Perang Salib IV: Kisah Perang Konstantinopel, Lawannya Bukan Kaum Muslimin
Senin, 05 Agustus 2024 - 10:25 WIB
Perang Salib IV terjadi pada tahun 1202-1204. Perang ini merupakan perang yang jauh melenceng dari tujuan awalnya. Dalam perang tersebut bahkan tidak terdapatpertempuran antara Kristen dengan Islam .
Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebut Perang Salib IV bisa dibilang sangat aneh karena melibatkan pertikaian antara sesama kaum Kristen. Dalam perang tersebut, pasukan Salib melawan kaumnya, sesama Kristen, yaitu Kerajaan Byzantium .
Dikisahkan, pada waktu Perang Salib III, pasukan Salib memperoleh kemenangan yang luar biasa atas Dinasti Ayyubiyah yang tampil sebagai wakil Islam. Kemenangan tersebut tidak lengkap tanpa direbutnya Yerusalem kembali.
Keadaan Yerusalem yang masih dikuasai Islam membuat Paus Inosentius III mengeluarkan keputusan untuk mengirimkan kembali pasukan Salib ke kota itu untuk keempat kalinya dari arah selatan, karena invasi ke Yerusalem dari arah utara selalu mengalami kegagalan pada perang sebelumnya.
Pada tahun 1203, rombongan pasukan Salib dalam perjalanan mengalihkan tujuan yang semula ke Acre menuju Konstantinopel. Perubahan tujuan tersebut karena sebagian besar pimpinan pasukan Salib menyetujui permintaan dari Alexios IV Angelos untuk mengembalikan takhta ayahnya, Isaac II Angelos, yang direbut oleh Alexios III Angelos.
Dari perjanjian tersebut, jika pasukan Salib berhasil mengalahkan kekuasaan Alexios III Angelos dan mengembalikan takhta ke ayahnya, maka pasukan Salib akan diberi bantuan dana dan juga sejumlah pasukan dari Byzantium untuk merebut Yerusalem dari tangan Islam.
Bantuan dari Byzantium sangat diharapkan pasukan Salib sebagai persiapan menghadapi perang di Yerusalem.
Michael Angold dalam bukunya berjudul "Fourth Crusade: Event and Context" (New York: Longman Publishing Group, 2003) mencatat pada bulan Juni 1203 akhirnya pasukan Salib tiba di Konstantinopel.
Pertempuran terjadi antara pasukan Salib melawan Byzantium pada tanggal 11 Juli hingga 1 Agustus 1203. Pertempuran tersebut dinamakan Pertempuran Konstantinopel karena terjadi di dalam kota.
Pertempuran tersebut dimenangkan oleh pasukan Salib sehingga Alexios IV Angelos dinobatkan menjadi raja. Akan tetapi. Alexios IV Angelos ternyata tidak disukai oleh rakyatnya.
Awal Februari 1204, Byzantium memiliki dua raja karena menantu dari Alexios III Angelos yang bernama Alexios Doukas menobatkan dirinya menjadi raja.
Alexios Doukas lebih dicintai rakyat dan memperoleh dukungan militer dari Byzantium sehinga pada tanggal 8 Februari 1204, Alexios IV Angelos dijatuhi hukuman mati.
Hal tersebut membuat pasukan Salib tidak terima karena mereka juga belum menerima upah dari Alexios IV Angelos.
Pada 8 April 1204, Pertempuran Konstantinopel kembali pecah. Pada pertempuran kedua tersebut, kemenangan kembali diperoleh pasukan Salib yang dipimpin oleh Enrico Dandolo, pemimpin Republik Venesia, dan dibantu oleh rekannya dari Montferrat, Boniface I.
Kemenangan tersebut membuat Konstantinopel dikuasai oleh pasukan Salib yang mengakibatkan Byzantium akhirnya terpecah. Pasukan Salib akhirnya menguasai pemerintahan, terinspirasi pendirian kerajaan Yerusalem.
Setelah ditaklukkan, pasukan Salib mendirikan Kerajaan Latin Romawi. Kerajaan tersebut hanya bertahan selama 61 tahun karena mengalami kekalahan saat melawan Kekaisaran Nicaea, penerus sah Byzantium.
Sejak kekalahan tersebut, Byzantium berdiri lagi setelah lebih dari setengah abad dikuasai oleh pasukan Salib. Pendirian kerajaan oleh pasukan Salib tersebut juga tidak dapat menghilangkan kekuatan mayoritas dari segi etnis, bahasa, dan agama.
