Ketika Setan Menggoda Manusia dengan Kemiskinan
Selasa, 18 Agustus 2020 - 06:30 WIB
Salah satu hal yang paling ditakutkan kaum perempuan adalah kemiskinan . Maka tak heran, banyak di antara mereka terjerumus dalam jurang kemaksiatan , hanya karena ingin memenuhi kebutuhan 'materi' dunianya.
Sebenarnya takut akan kemiskinan merupakan sifat kebanyakan manusia, baik laki-laki maupun perempuan.Mereka akan berusaha dengan berbagai cara untuk menghindarinya. Bahkan, banyak di antara mereka begitu sedih dan berduka cita ketika mengalami kekurangan harta. Sampai-sampai ada yang menukar agamanya hanya untuk mendapatkan sebagian harta benda duniawi tersebut. (Baca juga : Pentingnya Menjaga Iffah di Zaman Penuh Fitnah )
Takut akan kemiskinan ini sebenarnya adalah salah satu cara setan menggoda manusia. Setan membuat manusia merasa selalu kekurangan padahal karunia Allah itu sangat banyak.
Allah Ta'ala berfirman,
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) ; sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui” (QS Al-Baqarah : 268)
Manusia semakin takut dengan kemiskinan karena sifat dasar manusia sangat cinta terhadap harta dan harta adalah godaan (fitnah) terbesar manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alihi wa sallam,
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (ujiannya) dan fitnah umatku adalah harta” (HR. Bukhari)
Ada hikmah dari sebuah kisah berikut ini:
Suatu ketika, Abu ‘Ubaidah kembali dengan membawa harta dari negeri Bahrain, terdengarlah hal ini oleh orang-orang Anshar. Lalu mereka pun bersegera mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melaksanakan salat subuh.
Ketika Rasulullah selesai salat, mereka menampakkan keinginannya terhadap apa yang dibawa Abu ‘Ubaidah dalam keadaan mereka butuh kepadanya. Maka Rasulullah pun tersenyum yakni tertawa tanpa mengeluarkan suara. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum karena mereka datang dalam keadaan mengharapkan harta.
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Aku menduga kalian telah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah telah datang dengan membawa sesuatu (harta) dari Bahrain.” Maka mereka menjawab, “Tentu Ya Rasulullah.” Yakni kami telah mendengarnya dan kami sengaja datang untuk mendapatkan bagian kami. (Baca juga : Ciri Wanita Saleha Itu Sejauh Mana Ia Takut kepada Allah )
Kemudian Rasulullah kembali bersabda, “Bergembiralah dan harapkanlah apa-apa yang akan menyenangkan kalian. Maka demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian.”
Berarti kemiskinan bukanlah yang dikhawatirkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas kita. Bahkan kadang-kadang kemiskinan bisa menjadi kebaikan bagi seseorang ketika dia bersabar dan tetap taat kepada Allah Ta'ala dalam kemiskinannya tersebut.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian.” Yakni aku tidak mengkhawatirkan kemiskinan atas kalian. Karena sesungguhnya orang yang miskin secara umum lebih dekat kepada kebenaran daripada orang yang kaya.
Perhatikanlah oleh kalian keadaan para rasul! Siapakah yang mendustakan mereka? Yang mendustakan mereka adalah para pembesar kaumnya, orang-orang yang paling jeleknya dan orang-orang kaya. Dan sebaliknya, kebanyakan yang mengikuti mereka adalah orang-orang miskin. Sampai pun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kebanyakan yang mengikuti beliau adalah orang-orang miskin.
Maka kemiskinan bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Jangan sampai kita takut miskin atau tidak bisa makan. Jangan sampai selalu terbetik dalam hati kita, “Besok kita makan apa?” Jangan khawatir! Yang penting kita berusaha mencari rizki dengan cara yang halal, berdo’a dan bertawakkal kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah telah menjamin rezeki seluruh makhluk-Nya.
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu yang melata pun (yakni manusia dan hewan) di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya.” (QS Huud:6)
Bahkan sesuatu yang harus kita khawatirkan adalah ketika dibentangkan dunia kepada kita. Yakni ketika kita diuji dengan banyaknya harta benda.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,“Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (Baca juga : Hikmah dan Manfaat Sikap Husnuzan dalam Kehidupan )
Menghancurkan kalian artinya menghilangkan agama kalian yakni dikarenakan dunia, kalian menjadi lalai dan meninggalkan ketaatan kepada Allah.
