(wid)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
اَلۡهٰٮكُمُ التَّكَاثُرُۙ‏ (١) حَتّٰى زُرۡتُمُ الۡمَقَابِرَؕ (٢) كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَۙ‏ (٣) ثُمَّ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَؕ (٤) كَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ الۡيَقِيۡنِؕ (٥) لَتَرَوُنَّ الۡجَحِيۡمَۙ (٦) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيۡنَ الۡيَقِيۡنِۙ (٧) ثُمَّ لَـتُسۡـَٔـلُنَّ يَوۡمَٮِٕذٍ عَنِ النَّعِيۡمِ (٨)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim, kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri, kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).

(QS. At-Takatsur)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More