Belajar dari Abdurrahman bin Auf, Berhijrah dengan Tangan Kosong
Rabu, 19 Agustus 2020 - 23:33 WIB
Kisah menarik sekaligus penyemangat bagi yang ingin hijrah diceritakan oleh Ustaz Salim A Fillah , penulis buku-buku Islami melalui akun IG-nya @salimafillah, Rabu malam (19/8/2020). Keterbatasan ternyata tidak menyurutkan sahabat Nabi yang mulia ini ketika Hijrah ke Madinah.
Kisah sahabat ini bisa menjadi motivasi kita untuk lebih bersemangat memasuki Tahun Baru 1442 Hijriyah . Berikut postingan Ustaz Salim A Fillah . ( )
Tak sesuatupun dia bawa dari kekayaan melimpah yang memudahkannya di Makkah. Dia, Abdurrahman ibn 'Auf berhijrah. Dan Rasulullahﷺ yang tahu gaya hidupnya dulu mempersaudarakannya dengan lelaki Anshar kaya; Sa'd ibn Ar Rabi.
Kita hafal kemuliaan dua orang ini. Yang satu menawarkan membagi rata segala miliknya yang memang berjumlah dua; rumah, kebun kurma, bahkan istrinya. Yang satu dengan bersahaja berkata, "Tidak Saudaraku. Tunjukkan saja jalan ke pasar!"
Dan kita tahu, dimulai dari semangat menjaga 'izzah, tekadnya untuk mandiri, serta tugas suci menerjemahkan nilai Qurani di pasar Madinah, terbitlah keajaiban itu. Abdurrahman ibn 'Auf memang datang ke pasar dengan tangan kosong, tapi dadanya penuh iman, dan akalnya dipenuhi manhaj ekonomi Qurani. Dinar dan dirham yang beredar di depan matanya dia pikat dengan kejujuran, sifat amanah, kebersihan dari riba, timbangan yang pas, keadilan transaksi, transparansi, dan akad-akad yang tercatat rapi.
Sebulan kemudian dia menghadap Rasulullahﷺ dengan baju baru, mewangi oleh tebaran minyak khaluq yang membercak-bercak. "Ya Rasulallah , aku telah menikah!", katanya dengan sesungging senyum. Ya, seorang wanita Anshar kini mendampinginya. Maharnya emas seberat biji kurma. Walimahnya dengan menyembelih domba. Satu hari, ketika 40.000 dinar emas dia letakkan di hadapan Nabiﷺ beliau bersabda: "Semoga Allah memberkahi yang kau infaqkan juga yang kau simpan!"
Keberanian untuk menanggalkan segala kemudahan yang ditawarkan adalah modal yang berharga. Dalam pikiran kita, memulai usaha dengan adanya istri, rumah, dan kebun kurma seharusnya lebih menjanjikan daripada pergi ke pasar dengan tangan kosong. ( )
Tetapi bagi Abdurrahman ibn 'Auf agaknya itu justru terlihat sebagai belenggu. Itu beban yang memberati langkahnya untuk menggapai kemuliaan lebih tinggi. Keajaiban itu datang dalam keterbatasan ikhtiyar si tangan kosong. Bukan pada kelimpahan yang ditawarkan saudara.
Keterbatasan adalah pemantik semangat yang melangitkan cita. Selamat berhijrah . Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1442 Hijriyah, 1 Sura Jimakir 1954. ( )
Kisah sahabat ini bisa menjadi motivasi kita untuk lebih bersemangat memasuki Tahun Baru 1442 Hijriyah . Berikut postingan Ustaz Salim A Fillah . ( )
Tak sesuatupun dia bawa dari kekayaan melimpah yang memudahkannya di Makkah. Dia, Abdurrahman ibn 'Auf berhijrah. Dan Rasulullahﷺ yang tahu gaya hidupnya dulu mempersaudarakannya dengan lelaki Anshar kaya; Sa'd ibn Ar Rabi.
Kita hafal kemuliaan dua orang ini. Yang satu menawarkan membagi rata segala miliknya yang memang berjumlah dua; rumah, kebun kurma, bahkan istrinya. Yang satu dengan bersahaja berkata, "Tidak Saudaraku. Tunjukkan saja jalan ke pasar!"
Dan kita tahu, dimulai dari semangat menjaga 'izzah, tekadnya untuk mandiri, serta tugas suci menerjemahkan nilai Qurani di pasar Madinah, terbitlah keajaiban itu. Abdurrahman ibn 'Auf memang datang ke pasar dengan tangan kosong, tapi dadanya penuh iman, dan akalnya dipenuhi manhaj ekonomi Qurani. Dinar dan dirham yang beredar di depan matanya dia pikat dengan kejujuran, sifat amanah, kebersihan dari riba, timbangan yang pas, keadilan transaksi, transparansi, dan akad-akad yang tercatat rapi.
Sebulan kemudian dia menghadap Rasulullahﷺ dengan baju baru, mewangi oleh tebaran minyak khaluq yang membercak-bercak. "Ya Rasulallah , aku telah menikah!", katanya dengan sesungging senyum. Ya, seorang wanita Anshar kini mendampinginya. Maharnya emas seberat biji kurma. Walimahnya dengan menyembelih domba. Satu hari, ketika 40.000 dinar emas dia letakkan di hadapan Nabiﷺ beliau bersabda: "Semoga Allah memberkahi yang kau infaqkan juga yang kau simpan!"
Keberanian untuk menanggalkan segala kemudahan yang ditawarkan adalah modal yang berharga. Dalam pikiran kita, memulai usaha dengan adanya istri, rumah, dan kebun kurma seharusnya lebih menjanjikan daripada pergi ke pasar dengan tangan kosong. ( )
Tetapi bagi Abdurrahman ibn 'Auf agaknya itu justru terlihat sebagai belenggu. Itu beban yang memberati langkahnya untuk menggapai kemuliaan lebih tinggi. Keajaiban itu datang dalam keterbatasan ikhtiyar si tangan kosong. Bukan pada kelimpahan yang ditawarkan saudara.
Keterbatasan adalah pemantik semangat yang melangitkan cita. Selamat berhijrah . Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1442 Hijriyah, 1 Sura Jimakir 1954. ( )
(rhs)