Kisah Nabi Muhammad Mendamaikan Suku yang Bertikai

Jum'at, 26 Juni 2020 - 00:05 WIB
loading...
Kisah Nabi Muhammad Mendamaikan Suku yang Bertikai
Tak ada manusia yang mendapat pujian agung dari Allah Taala kecuali Al-Musthafa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Foto Ilustrasi/Ist
A A A
Tak ada manusia yang mendapat pujian agung dari Allah Ta'ala kecuali Al-Musthafa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Beliau dipuji Allah dengan kalimat yang diabadikan dalam Surah Al-Qalam ayat 4: "Wa innaka la'alaa khuluqin 'azhiim" yang artinya "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung".

Keindahan akhlak beliau SAW banyak diceritakan dalam Sirah Nabawiyah. Salah satunya mendamaikan para suku Arab yang berselisih. Ustaz Ahmad Zarkasih (pengajar Rumah Fiqih Indonesia) menceritakan kisah tersebut dalam bukunya "Manusia Yang Tidak Seperti Manusia". ( )

Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berumur sekitar 35 tahun, terjadi rekonstruksi Ka'bah oleh para pemuka suku di Makkah. Dan karena memang Ka'bah adalah bangunan terhormat yang memilki keagungan bagi setiap suku di Hijaz. Mereka memutuskan untuk membagi peran dalam pembangunan Ka'bah agar semua mendapat kehormatan itu.

Akhirnya setiap suku mendapat jatah masing-masing batu untuk dibangun menjadi Ka'bah , dengan tetap memakai arsitek sebagai komandan pembangunan, yakni arsitek dari Romawi bernama Yaquum. Ketika pembangunan mengarah kepada posisi Hajar Aswad, mereka semua berselisih. Siapa yang berhak dan dari suku mana yang pantas dan layak mendapatkan kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad di tempatnya.

Peselisihan itu terjadi 4 sampai 5 malam. Bahkan sampai-sampai membuat mereka berperang di Tanah Haram. Sampai akhirnya Abu Umayyah bin al-Mughirah al-Makhzumi memberi tawaran atas solusi, yakni solusinya diberikan kepada orang yang pertama kali masuk Masjid Al-Haram esok harinya. Mereka semua setuju.
( )

Allah Ta'ala memperlihatkan kuasa-Nya. DIA menghendaki Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam masuk pertama kali ke Masjid Al-Haram keesokan harinya. Para pemimpin suku-suku sebelumnya sudah bersepakat bahwa yang akan mengatur peletakan Hajar Aswad adalah orang yang pertama kali masuk Masjid Al-Haram.

Tidak ada yang mengira kalau Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang pertama kali masuk. Melihat itu, mereka semua sepakat untuk diatur oleh Muhammad SAW . Mereka pun tahu bahwa Muhammad SAW adalah orang jujur yang tidak pernah menipu. Lalu diberitahukanlah kepada beliau tentang apa yang diperselisihkan oleh para suku-suku Jazirah.

Setelah beliau paham, Nabi SAW mulai mendamaikan para suku-suku yang ada. Beliau memulai jalan damainya dengan menggelar sorban dan meletakkan batu Hajar Aswad di atasnya. Kemudian beliau SAW meminta masing-masing pimpinan suku memegang setiap ujung sorban dan mengangkatnya bersamaan sampai ke tempat Hajar Aswad.

Lalu beliau SAW turunkan batu itu dari sorban ke tempat semestinya. Dan semua kepala suku itu pun senang, sebab mereka semua mendapatkan kehormatan yangsama dan adil dalam memindahkan Hajar Aswad yang sejak beberapa hari mereka perdebatkan. ( )

Inilah yang dilakukan beliau SAW sebelum diangkat menjadi Rasul. Beliau mendamaikan orang yang berselisih. Pintar menenangkan keadaan dan tidak membuat masalah jauh lebih rumit, tapi membuatnya sederhana serta mengakomodasi keinginan semua.

Nabi Muhammad SAW memiliki kepribadian indah yang selalu mengayomi dan tidak mau menang sendiri. Beliau peduli kemaslahatan orang banyak, bukan mementingkan golongan sendiri. Dan itu diberikan Allah Ta'ala kepada Muhammad sebagai persiapan datangnya masa kenabian yang diemban beliau. ( )

ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ

Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Baginda Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5211 seconds (0.1#10.140)