Thariq bin Ziyad: Penakluk Andalusia, Pernah Bermimpi Bertemu Nabi SAW
loading...
A
A
A
Thariq bin Ziyad adalah pahlawan Islam yang sukses menaklukan Andalusia, Kordoba, Granada, dan Toledo. Suatu hari, ia bermimpi bertemu Rasulullah SAW . Di dalam mimpinya, Rasulullah berkata kepada Thariq, “Beranilah wahai Thariq! Dan selesaikan apa yang telah ditakdirkan untukmu.”
Alkisah, di Gunung Hollow pada musim semi tahun 711 M. Seorang lelaki berdiri dan termenung. Dia menatap hamparan pegunungan yang berada di hadapannya. Ya, gunung itu oleh penduduk setempat pada waktu itu dinamai Gunung Hollow sebuah nama Romawi.
Orang itu adalah Thariq bin Ziyad. Setelah Thariq menguasai Gunung Hollow, baik puncaknya, lembahnya, punggungannya, dan air-air yang mengalir di dalamnya akan dikenal dengan namanya sendiri: Gunung Thariq. Di dalam bahasa Arab itu disebut dengan Jabal Thariq, sementara dalam bahasa Inggris, sekarang kita mengenalnya dengan sebutan Gibraltar.
Bekas Budak
Eamon Gearon dalam bukunya berjudul Turning Points in Middle Eastern History, menceritakan Thariq adalah penduduk asli Afrika Utara, mungkin dari wilayah yang kita kenal sekarang sebagai Libya. Dia merupakan anak suku Berber, yang merupakan penduduk asli Afrika Utara.
Orang Berber adalah orang pertama yang mendiami wilayah barat laut Afrika. Pada akhir abad ke-7, orang-orang Arab Muslim mendatangi Afrika Utara, menaklukkan daerah tersebut dan mengenalkan agama Islam dan bahasa Arab. Kelompok minoritas Berber menerima Islam namun mempertahankan bahasa dan adat istiadatnya.
Pada peristiwa penaklukan tersebut, Thariq dan sukunya mengalami kekalahan, dan dia harus dipenjara sebagai tawanan perang.
Selanjutnya Thariq menjadi tawanan milik Musa bin Nusayr, Gubernur asal Arab untuk Ifriqiya (sekarang Tunisia), yang sebelumnya merupakan provinsi milik Kekaisaran Romawi. Bertahun-tahun selanjutnya Thariq menghabiskan hidupnya menjadi seorang budak.
Namun, Musa bin Nusayr, menyadari ada sesuatu yang lain dari sosok Thariq. Dia melihat Thariq merupakan seorang pemberani, dan dia memiliki bakat untuk menjadi pemimpin. Musa kemudian memberikan Thariq kebebasan, dan selanjutnya dia mengabdi menjadi tentara di bawah kepemimpinan Musa.
Thariq kemudian masuk Islam, dan karena bakat kepemimpinannya, karirnya melejit naik, oleh Musa dia diangkat menjadi jenderal.
Kehidupannya telah berubah secara dramatis, sekarang dia berdiri sebagai seorang jenderal yang memimpin pasukannya, bersiap-siap untuk melakukan serangan ke Spanyol.
Sejarawan Islam, Ibnu Khaldun mengisahkan, bahwa Thariq telah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW di dalam mimpinya. Di dalam mimpinya, Rasulullah berkata kepada Thariq, “beranilah wahai Thariq! Dan selesaikan apa yang telah ditakdirkan untukmu.”
Andalusia Sebelum Islam
Masyarakat Andalusia pada masa sebelum datangnya kekuasaan Islam berada di bawah Kerajaan Gothik atau Visigothik. Kerajaan ini menempati daerah yang kini menjadi Prancis barat daya dan Semenanjung Iberia sejak abad ke-5 hingga abad ke-8 masehi.
Sebagai salah satu negara Jermanik penerus Kekaisaran Romawi Barat, kerajaan ini pada awalnya bermula dari pemukiman Visigoth di bawah raja Wallia di provinsi Aquaitaine di Prancis selatan oleh pemerintahan Romawi dan meluas melalui penaklukan di semenanjung Iberia.
Pada masa kepemimpinan raja Roderic kondisi Kerajaan menjadi tidak kondusif karena ia dikenal sebagai penguasa yang tidak toleran.
Keadaan demikian memicu munculnya konflik, penderitaan, kemelaratan akibat ketidakadilan, dan tertindasnya masyarakat kelas bawah dan masyarakat yang tidak sefaham dengan kerajaan.
Keadaan menjadi lebih tidak kondusif dengan dibuatnya kebijakan ekonomi kerajaan yang membiarkan tanah-tanah tidak digarap, pabrik-pabrik ditutup secara sepihak dan sarana transportasi tidak mendapatkan perhatian. Hal ini memicu lumpuhnya ekonomi masyarakat.
Pemerintahan Raja Roderick menjadi kacau setelah adanya perebutan kekuasaan antara dirinya dengan keturunan Witiza dan ratu Julian. Ini dikarenakan pada sekitar tahun 710 M Raja Visigothik pada waktu itu Witiza dikudeta oleh Roderick, dan Roderick menodai puteri dari Julian, gubernur Ceutia, Afrika Utara. Konflik tersebut ditambah dengan kebijakan politik Raja yang otoriter serta sering membuat keputusan yang sepihak.
