Bolehkah Menceritakan Nikmat kepada Orang Lain?

Kamis, 02 Mei 2024 - 05:15 WIB
Di antara bentuk syukur dan pengagungan nikmat adalah dengan banyak menyebut-nyebutnya, akan tetapi bolehkan menceritakan nikmat itu kepada orang lain? Foto ilustrasi/ist
Bolehkah menceritakan nikmat kepada orang lain? Betulkan hal itu adalah bentuk syukur atau pamer? Bagaimana Islam memandangnya?

Allah Ta'ala memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur dan mengagungkan nikmat yang telah dikaruniakan-Nya. Di antara bentuk syukur dan pengagungan nikmat adalah dengan banyak menyebut-nyebutnya.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ


Artinya: "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya." (QS. Adh-Dhuha Ayat 11)

Para ulama tafsir ketika menjelaskan makna ayat di atas memiliki penjelasan beragam. Tapi memiliki inti yang sama yakni menyebut, menceritakan dan menyiarkan nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya. Berikut penjelasan para Mafasirin:

Imam Qurthubi rahimahullah berkata:

انشر ‌ما ‌أنعم ‌الله ‌عليك ‌بالشكر ‌والثناء. والتحدث بنعم الله، والاعتراف بها شكر


Artinya: "Yaitu maksudnya menyebarkan nikmat yang telah diberikan oleh Allah atas dirimu dengan bersyukur dan memuji-mujinya. Dan menunjukkan (menampakkan) nikmat adalah termasuk bentuk syukur." [Tafsir al-Qurthubi (20/102)]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

وكما ‌كنت ‌عائلا ‌فقيرا ‌فأغناك ‌الله، فحدث بنعمة الله عليك، كما جاء في الدعاء المأثور النبوي: "واجعلنا شاكرين لنعمتك مثنين بها، قابليها، وأتمها علينا


Artinya: "Dan sebagaimana engkau yang tadinya dari keluarga miskin kemudian Allah berikan kekayaan, maka nikmat Allah atas dirimu itu ceritakanlah. Hal ini sebagaimana yang tersirat dalam doa Nabi yang terkenal : "Jadikan kami orang-orang yang bersyukur pada nikmat-Mu, pemuji nikmat-Mu, penerima nikmat-Mu, dan sempurnakanlah nikmat-Mu kepada kami." [Tafsir Ibnu Katsir (8/414)]

Ibnu Nadzrah rahimahullah berkata:

كان المسلمون يرون أن ‌من ‌شكر ‌النعمة ‌أن ‌يحدّث ‌بها


Artinya: "Dahulu kaum muslimin memandang bahwa di antara bentuk bersyukur atas sebuah nikmat adalah menceritakan/menyebut-nyebut nikmat tersebut." [Tafsir al-Kabir (1/155)]

Imam Alusiy rahimahullah berkata:

[‌arabOpen]فإن ‌التحدث ‌بها ‌شكر ‌لها كما قال عمر بن عبد العزيز والحسن وقتادة والفضيل بن عياض


Artinya: "Karena sesungguhnya menyebut-nyebut nikmat itu adalah bentuk syukur atasnya, sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Umar bin Abdul Aziz, Hasan al-Bashri, Qatadah dan Fudhail bin Iyadh." [Ruhul Ma'ani (15/383)]

Imam Ibnu Abi Hatim rahimahullah berkata:

[‌arabOpen]إذا ‌أصبت ‌خيرا ‌فحدث ‌إخوانك
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَاسۡتَعِيۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَالصَّلٰوةِ ‌ؕ وَاِنَّهَا لَكَبِيۡرَةٌ اِلَّا عَلَى الۡخٰشِعِيۡنَۙ (٤٥) الَّذِيۡنَ يَظُنُّوۡنَ اَنَّهُمۡ مُّلٰقُوۡا رَبِّهِمۡ وَاَنَّهُمۡ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَ (٤٦)
Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Dan shalat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

(QS. Al-Baqarah Ayat 45-46)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More