Byzantium berbahasa Yunani dan memeluk Kristen Ortodoks, sedangkan kerajaan buatan pasukan Salib berbahasa resmi Latin dan Prancis dengan agama resmi Katolik.
Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebut Perang Salib IV bisa dibilang sangat aneh karena melibatkan pertikaian antara sesama kaum Kristen. Dalam perang tersebut, pasukan Salib melawan kaumnya, sesama Kristen, yaitu Kerajaan Byzantium .
Dikisahkan, pada waktu Perang Salib III, pasukan Salib memperoleh kemenangan yang luar biasa atas Dinasti Ayyubiyah yang tampil sebagai wakil Islam. Kemenangan tersebut tidak lengkap tanpa direbutnya Yerusalem kembali.
Keadaan Yerusalem yang masih dikuasai Islam membuat Paus Inosentius III mengeluarkan keputusan untuk mengirimkan kembali pasukan Salib ke kota itu untuk keempat kalinya dari arah selatan, karena invasi ke Yerusalem dari arah utara selalu mengalami kegagalan pada perang sebelumnya.
Pada tahun 1203, rombongan pasukan Salib dalam perjalanan mengalihkan tujuan yang semula ke Acre menuju Konstantinopel. Perubahan tujuan tersebut karena sebagian besar pimpinan pasukan Salib menyetujui permintaan dari Alexios IV Angelos untuk mengembalikan takhta ayahnya, Isaac II Angelos, yang direbut oleh Alexios III Angelos.
Dari perjanjian tersebut, jika pasukan Salib berhasil mengalahkan kekuasaan Alexios III Angelos dan mengembalikan takhta ke ayahnya, maka pasukan Salib akan diberi bantuan dana dan juga sejumlah pasukan dari Byzantium untuk merebut Yerusalem dari tangan Islam.
Bantuan dari Byzantium sangat diharapkan pasukan Salib sebagai persiapan menghadapi perang di Yerusalem.
Michael Angold dalam bukunya berjudul "Fourth Crusade: Event and Context" (New York: Longman Publishing Group, 2003) mencatat pada bulan Juni 1203 akhirnya pasukan Salib tiba di Konstantinopel.
Pertempuran terjadi antara pasukan Salib melawan Byzantium pada tanggal 11 Juli hingga 1 Agustus 1203. Pertempuran tersebut dinamakan Pertempuran Konstantinopel karena terjadi di dalam kota.
Pertempuran tersebut dimenangkan oleh pasukan Salib sehingga Alexios IV Angelos dinobatkan menjadi raja. Akan tetapi. Alexios IV Angelos ternyata tidak disukai oleh rakyatnya.
Awal Februari 1204, Byzantium memiliki dua raja karena menantu dari Alexios III Angelos yang bernama Alexios Doukas menobatkan dirinya menjadi raja.
Alexios Doukas lebih dicintai rakyat dan memperoleh dukungan militer dari Byzantium sehinga pada tanggal 8 Februari 1204, Alexios IV Angelos dijatuhi hukuman mati.
Hal tersebut membuat pasukan Salib tidak terima karena mereka juga belum menerima upah dari Alexios IV Angelos.
Pada 8 April 1204, Pertempuran Konstantinopel kembali pecah. Pada pertempuran kedua tersebut, kemenangan kembali diperoleh pasukan Salib yang dipimpin oleh Enrico Dandolo, pemimpin Republik Venesia, dan dibantu oleh rekannya dari Montferrat, Boniface I.
Baca Juga
Kemenangan tersebut membuat Konstantinopel dikuasai oleh pasukan Salib yang mengakibatkan Byzantium akhirnya terpecah. Pasukan Salib akhirnya menguasai pemerintahan, terinspirasi pendirian kerajaan Yerusalem.
Setelah ditaklukkan, pasukan Salib mendirikan Kerajaan Latin Romawi. Kerajaan tersebut hanya bertahan selama 61 tahun karena mengalami kekalahan saat melawan Kekaisaran Nicaea, penerus sah Byzantium.
Sejak kekalahan tersebut, Byzantium berdiri lagi setelah lebih dari setengah abad dikuasai oleh pasukan Salib. Pendirian kerajaan oleh pasukan Salib tersebut juga tidak dapat menghilangkan kekuatan mayoritas dari segi etnis, bahasa, dan agama.
Byzantium berbahasa Yunani dan memeluk Kristen Ortodoks, sedangkan kerajaan buatan pasukan Salib berbahasa resmi Latin dan Prancis dengan agama resmi Katolik.
Baca Juga
(mhy)