Ketika Proyek Kolonial Zionisme Dianggap Ilegal Mahkamah Internasional

Senin, 22 Juli 2024 - 14:37 WIB
Seorang pengunjuk rasa mengangkat tanda solidaritas terhadap Gaza di luar Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda. Foto: Al Jazeera
Mahkamah Internasional atau The International Court of Justice (ICJ), salah satu dari enam badan PBB, telah menyatakan bahwa kehadiran Israel di wilayah pendudukan Palestina adalah ilegal dan harus diakhiri sesegera mungkin.

Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri Israel menolak resolusi tersebut, dan menyebutnya “secara fundamental tidak benar dan bias.”

Xavier Villar, peneliti yang berbasis di Spanyol, mengatakan dari sudut pandang politik, Zionisme , seperti proyek kolonial lainnya, perlu membenarkan tujuannya dalam kaitannya dengan peradaban.

"Dalam konteks ini, kita dapat mengingat Theodor Herzl , pendiri gerakan rasis Zionis Austria-Hongaria, yang pada tahun 1896 menggambarkan koloni masa depan tersebut sebagai 'benteng Eropa melawan Asia, sebuah pos terdepan peradaban melawan barbarisme'," tulis Xavier Villar dalam artikelnya berjudul "Free Palestine: ICJ ruling recognizes the colonial nature of Zionist entity" sebagaimana dilansir Press TV, Ahad 21 Juli 2024.



Pada tahun 1936, Chaim Weizmann, pemimpin Organisasi Zionis, menggambarkan orang-orang Palestina sebagai “kekuatan penghancur, kekuatan gurun” dan pemukim Yahudi sebagai “kekuatan peradaban dan konstruksi.”

Pembenaran peradaban ini mengungkapkan bahwa, sejak awal berdirinya, entitas Zionis telah membingkai narasinya dalam istilah kolonial, berupaya untuk melenyapkan penduduk asli Palestina.

Sejarawan Patrick Wolfe mencatat bahwa koloni pemukim didasarkan pada pemusnahan masyarakat asli… Penjajah akan tetap tinggal: invasi lebih dari sekadar peristiwa, ini adalah sebuah struktur.”

Dalam praktiknya, kolonialisme Israel diwujudkan melalui berbagai mekanisme yang dirancang untuk mengkonsolidasikan fait accomplis, seperti pembangunan pemukiman, kolonisasi ekonomi, dan pendudukan militer.

"Mekanisme ini bertujuan untuk membenarkan aneksasi administratif dan hukum atas wilayah Palestina," ujar Xavier Villar.

Oleh karena itu, Palestina dapat dianggap sebagai 'laboratorium proses dominasi dan perampasan global'.

Sejak awal dan bahkan sebelumnya, logika kolonial telah ditetapkan. Meskipun Zionis berupaya untuk menampilkan negaranya sebagai negara yang tidak berpenghuni, Palestina masih memiliki penduduk asli.



Menurut Xavier Villar, proyek untuk melenyapkan penduduk asli sudah ada sejak awal. Antara 30 November 1947 hingga 14 Mei 1948, lebih dari 400.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka dan kehilangan tempat tinggal. Pada bulan Desember 1948, 350.000 orang lainnya mengalami nasib yang sama.

Pada tahun 1947, perdana menteri Israel saat itu secara eksplisit menyatakan bahwa tujuan Zionisme adalah untuk "menaklukkan negara, secara keseluruhan atau sebagian besar, dan melanggengkan penaklukan ini sampai tercapai kesepakatan politik."

Setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, Israel terus memperluas pendudukannya ke wilayah tambahan Palestina. Permukiman Israel didirikan di wilayah di mana penduduk setempat telah diusir, dilarang untuk kembali, dan properti mereka disita, sesuai dengan Undang-Undang Properti Absentee Israel tahun 1950.

Pemukiman pertama, Kfar Etzion, terletak di antara Yerusalem dan Hebron yang diduduki, menandai awal dari serangkaian apa yang disebut 'pemukiman keamanan'.

Pemukiman ini tidak dimaksudkan untuk eksploitasi pertanian atas tanah tetapi untuk perampasan wilayah, dan oleh karena itu dianggap sebagai bagian integral dari kolonialisme pemukim.



Menurut Pasal 49, Ayat 6, Konvensi Jenewa Keempat dan Resolusi PBB 242 November 1967, penciptaan dan perluasan permukiman di wilayah pendudukan dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا الۡقُرۡاٰنَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِنۡ مُّدَّكِرٍ
Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

(QS. Al-Qamar Ayat 22)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More