Pentingnya Menjaga Iffah di Zaman Penuh Fitnah
Senin, 17 Agustus 2020 - 20:25 WIB
Menjaga iffah memang bukanlah perkara yang mudah. Bahkan mungkin sangat berat dilakukan, apalagi ketika banyak dari kita yang berlomba-lomba ingin dilihat semua orang. Namun, kita justru bertolak belakang terhadap itu semua demi menjaga iffah dan agar tetap berada di jalan yang Allah ridhai.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk pintar dalam bergaul , dengan memilih teman yang baik akhlaknya dan yang senantiasa mengajak dan mengingatkan kita kepada kebaikan.
Berkaitan dengan upaya menjaga iffah ini, Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyah menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh muslimah. Di antaranya :
1. Selalu menundukan pandangan dan menjaga kemaluannya
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَقُل لِّلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: Hendaklah mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka….” (QS An- Nur: 31)
2. Ketika hendak bersafar, muslimah hendaknya didampingi oleh mahramnya, yang akan menjaga dan melindunginya dari gangguan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُسَافِرِ امرَأَةٌ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ
“Tidak boleh seorang wanita melakukan safar kecuali didampingi mahramnya.” (HR. al-Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 1341)
3. Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahramnya.
Sebab, bersentuhan dengan lawan jenis akan membangkitkan gejolak di dalam jiwa yang akan membuat hati itu condong kepada perbuatan keji dan hina.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah berkata,
“Secara mutlak tidak boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram, sama saja apakah wanita itu masih muda ataupun sudah tua. Sama saja apakah lelaki yang berjabat tangan denganya itu masih muda atau kakek tua. Sebab, berjabat tangan seperti ini akan menimbulkan godaan bagi kedua pihak.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُوْلِ اللهِ يَدَ امْرَأَةٍ إِلاَّ امْرَأَةً يَمْلِكُهَا
“Tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyentuh tangan wanita, kecuali tangan wanita yang dimilikinya (istri atau budak beliau).” (HR. Bukhari)
Tidak ada perbedaan antara jabat tangan yang dilakukan dengan memakai alas/penghalang (misalnya memakai kaos tangan atau kain) ataupun tanpa penghalang. Sebab, dalil dalam masalah ini sifatnya umum. Semua ini menutup jalan yang mengantarkan kepada keburukan.” (Majmu’ al-Fatawa)
4. Tidak khalwat (berduaan) dengan lelaki yang bukan mahram
Maka dari itu, penting bagi kita untuk pintar dalam bergaul , dengan memilih teman yang baik akhlaknya dan yang senantiasa mengajak dan mengingatkan kita kepada kebaikan.
Berkaitan dengan upaya menjaga iffah ini, Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyah menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh muslimah. Di antaranya :
1. Selalu menundukan pandangan dan menjaga kemaluannya
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَقُل لِّلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: Hendaklah mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka….” (QS An- Nur: 31)
2. Ketika hendak bersafar, muslimah hendaknya didampingi oleh mahramnya, yang akan menjaga dan melindunginya dari gangguan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُسَافِرِ امرَأَةٌ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ
“Tidak boleh seorang wanita melakukan safar kecuali didampingi mahramnya.” (HR. al-Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 1341)
3. Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahramnya.
Sebab, bersentuhan dengan lawan jenis akan membangkitkan gejolak di dalam jiwa yang akan membuat hati itu condong kepada perbuatan keji dan hina.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah berkata,
“Secara mutlak tidak boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram, sama saja apakah wanita itu masih muda ataupun sudah tua. Sama saja apakah lelaki yang berjabat tangan denganya itu masih muda atau kakek tua. Sebab, berjabat tangan seperti ini akan menimbulkan godaan bagi kedua pihak.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُوْلِ اللهِ يَدَ امْرَأَةٍ إِلاَّ امْرَأَةً يَمْلِكُهَا
“Tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyentuh tangan wanita, kecuali tangan wanita yang dimilikinya (istri atau budak beliau).” (HR. Bukhari)
Tidak ada perbedaan antara jabat tangan yang dilakukan dengan memakai alas/penghalang (misalnya memakai kaos tangan atau kain) ataupun tanpa penghalang. Sebab, dalil dalam masalah ini sifatnya umum. Semua ini menutup jalan yang mengantarkan kepada keburukan.” (Majmu’ al-Fatawa)
4. Tidak khalwat (berduaan) dengan lelaki yang bukan mahram