Apakah Rasulullah Belajar di Pesantren?

Senin, 23 September 2024 - 14:33 WIB
Kisah pengasuhan Rasulullah oleh Halimah As-Sadiyah adalah pengingat bahwa pendidikan tidak selalu harus forma. Foto: Universitas Darunnajah
Oleh: Muhammad Irfanudin Kuniawan

Dosen Universitas Darunnajah

KISAHmasa kecil Rasulullah Muhammad SAW memberikan banyak pelajaran berharga tentang pendidikan dan pengasuhan. Meskipun tidak ada catatan bahwa beliau belajar di pesantren seperti yang kita kenal sekarang, pengalaman hidupnya, terutama saat diasuh oleh Halimah As-Sa'diyah , menawarkan inspirasi yang mendalam tentang pentingnya pendidikan dan nilai-nilai yang bisa kita ambil terkait konteks pendidikan pesantren.

Ketika Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah (sekitar 570 M), ia disusui oleh ibunya, Aminah , dan kemudian oleh Tsuwaibah, seorang budak dari Abu Lahab. Selain itu, nabi juga dikirim ke pedesaan untuk diasuh oleh Halimah As-Sa'diyah, seorang wanita dari suku Badui Bani Sa’ad. Pada masa itu, tradisi masyarakat Arab adalah menitipkan bayi mereka kepada wanita dari pedesaan untuk mendapatkan lingkungan yang lebih sehat dan bahasa Arab yang lebih murni.



Peristiwa pola asuh itu tercatat jelas dalam kitab "Ar-Rahiq Al-Makhtum" yang ditulis oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. Buku ini merupakan salah satu biografi Nabi Muhammad SAW yang komprehensif dan diakui secara internasional. Di dalamnya dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW mulai diasuh oleh Halimah As-Sa'diyah ketika beliau masih bayi, pada usia beberapa bulan.

Begitu juga dalam buku "Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources" oleh Martin Lings. Sebuah biografi Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam bahasa Inggris, namun menggunakan sumber-sumber sirah klasik. Martin Lings menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW diasuh oleh Halimah As-Sa'diyah saat beliau masih bayi hingga usia sekitar empat tahun.

Kedua buku ini memberikan rincian yang mendalam mengenai fase kehidupan awal Nabi Muhammad SAW, termasuk pengasuhan oleh Halimah As-Sa'diyah.

Halimah datang ke Makkah dalam keadaan sulit; keluarganya mengalami paceklik dan kekurangan. Namun, ketika ia melihat Nabi Muhammad, hatinya tergerak untuk mengasuhnya meskipun ia adalah anak yatim. Setelah mengasuh Nabi Muhammad, kehidupan Halimah dan keluarganya berubah menjadi lebih baik. Susu unta dan domba mereka melimpah setelah mengasuh Nabi Muhammad. Ini menunjukkan bahwa keberkahan sering kali datang kepada mereka yang berbuat baik dan tulus.



Kisah pengasuhan Rasulullah Muhammad SAW oleh Halimah As-Sa'diyah di pedesaan mengandung banyak pelajaran berharga yang relevan dengan pendidikan di pesantren.

Ketika diasuh oleh Halimah di pedesaan, Rasulullah tumbuh dalam lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan dan godaan kota. Ia dikelilingi oleh nilai-nilai luhur seperti kesederhanaan, kejujuran, dan kepedulian terhadap sesama. Lingkungan pesantren juga menawarkan suasana yang kondusif untuk pembentukan karakter. Di sini, para santri belajar tidak hanya ilmu agama tetapi juga bagaimana menjadi pribadi yang baik melalui keteladanan dari para kyai dan ustadz.

Meskipun hidup dalam kesederhanaan, Halimah tidak pernah mengeluh. Ia bekerja keras untuk merawat Rasulullah dengan sepenuh hati. Ini mengajarkan bahwa ketekunan dalam belajar sangat penting. Di pesantren, setiap pelajaran adalah kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Para Kiai, asatid dan santri diajarkan untuk pantang menyerah menghadapi kesulitan, karena setiap usaha akan membuahkan hasil.

Sejak kecil, Rasulullah diajarkan untuk bersikap jujur dan penuh kasih sayang kepada sesama. Nilai-nilai ini ditanamkan oleh Halimah melalui keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga di pesantren, Kiai dan asatidz menjadi model atau uswah bagi santri , para santri juga diajarkan untuk menerapkan akhlak mulia dalam interaksi dengan teman-teman dan lingkungannya. Mereka diharapkan menjadi teladan dengan sikap sopan santun dan saling menghargai.



Seperti Halimah yang berharap mendapatkan keberkahan dengan mengasuh Rasulullah, para santri di pesantren juga mencari keberkahan melalui ilmu pengetahuan. Pendidikan di pesantren bukan hanya tentang mendapatkan gelar, tetapi juga membangun diri menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan ilmu yang bermanfaat, para santri dapat membantu orang lain dan memberikan dampak positif.

Dengan demikian meneladani semangat belajar Rasulullah dan para sahabatnya, para santri dapat menjadi generasi penerus yang berilmu dan berakhlak mulia. Kita harys selalu ngat bahwa setiap langkah kecil menuju ilmu adalah langkah besar menuju masa depan yang lebih baik! Pesantren mencetak generasi yang siap menjadi pemimpin المعهد مصنع الرجال dan agen perubahan di masyarakat ومصنع التغيير في المجتمع.

Kisah pengasuhan Rasulullah oleh Halimah As-Sa'diyah mengingatkan kita bahwa pendidikan tidak hanya tentang menuntut ilmu secara formal, tetapi juga pembentukan karakter melalui lingkungan dan keteladanan. Nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini akan menjadi bekal berharga bagi santri dalam menjalani kehidupan. Sistem pendidikan tersebut saat ini dikenal dengan trilogi pendidikan yaitu pendidikan yang menggabungkan tiga ranah, rumah, sekolah dan masyarakat. Sistem inilah yang saat ini masih terus terjaga di Pesantren.

Kisah pengasuhan Rasulullah oleh Halimah As-Sa'diyah adalah pengingat bahwa pendidikan tidak selalu harus formal; lingkungan dan nilai-nilai yang ditanamkan juga sangat penting.

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.  Ada seorang sahabat bertanya: bagaimana maksud amanat disia-siakan?  Nabi menjawab: Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.

(HR. Bukhari No. 6015)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More