Imbasnya kekuatan militer Roderick menjadi sangat lemah. Kondisi pasukan yang hanya dari kalangan budak melemahkan kekuatan militer yang pada waktu itu harus berhadapan dengan kekuatan umat Yahudi yang berkoalisi dengan tentara Islam.
Alkisah, di Gunung Hollow pada musim semi tahun 711 M. Seorang lelaki berdiri dan termenung. Dia menatap hamparan pegunungan yang berada di hadapannya. Ya, gunung itu oleh penduduk setempat pada waktu itu dinamai Gunung Hollow sebuah nama Romawi.
Orang itu adalah Thariq bin Ziyad. Setelah Thariq menguasai Gunung Hollow, baik puncaknya, lembahnya, punggungannya, dan air-air yang mengalir di dalamnya akan dikenal dengan namanya sendiri: Gunung Thariq. Di dalam bahasa Arab itu disebut dengan Jabal Thariq, sementara dalam bahasa Inggris, sekarang kita mengenalnya dengan sebutan Gibraltar.
Bekas Budak
Eamon Gearon dalam bukunya berjudul Turning Points in Middle Eastern History, menceritakan Thariq adalah penduduk asli Afrika Utara, mungkin dari wilayah yang kita kenal sekarang sebagai Libya. Dia merupakan anak suku Berber, yang merupakan penduduk asli Afrika Utara.
Orang Berber adalah orang pertama yang mendiami wilayah barat laut Afrika. Pada akhir abad ke-7, orang-orang Arab Muslim mendatangi Afrika Utara, menaklukkan daerah tersebut dan mengenalkan agama Islam dan bahasa Arab. Kelompok minoritas Berber menerima Islam namun mempertahankan bahasa dan adat istiadatnya.
Pada peristiwa penaklukan tersebut, Thariq dan sukunya mengalami kekalahan, dan dia harus dipenjara sebagai tawanan perang.
Selanjutnya Thariq menjadi tawanan milik Musa bin Nusayr, Gubernur asal Arab untuk Ifriqiya (sekarang Tunisia), yang sebelumnya merupakan provinsi milik Kekaisaran Romawi. Bertahun-tahun selanjutnya Thariq menghabiskan hidupnya menjadi seorang budak.
Namun, Musa bin Nusayr, menyadari ada sesuatu yang lain dari sosok Thariq. Dia melihat Thariq merupakan seorang pemberani, dan dia memiliki bakat untuk menjadi pemimpin. Musa kemudian memberikan Thariq kebebasan, dan selanjutnya dia mengabdi menjadi tentara di bawah kepemimpinan Musa.
Thariq kemudian masuk Islam, dan karena bakat kepemimpinannya, karirnya melejit naik, oleh Musa dia diangkat menjadi jenderal.
Kehidupannya telah berubah secara dramatis, sekarang dia berdiri sebagai seorang jenderal yang memimpin pasukannya, bersiap-siap untuk melakukan serangan ke Spanyol.
Sejarawan Islam, Ibnu Khaldun mengisahkan, bahwa Thariq telah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW di dalam mimpinya. Di dalam mimpinya, Rasulullah berkata kepada Thariq, “beranilah wahai Thariq! Dan selesaikan apa yang telah ditakdirkan untukmu.”
Andalusia Sebelum Islam
Masyarakat Andalusia pada masa sebelum datangnya kekuasaan Islam berada di bawah Kerajaan Gothik atau Visigothik. Kerajaan ini menempati daerah yang kini menjadi Prancis barat daya dan Semenanjung Iberia sejak abad ke-5 hingga abad ke-8 masehi.
Sebagai salah satu negara Jermanik penerus Kekaisaran Romawi Barat, kerajaan ini pada awalnya bermula dari pemukiman Visigoth di bawah raja Wallia di provinsi Aquaitaine di Prancis selatan oleh pemerintahan Romawi dan meluas melalui penaklukan di semenanjung Iberia.
Pada masa kepemimpinan raja Roderic kondisi Kerajaan menjadi tidak kondusif karena ia dikenal sebagai penguasa yang tidak toleran.
Keadaan demikian memicu munculnya konflik, penderitaan, kemelaratan akibat ketidakadilan, dan tertindasnya masyarakat kelas bawah dan masyarakat yang tidak sefaham dengan kerajaan.
Keadaan menjadi lebih tidak kondusif dengan dibuatnya kebijakan ekonomi kerajaan yang membiarkan tanah-tanah tidak digarap, pabrik-pabrik ditutup secara sepihak dan sarana transportasi tidak mendapatkan perhatian. Hal ini memicu lumpuhnya ekonomi masyarakat.
Pemerintahan Raja Roderick menjadi kacau setelah adanya perebutan kekuasaan antara dirinya dengan keturunan Witiza dan ratu Julian. Ini dikarenakan pada sekitar tahun 710 M Raja Visigothik pada waktu itu Witiza dikudeta oleh Roderick, dan Roderick menodai puteri dari Julian, gubernur Ceutia, Afrika Utara. Konflik tersebut ditambah dengan kebijakan politik Raja yang otoriter serta sering membuat keputusan yang sepihak.
Imbasnya kekuatan militer Roderick menjadi sangat lemah. Kondisi pasukan yang hanya dari kalangan budak melemahkan kekuatan militer yang pada waktu itu harus berhadapan dengan kekuatan umat Yahudi yang berkoalisi dengan tentara Islam.