Awal Islam Jadi Penguasa di Eropa: Kisah 500 Penyusup Dipimpin Tharif bin Malik
Selasa, 20 Agustus 2024 - 12:17 WIB
Wilayah yang dikuasai Islam itu adalah Semenanjung Iberia. Ini merupakan wilayah di selatan Eropa bagian paling barat. Kini, Semenanjung Iberia termasuk bagian dari Republik Portugal , Kerajaan Spanyol , dan Andorra. Dahulu orang-orang Islam menyebut wilayah ini dengan nama Andalusia .
Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebut sebelum Islam datang, Semenanjung Iberia dikuasai oleh Kerajaan Visigoth.
Kerajaan ini runtuh disebabkan perpecahan antara bangsawan Visigoth sendiri. Terdapat perselisihan antara Raja Roderick dengan salah satu gubernur Visigoth di Ceuta, Maroko , yang bernama Julian.
Perselisihan itu terjadi karena Julian sakit hati terhadap Roderick yang memperkosa saudara perempuannya bernama Florinda la Cava.
Kisah Florinda dan Roderick ini dalam versi lain disebut hanya sebuah dongeng rakyat pada masa itu. Roderick yang telah mempunyai permaisuri dikabarkan menyukai saudara perempuan Julian itu. Kala itu, Julian adalah bangsawan Visigoth yang menjabat gubernur di Ceuta, wilayah Kerajaan Visigoth di Maghrib.
Julian juga merupakan prajurit yang tangguh karena berhasil mempertahankan Ceuta di Maghrib dari serangan pasukan Kekhalifahan Umayyah .
Namun akibat marah dan dendam itulah Julian menggunakan kekuatan asing untuk mengalahkan Roderick. Kekuatan asing yang dimaksud yaitu orang Arab dan Berber yang terkenal akan keberanian mereka dan tidak takut mati di medan perang.
Pengalaman Julian melihat sendiri kehebatan pasukan Kekhalifahan Ummayah tersebut membuat dia bersekutu dengan Gubernur Kekhalifahan Umayyah di Afrika yang pada waktu itu dipimpin oleh Musa bin Nushair.
George Nafziger dan Mark Walton dalam buku "Islam at War: A History" (Westport: Praeger, 2003) menyebut naik takhtanya Roderick pada tahun 710 membuat Julian bertindak cepat untuk mengalahkan Roderick di Toledo.
Menanggapi permintaan Julian, pada tahun 710, Musa bin Nushair menugaskan Thariq bin Ziyad untuk memulai invasi menaklukkan Visigoth sesuai dengan permintaan Julian.
Thariq selaku jenderal menugaskan bawahannya yang bernama Tharif bin Malik untuk menyeberangi Selat Gibraltar. Tharif membawa 100 tentara Arab dan 400 tentara Berber dengan empat kapal milik Julian dari Pelabuhan Cueta.
Tugas Tharif dan pasukannya adalah membaca keadaan geografis Andalusia dengan menyusuri pantai selatan. Dapat dikatakan bahwa Tharif bin Malik dan pasukan yang dibawa adalah tentara penyusup yang mengumpulkan data-data untuk mempersiapkan kira-kira di daerah mana pasukan utama akan didaratkan, serta memberikan informasi mengenai pertahanan Kerajaan Visigoth.
Jadi dari fakta sejarah tersebut dalam menaklukkan Andalusia yang dikuasai Visigoth, pasukan Kekhalifahan Ummayah telah mempunyai strategi yang luar biasa dalam militer. Tentu pengiriman tersebut diduga saran dari Julian mengingat keadaan alam antara Andalusia dengan Maghrib sangat kontras.
Selanjutnya, untuk mengenang keberanian Tharif, namanya diabadikan menjadi nama kota di Andalusia yang bernama Tarifa.
Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebut sebelum Islam datang, Semenanjung Iberia dikuasai oleh Kerajaan Visigoth.
Kerajaan ini runtuh disebabkan perpecahan antara bangsawan Visigoth sendiri. Terdapat perselisihan antara Raja Roderick dengan salah satu gubernur Visigoth di Ceuta, Maroko , yang bernama Julian.
Perselisihan itu terjadi karena Julian sakit hati terhadap Roderick yang memperkosa saudara perempuannya bernama Florinda la Cava.
Kisah Florinda dan Roderick ini dalam versi lain disebut hanya sebuah dongeng rakyat pada masa itu. Roderick yang telah mempunyai permaisuri dikabarkan menyukai saudara perempuan Julian itu. Kala itu, Julian adalah bangsawan Visigoth yang menjabat gubernur di Ceuta, wilayah Kerajaan Visigoth di Maghrib.
Julian juga merupakan prajurit yang tangguh karena berhasil mempertahankan Ceuta di Maghrib dari serangan pasukan Kekhalifahan Umayyah .
Namun akibat marah dan dendam itulah Julian menggunakan kekuatan asing untuk mengalahkan Roderick. Kekuatan asing yang dimaksud yaitu orang Arab dan Berber yang terkenal akan keberanian mereka dan tidak takut mati di medan perang.
Pengalaman Julian melihat sendiri kehebatan pasukan Kekhalifahan Ummayah tersebut membuat dia bersekutu dengan Gubernur Kekhalifahan Umayyah di Afrika yang pada waktu itu dipimpin oleh Musa bin Nushair.
George Nafziger dan Mark Walton dalam buku "Islam at War: A History" (Westport: Praeger, 2003) menyebut naik takhtanya Roderick pada tahun 710 membuat Julian bertindak cepat untuk mengalahkan Roderick di Toledo.
Menanggapi permintaan Julian, pada tahun 710, Musa bin Nushair menugaskan Thariq bin Ziyad untuk memulai invasi menaklukkan Visigoth sesuai dengan permintaan Julian.
Thariq selaku jenderal menugaskan bawahannya yang bernama Tharif bin Malik untuk menyeberangi Selat Gibraltar. Tharif membawa 100 tentara Arab dan 400 tentara Berber dengan empat kapal milik Julian dari Pelabuhan Cueta.
Tugas Tharif dan pasukannya adalah membaca keadaan geografis Andalusia dengan menyusuri pantai selatan. Dapat dikatakan bahwa Tharif bin Malik dan pasukan yang dibawa adalah tentara penyusup yang mengumpulkan data-data untuk mempersiapkan kira-kira di daerah mana pasukan utama akan didaratkan, serta memberikan informasi mengenai pertahanan Kerajaan Visigoth.
Jadi dari fakta sejarah tersebut dalam menaklukkan Andalusia yang dikuasai Visigoth, pasukan Kekhalifahan Ummayah telah mempunyai strategi yang luar biasa dalam militer. Tentu pengiriman tersebut diduga saran dari Julian mengingat keadaan alam antara Andalusia dengan Maghrib sangat kontras.
Selanjutnya, untuk mengenang keberanian Tharif, namanya diabadikan menjadi nama kota di Andalusia yang bernama Tarifa.
(mhy)