Wallahu A'lam
Sebenarnya takut akan kemiskinan merupakan sifat kebanyakan manusia, baik laki-laki maupun perempuan.Mereka akan berusaha dengan berbagai cara untuk menghindarinya. Bahkan, banyak di antara mereka begitu sedih dan berduka cita ketika mengalami kekurangan harta. Sampai-sampai ada yang menukar agamanya hanya untuk mendapatkan sebagian harta benda duniawi tersebut. (Baca juga : Pentingnya Menjaga Iffah di Zaman Penuh Fitnah )
Takut akan kemiskinan ini sebenarnya adalah salah satu cara setan menggoda manusia. Setan membuat manusia merasa selalu kekurangan padahal karunia Allah itu sangat banyak.
Allah Ta'ala berfirman,
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) ; sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui” (QS Al-Baqarah : 268)
Manusia semakin takut dengan kemiskinan karena sifat dasar manusia sangat cinta terhadap harta dan harta adalah godaan (fitnah) terbesar manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alihi wa sallam,
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (ujiannya) dan fitnah umatku adalah harta” (HR. Bukhari)
Ada hikmah dari sebuah kisah berikut ini:
Suatu ketika, Abu ‘Ubaidah kembali dengan membawa harta dari negeri Bahrain, terdengarlah hal ini oleh orang-orang Anshar. Lalu mereka pun bersegera mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melaksanakan salat subuh.
Ketika Rasulullah selesai salat, mereka menampakkan keinginannya terhadap apa yang dibawa Abu ‘Ubaidah dalam keadaan mereka butuh kepadanya. Maka Rasulullah pun tersenyum yakni tertawa tanpa mengeluarkan suara. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum karena mereka datang dalam keadaan mengharapkan harta.
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Aku menduga kalian telah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah telah datang dengan membawa sesuatu (harta) dari Bahrain.” Maka mereka menjawab, “Tentu Ya Rasulullah.” Yakni kami telah mendengarnya dan kami sengaja datang untuk mendapatkan bagian kami. (Baca juga : Ciri Wanita Saleha Itu Sejauh Mana Ia Takut kepada Allah )
Kemudian Rasulullah kembali bersabda, “Bergembiralah dan harapkanlah apa-apa yang akan menyenangkan kalian. Maka demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian.”
Berarti kemiskinan bukanlah yang dikhawatirkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas kita. Bahkan kadang-kadang kemiskinan bisa menjadi kebaikan bagi seseorang ketika dia bersabar dan tetap taat kepada Allah Ta'ala dalam kemiskinannya tersebut.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian.” Yakni aku tidak mengkhawatirkan kemiskinan atas kalian. Karena sesungguhnya orang yang miskin secara umum lebih dekat kepada kebenaran daripada orang yang kaya.
Perhatikanlah oleh kalian keadaan para rasul! Siapakah yang mendustakan mereka? Yang mendustakan mereka adalah para pembesar kaumnya, orang-orang yang paling jeleknya dan orang-orang kaya. Dan sebaliknya, kebanyakan yang mengikuti mereka adalah orang-orang miskin. Sampai pun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kebanyakan yang mengikuti beliau adalah orang-orang miskin.
Maka kemiskinan bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Jangan sampai kita takut miskin atau tidak bisa makan. Jangan sampai selalu terbetik dalam hati kita, “Besok kita makan apa?” Jangan khawatir! Yang penting kita berusaha mencari rizki dengan cara yang halal, berdo’a dan bertawakkal kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah telah menjamin rezeki seluruh makhluk-Nya.
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu yang melata pun (yakni manusia dan hewan) di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya.” (QS Huud:6)
Bahkan sesuatu yang harus kita khawatirkan adalah ketika dibentangkan dunia kepada kita. Yakni ketika kita diuji dengan banyaknya harta benda.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,“Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (Baca juga : Hikmah dan Manfaat Sikap Husnuzan dalam Kehidupan )
Menghancurkan kalian artinya menghilangkan agama kalian yakni dikarenakan dunia, kalian menjadi lalai dan meninggalkan ketaatan kepada Allah.
Wallahu A'lam
(wid)