Hari Tasyrik: Al-Quran Sangat Memperhatikan Urusan Makanan
Selasa, 18 Juni 2024 - 19:36 WIB
Hari Tasyrik merupakan hari raya umatIslam yang jatuh tiga hari setelah perayaan Iduladha , yakni pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Pada hari tersebut seluruh jemaah haji di Tanah Suci sedang melaksanakan prosesi lempar jumrah di Mina.
Sedangkan pada hari yang sama, umat Islam di negeri lainnya sibuk dengan menyembelih hewan kurban . Kata tasyrik sendiri berasal dari bahasa Arab “syuruq” yang artinya terbit.
Hal ini merujuk pada waktu penyembelihan hewan kurban saat Iduladha, yakni ketika matahari telah terbit. Oleh karena itu, hari Tasyrik dikenal juga sebagai hari menyantap makanan dan minuman .
Lalu, bagaimana makanan dibahas dalam al-Quran ?
48 Kali
Muhammad Quraish Shihab menjelaskan makanan atau tha'am dalam bahasa Al-Quran adalah segala sesuatu yang dimakan atau dicicipi. Karena itu "minuman" pun termasuk dalam pengertian tha'am. Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 249, menggunakan kata syariba (minum) dan yath'am (makan) untuk objek berkaitan dengan air minum.
Dalam bukunya berjudul "Wawasan al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Penerbit Mizan, 196), Quraish menjelaskan kata tha'am dalam berbagai bentuknya terulang dalam Al-Quran sebanyak 48 kali yang antara lain berbicara tentang berbagai aspek berkaitan dengan makanan. Belum lagi ayat-ayat lain yang menggunakan kosa kata selainnya.
Perhatian Al-Quran terhadap makanan sedemikian besar, sampai-sampai menurut pakar tafsir Ibrahim bin Umar Al-Biqa'i, "Telah menjadi kebiasaan Allah dalam Al-Quran bahwa Dia menyebut diri-Nya sebagai Yang Maha Esa, serta membuktikan hal tersebut melalui uraian tentang ciptaan-Nya, kemudian memerintahkan untuk makan (atau menyebut makanan)."
Lebih jauh dapat dikatakan bahwa Al-Quran menjadikan kecukupan pangan serta terciptanya stabilitas keamanan sebagai dua sebab utama kewajaran beribadah kepada Allah. Begitu antara lain kandungan firman-Nya dalam surat Quraisy (106) : 3-4:
"Hendaklah mereka menyembah Allah, yang memberi mereka makan sehingga terhindar dari lapar dan memberi keamanan dari segala macam ketakutan."
Sedangkan pada hari yang sama, umat Islam di negeri lainnya sibuk dengan menyembelih hewan kurban . Kata tasyrik sendiri berasal dari bahasa Arab “syuruq” yang artinya terbit.
Hal ini merujuk pada waktu penyembelihan hewan kurban saat Iduladha, yakni ketika matahari telah terbit. Oleh karena itu, hari Tasyrik dikenal juga sebagai hari menyantap makanan dan minuman .
Lalu, bagaimana makanan dibahas dalam al-Quran ?
48 Kali
Muhammad Quraish Shihab menjelaskan makanan atau tha'am dalam bahasa Al-Quran adalah segala sesuatu yang dimakan atau dicicipi. Karena itu "minuman" pun termasuk dalam pengertian tha'am. Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 249, menggunakan kata syariba (minum) dan yath'am (makan) untuk objek berkaitan dengan air minum.
Dalam bukunya berjudul "Wawasan al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Penerbit Mizan, 196), Quraish menjelaskan kata tha'am dalam berbagai bentuknya terulang dalam Al-Quran sebanyak 48 kali yang antara lain berbicara tentang berbagai aspek berkaitan dengan makanan. Belum lagi ayat-ayat lain yang menggunakan kosa kata selainnya.
Perhatian Al-Quran terhadap makanan sedemikian besar, sampai-sampai menurut pakar tafsir Ibrahim bin Umar Al-Biqa'i, "Telah menjadi kebiasaan Allah dalam Al-Quran bahwa Dia menyebut diri-Nya sebagai Yang Maha Esa, serta membuktikan hal tersebut melalui uraian tentang ciptaan-Nya, kemudian memerintahkan untuk makan (atau menyebut makanan)."
Lebih jauh dapat dikatakan bahwa Al-Quran menjadikan kecukupan pangan serta terciptanya stabilitas keamanan sebagai dua sebab utama kewajaran beribadah kepada Allah. Begitu antara lain kandungan firman-Nya dalam surat Quraisy (106) : 3-4:
"Hendaklah mereka menyembah Allah, yang memberi mereka makan sehingga terhindar dari lapar dan memberi keamanan dari segala macam ketakutan."
(mhy)