Kisah Khalifah Umar Menginterogasi Khalid bin Walid, Gara-Gara Duit 10.000 Dirham

Jum'at, 14 Juni 2024 - 16:23 WIB
Panglima Perang Muslim, Abu Ubaidah, telah memecat Khalid bin Walid sebagai komandan batalion di Kinnasrin, Suriah. Ilustrasi: Ist
Kisah Khalifah Umar bin Khattab menginterogasi Khalid bin Walid , gara-gara memberi hadiah Al-­Asy'as bin Qais sebesar 10.000 dirham diceritakan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000).

Lantaran kasus itu juga, Panglima Perang Muslim, Abu Ubaidah bin Jarrah , telah memecat Khalid bin Walid sebagai komandan batalion di Kinnasrin, Suriah, atas perintah Khalifah Umar bin Khattab.

Sebelumnya, Umar bin Khattab telah menurunkan jabatan Khalid bin Walid di militer dari panglima perang tertinggi menjadi komandan batalion. Kedudukannya digantikan Abu Ubaidah bin Jarrah. Sejak pemecatan terakhir, Khalid tak lagi menjabat apa-apa.



Khalid bin Walid pun harus pulang ke Madinah sebagai orang yang sudah dipecat. Dia akan menemui Amirulmukminin Umar bin Khattab. Dia keluar dari markas Abu Ubaidah di Hims menuju Kinnasrin dengan hati yang masih bergolak, dengan kemarahan yang hampir merobek-robek jantungnya.

Inikah balasan atas segala yang sudah dipersembahkannya? Adakah Umar masih menyembunyikan dendamnya yang lama kepadanya?

Selama tahun-tahun itu ia mengabdi kepadanya karena kekuatan tenaganya dan kejeniusannya dalam perang sangat diperlukan. Tetapi sesudah merasa mampu sendiri, tenaganya sudah tidak lagi diperlukan, mencari-cari kelemahannya tidak dapat, lalu cerita Asy'as dan hadiahnya itu yang dipakai alasan dalam mengarang sebuah drama untuk memecatnya dari tugas, setelah harga dirinya diinjak-injak dan kehormatannya dicampakkan ke tanah di depan umum?!

Sungguh dia pendendam yang tak pernah melupakan dendamnya! Boleh jadi dendam itu makin membara setiap bintang Khalid bertambah cemerlang dan membuatnya makin membubung tinggi. Andaikata ia dipecat dari semua tugas itu saat ia naik sebagai Khalifah tentu masih dapat dimaafkan, karena ia pernah menyarankannya kepada Abu Bakar tetapi tidak dilaksanakan, dan baru terlaksana sesudah kemudian dia yang menggantikan kedudukannya.

Bahwa selama empat tahun dibiarkan ia memimpin pertempuran, menaklukkan lawan dalam perang, menundukkan semua pasukan musuh, menguasai Damsyik dan Yordania, Hims dibebaskan dan dengan paksa menaklukkan Kinnasrin, Halab kembali menjadi patuh, mengusir Heraklius dari Suriah, terus menyeberangi Qilqiah ke Armenia, dan terus bersambung ke Irak dan Syam. Sesudah semua itu, sekarang ia akan dipecat dengan tuduhan berkhianat atau pemborosan.



Tuduhan pengkhianatan itulah yang sungguh tak mampu Khalid menanggungnya, dan yang terhadap wakil-wakilnya yang lain pun memang sudah tak ada ampun lagi dari sikap Umar yang keras.

Khalid tidak membuat kesalahan dan tidak melakukan pelanggaran. Mana pula kekayaannya dibandingkan dengan perjuangan yang luar biasa itu! Apa pula prestasi mereka dibandingkan dengan prestasinya! Memang tak perlu diragukan, mereka adalah orang-orang yang berjasa besar.

Kemenangan Sa'ad bin Abi Waqqas di Kadisiah dan yang telah mem­bebaskan Mada'in, mengusir Yazdigird ke Ray, semua itu merupakan tindakan kepahlawanan yang sungguh gemilang.

Kemudian Amr bin As membebaskan Baitulmukadas adalah kemenangan besar yang tiada taranya. Tetapi Khalid, dialah yang pertama telah berjasa membebaskan Irak dan Syam. Dialah yang telah menundukkan Kisra dan menundukkan Kaisar, dia yang telah membuka pintu lebar-lebar untuk perjalanan Muslimin ke mana pun dikehendaki.

Dan kalaupun hadiah kepada Asy'as itu suatu perbuatan yang buruk, di mana pula tempatnya firman Allah "Segala perbuatan baik dapat menghilangkan segala perbuatan buruk." (Qur'an, 11:114). Biarlah Allah juga yang akan memberikan balasan baik kepada Khalid! Akhirnya Allah juga yang akan membuat pengawasan dan perhitungan dengan Umar!

Perasaan inilah yang berkecamuk dalam hati Khalid selama dalam perjalanannya dari Hims ke Kinnasrin. Ia mencurahkan perasaannya itu kepada beberapa orang anggota stafnya.



Mereka pun masih berusaha menghiburnya dengan mengingatkannya pada firman Allah: "Tiada seorang pun yang, tahu apa yang akan diperolehnya esok, dan tiada seorang pun yang tahu di bumi ia akan mati." (Qur'an, 31:34). Dan [huruf Arab] "Bagi-Nya tiada yang tersembunyi, sebesar zarah pun, di langit dan di bumi." (Qur'an, 34:3).

Khalid menjawab mereka dengan akibat penghinaan yang masih terasa pedihnya dalam hati: "Umar mewakilkan saya untuk Syam; sesudah sekarang Syam menjadi keju dan madu saya dipecat."

Sesampai di Kinnasrin api kemarahannya masih ditahannya, ditanggungnya sendiri. Dia berpidato di hadapan prajuritnya, disebutkannya betapa jaya perjuangan mereka bersama dia, dan samasekali tidak menjelek-jelekkan Umar.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Manusia yang paling dibenci Allah adalah yang keras kepala dan suka membantah.

(HR. Bukhari No. 6651)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More